Proses Pembentukan Akhlak Pembentukan Akhlak a.

Sementara itu, menurut Aminudin dalam bukunya Pendidikan Agama untuk perguruan tinggi objek atau sasaran akhlak dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut: 1. Akhlak kepada Allah khalik, antara lain beribadah kepada Allah yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya sesuai dengan perintahNya, berzikir kepada Allah yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondsi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hai, berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. 2. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua, yaitu akhlak kepada Rasulullah, mencintai Rasulullah dengan sepenuh hati dan mengikuti semua sunahnya. Akhlak kepada sesama manusia biasa seperti orang tua, diri sendiri, akhlak kepada keluarga, karib kerabat, serta akhlak terhadap tetangga dan lain-lain. 3. Akhlak terhadap lingkungan baik bernyawa mauput tak bernyawa. Seperti, sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam,dan lain-lain.

c. Proses Pembentukan Akhlak

Pada dasarnya para ahli bependapat bahwasanya pembentukan akhlak merupakan tujuan dari pendidikan islam. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Athiyah al Abrasyi dalam karyanya Dasar-dasar pokok pendidikan islam, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan islam, dan islam telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan islam, mencapai suatu akhlak yang sempurna merupakan tujuan sebenarnya dari pendidikan. 28 Pembinaan akhlak merupakan tumpuan pertama dalam islam. Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw. yang utama yakni adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. قَ ﻼْﺧ َ ﻷْا َمِرَﺎَﻜَﻣ ﱠﻢﻤَﺗ ُ ﻷ ُﺖْﺜِﻌُﺑ َﺎﻤَﻧِإ ”Bahwasanya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran budipekerti.” 29 28 M. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, h.1 29 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, h. 26 Keutamaan akhlakpun digambarkan oleh hadits Nabi saw sebagai berikut: ِﻣ ْﻮُﻤﻟْا ُﻞَﻤْﻛَأ ًﺎﻘُﻠُﺧ ْﻢُﮭُﻨُﺴْﺣأ ﺎًﻧﺎﻤْﯾإ َﻦْﯿﻨ Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang sempurna budi pekertinya. HR Turmudzi. 30 Dalam Al Qur’an pun banyak ayat yang memerintahkan kita untuk mempunyai akhlak mulia diantaranya:               Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau Menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan orang lain, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.                   Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. ”Perhatian islam terhadap pembinaan Akhlak terdapat dalam seluruh ajaran islam. Ajaran islam tentang keimanan misalnya sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai amal salih dinilai sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan”. 31 30 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, h. 26 31 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 157 Dalam buku Akhlak Tasawuf karya Abudin Nata yang Beliau kutip dari pemikiran Al Ghazali menyatakan bahwa pembinaan akhlak dalam islam juga terintegrasi dengan pelaksanaan rukun islam. Hasil analisis Al- Ghazali terhadap rukun islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak. Rukun islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. ”Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk dan patuh pada aturan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan Rasul- Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.” 32 Selanjutnya rukun islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu. Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan munkar. 33 Hal ini dijelaskan dalam Al Qur’an yakni Surat Al Ankabut ayat 45, yaitu:                Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Selanjutnya dalam rukun islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan diri dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain. ”Pelaksanaan zakat yang 32 Abudin Nata, Akhlak…, h. 158 33 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf…, h. 159 berdimensi akhlak yang bersifat sosial ekonomis ini dipersubur lagi dengan pelaksanaan shadaqah yang bentuknya tidak hanya berupa materi tetapi juga non materi.” 34 Begitu juga islam mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun islam yang keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang. 35 Selanjutnya rukun islam yang kelima adalah ibadah haji dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun islam lainnya. ”Hal ini bisa difahami karena ibadah haji ibadah dalam islam bersifat komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping harus menguasai ilmunya juga harus sehat fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannnya dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.” 36 Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Untuk ini Al Ghazali menganjurkan agar akhlak diajarkan yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara diatas dalam hal pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. ”Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan pelarangan sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seseorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjaan itu.” 37 Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya. 34 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 159 35 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 160 36 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., h. 161 37 Abudin Nata, Akhlak Ttasawuf…, h. 163 Pada kenyatannya dilapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan, ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan tersebut ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi- pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasulnya, shormat kepada ibu bapak, sayang kepada sesama mahluk Tuhan dan seterusnya. Pembinaan remaja menjadi amat penting mengingat sedikitnya ada empat faktor yaitu: 1. Pada saat ini banyak keluhan yang disampaikan orang tua, para guru dan orang yang bergerak di bidang sosial mengeluhkan tentang perilaku sebagian para remaja yang amat mengkhawatirkan. Di antara mereka sudah banyak terlibat dalam tawuran, penggunaan obat-obat terlarang, minuman keras, pembajakan bis, penodongan, pelanggaran seksual dan perbuatan kriminal. 2. Bahwa pembinaan akhlak yang mulia merupakan inti ajaran islam. Fazlur rahman dalm bukunya Islam bahwa inti ajaran islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an adalah akhlak yang bertumpu keimanan kepada Allah swt dan keadilan sosial. 3. Bahwa akhlak yang mulia sebagaimana dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat pada umumnya. 4. Bahwa pembinaan akhlak terhadap para remaja amat penting dilakukan, mengingat secara psikologis usia remaja adalah usia yang berada dalam goncangan dan mudah terpengaruh sebagai akibat dari keadaan dirinya yang masih belum memiliki bekal pengetahuan, mental dan pengalaman yang cukup. Akibat dari keadaan yang demikian, para remaja mudah sekali terjerumus kedalam perbuatan-perbutan yang menghancurkan masa depannya sebagaimana disebutkan diatas. 38

4. Remaja a. Pengertian Remaja