usia 21 tahun atau berlangsung saat individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. ”Masa remaja ini di bagi
dua bagian, yaitu pertama, masa remaja awal, yang berlangsung hingga 17 tahun dan kedua, masa remaja akhir yang berlangsung hingga
mencapai usia kematangan resmi secara hukum yaitu umur 21 tahun.”
41
Sejalan dengan pendapat Drs. M. Alisuf Sabri, menurut TB Aat Syafaat, S.Sos, M.Si dkk dalam buku Pendidikan Agama Islam dalam
Mencegah Kenakalan Remaja dijelaskan mengenai rentang usia remaja yaitu: ”1. Masa pubertas 12-14 tahun, 2. Masa remaja awal 14-16
tahun, 3. Akhir masa pubertas 17-18 tahun, 4. Periode remaja Adolesen 19-21 tahun.”
42
B. KERANGKA BERPIKIR
Kita ketahui bersama bahwasanya masa remaja merupakan masa yang amat penting bagi kehidupan seseorang. Jika masa remaja seseorang dilaluinya dengan
baik dan mendapatkan pengetahuan yang baik pula maka masa dewasanya akan menjadi baik pula terlepas dari pengaruh-pengaruh buruk yang mungkin saja
dihadapinya pada masa dewasa. Selain keluarga, masyarakat harus ikut berpartisifasi dalam upaya membentuk
akhlak remaja. Pendirian Majelis Ta’lim Remaja merupakan alternatif sarana pendidikan non-formal bagi remaja. Melalui pendidikan agama yang
diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja, remaja akan mendapat pengetahuan yang lebih banyak selain dari sekolah. Sehingga pendidikan agama yang
diselenggarakan Majelis Ta’lim Remaja menjadi penting karena jika pendidikan agama pada Majelis Ta’lim tersebut berkualitas atau baik maka akan memberikan
pengaruh yang positif bagi pembentukan akhlak remaja. Sebaliknya, jika pendidikan agama yang diselenggarakan tidak berkualitas atau kurang baik maka
tidak akan mempengaruhi pembentukan akhlak remaja menjadi baik.
41
Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993. hal. 160
42
Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama …, h.101
C. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap permasalahan yang penulis angkat yang selanjutnya perlu adanya pengujiaan hipotesis untuk membuktikan
kebenarannya. Adapun pada penelitian ini penulis mengajukan dua hipotesis yakni:
1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel pendidikan
agama pada Majelis Ta’lim dengan pembentukan akhlak remaja 2.
Tidak ada pengaruh positif yang signifikan antara variabel pendidikan agama pada Majelis Ta’lim dengan pembentukan akhlak remaja
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu objek penelitian.
Pada penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu: 1.
Pendidikan agama pada Majelis Ta’lim sebagai variabel bebas yang disimbolkan dengan huruf X
2. Pembentukan akhlak remaja sebagai variabel terikat yang disimbolkan
dengan huruf Y
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu sejak bulan Agustus- Oktober
Adapun mengenai lokasi penelitian, yakni Majelis Ta’lim Remaja Jami’ Al- Ikhwaniyah yang membentuk Ikatan Remaja Masjid Jami’ Al
Ikhwaniyah IKRAMI yang berada di wilayah RT 07 RW 10 Kedaung- Pamulang.