pembebanan pada otot sehingga mengakibatkan berkurangnya kinerja otot. Kelelahan pada otot mengakibatkan melemahnya kemampuan perawat dalam
melakukan tugas-tugas keperawatan. Kelelahan pada pekerja juga ditandai dengan gejala pelemahan motivasi
seperti tidak dapat berkonsentrasi, sulit memusatkan perhatian, mudah melupakan sesuatu, merasa susah berpikir, dan gejala kelelahan lainnya. Hal ini dapat terjadi
karena lamanya kerja fisik dan mental yang dilakukan oleh perawat. Lama kerja dalam tiap shift di Rumah Sakit Tentara Binjai memiliki waktu yang berbeda.
Perawat juga mendapat shift malam yang dapat membuat gangguan irama tubuh. Sebab-sebab psikologis seperti tanggung jawab dan kekhawatiran kepada pasien
membuat perawat lelah. Kelelahan kerja yaitu gambaran kelelahan fisik juga dialami perawat
seperti merasa kaku pada bagian bahu, merasa sakit pada bagian kepala, nyeri pada punggung, dan gejala kelelahan fisik lainnya. Hal ini dapat terjadi karena
perawat juga melakukan kerja fisik dalam melaksanakan uraian tugas keperawatan. Pekerjaan perawat seperti merawat, mengangkat, mendorong, dan
pekerjaan yang berdiri membuat perawat menunjukkan gambaran kelelahan fisik.
5.3 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Perawat di
Unit Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai
Hasil uji fisher antara beban kerja dengan kelelahan kerja diketahui bahwa nilai p = 0,530 sehingga p 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Tentara Binjai tahun 2016.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariyono 2009, menunjukkan hubungan yang signifikan antara beban kerja
dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah sakit Islam Yogyakarta PDHI dengan taraf signifikan 0,000 0,05. Perawat merasa kelelahan akibat lonjakan
pasien untuk penyakit seperti fibris, ISPA, GEA radang perut, TBC dan Hipertensi. Lonjakan pasien yang banyak tidak sesuai dengan jumlah tempat tidur
yang dibutuhkan sehingga banyak pasien dewasa yang dirujuk ke ruang anak sehingga menyebabkan beban kerja perawat berlebih.
Menurut Tarwaka 2015, beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan
sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja juga diartikan sebagai tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan
untuk melakukan pekerjaan. Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja seperti tugas-tugas, organisasi, dan lingkungan kerja yang merupakan stressor.
Kelelahan kerja dapat terjadi akibat faktor-faktor seperti intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, problem fisik seperti tanggung jawab, konflik,
circadian rhythm, lingkungan, kenyerian, kondisi kesehatan, nutrisi. Kelelahan terus-menerus dalam waktu lama dapat menjadi kelelahan kronis. Rasa lelah tidak
hanya terjadi setelah melakukan pekerjaan, melainkan juga selama bekerja bahkan sebelum bekerja. Perasaan lesu menjadi gejala penting pada kelelahan kronis.
Kelelahan kronis cenderung menyebabkan meningkatkan absentisme terutama mangkir kerja dan mengakibatkan tingginya angka sakit pada tenaga kerja
individual dan kelompok yang menderita kelelahan kronis Tarwaka, 2015.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hariyono 2009, beban kerja berlebih akan berdampak pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Beban
kerja erat kaitannya dengan kinerja, yang mana berkaitan pula dengan performa dalam melakukan suatu pekerjaan. Apabila beban kerja berlebih akan berpengaruh
dengan kinerjanya, dimana hal ini berkaitan dengan tingkat kelelahan seseorang. Beban kerja yang berlebih dapat menyebabkan menurunnya moral dan motivasi
perawat sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab kelelahan kerja. Suma’mur 1989, menyatakan bahwa beban kerja menjadi salah satu
faktor untuk terjadinya kelelahan kerja. Beban kerja perawat termasuk tugas-tugas yang dilakukan oleh perawat di unit rawat inap. Dalam International Datasheets
on Occupation 2000 perawat dalam menjalankan tugasnya dapat menderita kelelahan akibat pekerjaan yang berdiri dan berjalan, shift dan kerja malam,
keseluruhan tanggung jawab, dan faktor psikologi dan organisasi. Namun ternyata beban kerja tidak selalu mengakibatkan pekerja
mengalami kelelahan kerja, tergantung bagaimana individu mengelola waktu dan pekerjaannya agar performa kerja tidak menurun. Lingkungan dan organisasi juga
dapat diatur sedemikian rupa agar pekerja merasa nyaman dalam bekerja dan pekerjaan dapat optimal. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Perwitasari dan Tualeka 2014, menunjukkan tidak ada hubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja perawat di RSUD dr. Mohamad Soewandhie
dengan nilai p 0,005 p = 0,618 . Berdasarkan hasil diketahui bahwa dari 38 orang perawat hanya ada 3
orang yang mengalami kelelahan tinggi dari 24 orang beban kerja berat. Rumah
Universitas Sumatera Utara
Sakit Tentara Binjai mempunyai jumlah perawat terbanyak dengan usia 24 tahun sebanyak 20 orang. Usia rentang 20 - 40 tahun merupakan fase dewasa
awal yang merupakan usia produktif untuk bekerja sehingga perawat dapat dipacu kemampuannya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan baik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Hasibuan 2005 dan Mangkunegara 2001, bahwa karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis, dan kreatif sehingga
kinerjanya maksimal. Karyawan muda memiliki keinginan untuk maju, rasa ingin tahu yang tinggi, energik, terbuka menerima pendapat, memiliki inisiatif tinggi,
serta pemikiran yang luas dan terarah yang menunjang pencapaian kinerja optimal.
