14
1. Mampu menerima keadaan fisiknya.
2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis. 4.
Mencapai kemandirian emosional. 5.
Mencapai kemandirian ekonomi. 6.
Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan. untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua. 8.
Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
2.2 Pola Asuh Orang Tua
2.2.1 Pengertian Pola Asuh Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 pengasuhan berarti
cara atau perbuatan mengasuh. Mengasuh berarti menjaga merawat mendidik. Pengasuhan anak bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan
kemampuan anak dan dilakukan dilandasi rasa kasih sayang tanpa pamrik
Universitas Sumatera Utara
15
Lestari, 2012. Pola asuh adalah model ataupun cara yang digunakan orang tua dalam mendidik kita. Model tersebut biasanya bermacam-macam, sesuai dengan
nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh mereka. Meskipun tujuannya sama, yakni menjadikan kita tumbuh sebagai pribadi yang baik dan kuat Paramitha,
2014. 2.2.2 Jenis-jenis Pola Asuh
Gaya pengasuhan atau pendekatan tipologi memahami terdapat dua dimensi dalam pelaksanaan tugas pengasuhan yaitu demandingness dan
responssiveness. Demandingness merupakan dimensi yang berkaitan dengan tuntutan orang tua kepada keinginan menjadikan anak sebagai bagian dari
keluarga, harapan tentang perilaku dewasa, dan disiplin. Faktor ini terwujud dalam tindakan kontrol dan regulasi yang dilakukan oleh orang tua.
Responssiveness merupakan dimensi yang berkaitan dengan ketanggapan orang tua dalam membimbing kepribadian anak, membentuk ketegasan sikap, dan
pengaturan diri. Faktor ini terwujud dalam tindakan suportif dan penerimaan Lestari, 2012.
Menurut Hardy dan Heyes dalam Paramitha, 2014 ada empat macam pola asuh orang tua dalam keluarga, yaitu autokratis otoriter, demokratis,
permisif, dan laissez faire.
Universitas Sumatera Utara
16
1. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang mendidik anak supaya patuh dan tunduk kepada semua perintah dan aturan orang
tua. Bentuk pola asuh ini cenderung kaku dan mutlak. Biasanya, anak tidak diberi kebebasan untuk bertanya ataupun
mengemukakan pendapatnya sendiri. Batasan yang diberikan orang tua harus ditaati tanpa kompromi ataupun memperhitungkan
psikologi si anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak adalah komunikasi satu arah sehingga orang tua memerintah ,
mengatur, dan anak sebagai pelaksana tanpa membantah sedikitpun. Jika anak membangkang maka tidak segan-segan untuk
menghukumnya. Orang tua yang menerapkan pola ini biasanya beranggapan bahwa
sikap keras dan kaku akan membuat anak menjadi penurut. Sikap otoriter akan menjadikan anak takut, sehingga terpaksa bersikap
rajin, menurut, sopan, dan mandiri. Akan tetapi, dampak buruknya dapat membuat anak tertekan karena terus memaksakan aturan
sepihak tanpa memperhatikan keadaan anak. Mereka menjadi tidak percaya diri dan cenderung menarik diri dari lingkungannya.
Ketika dewasa mereka akan menjadi orang yang memiliki sifat otoriter dan suka menentang.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah bentuk pola asuh yang lebih lentur, sebab disini orang tua memberikan peraturan kepada anak dengan
mempertimbangkan kondisi anak. Orang tua lebih menghargai anak, mereka memberikan kebebasan anak untuk berpendapat,
sehingga model komunikasi akan berjalan dua arah. Kelebihan dari model ini adalah anak akan lebih terbuka kepada
orang tua. Model pola asuh ini juga lebih hangat dan lemah lembut. Anak yang memiliki pola asuh demokratis sering ceria, bisa
mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi. Mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah
dengan teman sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, bisa mengatasi stres dengan baik Santrock, 2007.
3. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif adalah bentuk pola asuh yang cenderung memanjakan anak. Orang tua lebih banyak mengikuti kemauan-
kemauan dan sedikit saja memberikan larangan. Anak dibiarkan memiliki aturan sendiri dengan keinginan-keinginannya. Apabila
anak melakukan kesalahan, orang tua akan membiarkan saja tanpa adanya teguran. Orang tua tipe ini biasanya sangat sedikit
memberikan bimbingan dan pengawasan sehingga membuat anak bebas melakukan apa saja. Namun tipe orang tua seperti ini
cenderung hangat sehingga anak menyukainya. Akibat dari pola
Universitas Sumatera Utara
18
asuh ini akan membentuk anak menjadi impulsif, manja, dan tidak patuh.
4. Pola asuh laissez faire penelantaran
Pola asuh laissez faire adalah bentuk pola asuh yang lebih dikenal dengan penelantaran. Orang tua disini tidak banyak berperan
sehingga anak menjadi tidak terurus. Anak dibiarkan sebebas- bebasnya melakukan apapun yang dikehendaki. Tanpa pengawasan
ataupun kontrol sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang bebas. Akibat dari pola asuh ini biasanya anak cenderung tidak
memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka sering kali
memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan mudah terasing dari keluarga. Dalam masa remaja, mereka menunjukkan sikap
suka membolos dan nakal. Dalam kenyataannya, seringkali orang tua menerapkan secara fleksibel,
luwes, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. Adakalanya, orang tua menggunakan pola asuh otoriter, tetapi adakalanya orang
tua menerapkan pola asuh permisif atau demokrasi Dariyo, 2004.
2.3 Harga Diri