Menurut Suma’mur 2009, kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan berbagai cara yang bersifat umum dan pengelolaan kondisi pekerjaan dan
lingkungan kerja di tempat kerja seperti menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelenggaraan
tempat istirahat, pemanfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi, mengurangi monotoni dan stres, penerapan ergonomi dalam bekerja, pengorganisasian proses
produksi yang tepat, pengendalian faktor fisik, seleksi dan penempatan tenaga kerja, pelatihan, dan supervisi.
Rumah Sakit Tentara Binjai juga rutin melakukan pelatihan kepada para pekerjanya khususnya perawat seperti pelatihan pencegahan dan pengendalian
penyakit infeksi, pelatihan komunikasi, pelatihan kebakaran, pelatihan Bantuan Hidup Dasar BHD, dan pelatihan lainnya agar pekerjanya terampil dan sebagai
pembentukan dasar profesionalitas.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 79 ayat b, pekerja berhak mendapatkan cuti tahunan sekurang-kurangnya
12 hari setelah pekerja tersebut bekerja selama 12 bulan secara terus-menerus. Pihak Rumah Sakit Tentara Binjai memberikan cuti kepada perawatnya selain
cuti hamil dan nifas yaitu cuti 12 hari dalam setahun bagi perawat tetap dan 6 hari dalam setahun bagi perawat sementara. Cuti ini dapat dimanfaatkan perawat
untuk berlibur sehingga dapat menghilangkan kepenatan dalam bekerja. Pihak rumah sakit juga melakukan seleksi dan penempatan untuk pekerja
baru sesuai dengan pendidikan dan pengalaman kerja. Dilihat dari distribusi perawat berdasarkan pendidikan terakhir, perawat di unit rawat inap dengan
pendidikan terendah yaitu D3 Keperawatan. Hal ini sesuai dengan PPNI bahwa jenjang pendidikan terendah untuk perawat bekerja di rumah sakit yaitu D3
Keperawatan. Dalam menjalankan tugasnya, perawat di unit rawat inap Rumah Sakit
Tentara Binjai dibantu oleh bidan dalam menjalankan tugasnya. Walaupun beban kerja perawat tinggi, tetapi apabila tugas-tugas keperawatan tersebut dikerjakan
secara bersama-sama, maka kelelahan perawat tersebut menjadi berkurang.. Pengaturan rotasi shift yang dilakukan pihak Rumah Sakit dapat mengatasi
kejenuhan dan menambah pengalaman perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahyudi 2002, menyebutkan bahwa tujuan dari sistem rotasi adalah untuk
menambah pengetahuan, pengalaman, meningkatkan keterampilan, dan mengatasi kejenuhan.
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Tentara Binjai memiliki taman dan ruang terbuka hijau seluas 12,691
�
2
termasuk parkir yang dapat dimanfaatkan perawat untuk menyegarkan pikiran, menstimulasi krestivitas dan produktifitas, memberikan
kenyamanan serta memperindah lingkungan. Hal ini sesuai dengan fungsi ekstrinsik Ruang Terbuka Hijau menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 5 Tahun 2008. Maka, dilihat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program dan
usaha yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Tentara Binjai dalam mengatasi kelelahan kerja cukup baik.
5.4 Keterbatasan Penelitian