41 c. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba kedua skala yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 Maret 2013 sampai dengan 22 Maret 2013. Peneliti menyebar skala
sebanyak 111 eksemplar yang nantinya akan dianalisa oleh peneliti. d. Revisi Alat Ukur
Setelah dilakukan analisa dengan uji statistik terhadap aitem yang digunakan pada uji coba, selanjutnya peneliti melakukan revisi alat ukur. Peneliti
melakukan uji reliabilitas Alpha Cronbanch dengan bantuan SPSS version 17.0 for windows. Aitem yang digunakan dalam pengambilan data sebenarnya adalah
aitem dengan daya diskriminasi ≥ 0.3. Setelah itu, peneliti melakukan analisa faktor dengan melihat nilai KMO dan nilai validitas konstruk setiap aitem pada
masing-masing dimensi. Aitem yang digunakan dalam pengambilan data sebenarnya adalah aitem dengan batasan nilai KMO ≥ 0.5 dan memenuhi batasan
nilai validitas konstruk ≥ 0.5.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama empat hari, yaitu pada tanggal 25 Maret 2013 sampai dengan 28 Maret 2013. Pada tahap ini peneliti melakukan
penyebaran skala alat ukur sebanyak 288 eksemplar kepada subjek penelitian yaitu karyawankaryawati yang bekerja di bidang Perkebunan di kota Medan dan
telah menikah.
Universitas Sumatera Utara
42
3. Tahap Pengolahan Data
Jumlah skala yang diolah dalam penelitian ini adalah 288 eksemplar. Pengolahan data dalam penelitian ini dianalisa dengan bantuan SPSS version 17.0
for windows.
H. METODE ANALISA DATA
Analisa data adalah rangkaian kegiatan pengolahan data agar rumusan masalah penelitian dapat terpecahkan, hipotesis penelitian dapat dibuktikan atau
diuji dan akhirnya tujuan penelitian dapat dicapai Munawaroh, 2012. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik yang
akan dihasilkan dalam bentuk angka-angka Suryabrata, 2011. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment
karena korelasi Pearson Product Moment dipakai untuk melukiskan hubungan dua gejala Azwar, 2003. Sebelum menganalisa data, maka terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi yang meliputi: 1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak Noor, 2011. Uji
normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan SPSS version 17.0 for windows. Data dikatakan normal
jika p 0.05.
Universitas Sumatera Utara
43 2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen bersifat garis lurus Erlina, 2011. Uji
linearitas dalam penelitian ini menggunakan uji F test for linearity dengan bantuan program SPSS version 17.0 for windows. Hubungan anatara variabel
dikatakan linier jika p 0.05
Universitas Sumatera Utara
44
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan analisa data dan pembahasan sesuai dengan data yang diperoleh saat pengambilan data. Pembahasan akan diawali dengan
memberikan gambaran umum mengenai subjek penelitian dan hasil dari penelitian hingga pembahasan.
A. ANALISA DATA 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah karyawankaryawati di bidang Perkebunan yang telah menikah dan berjumlah 288 orang. Dari subjek penelitian
tersebut, diperoleh gambaran subjek menurut usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan jumlah anak.
a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia diperoleh penyebaran subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 7 Gambaran subjek penelitian berdasarkan usia
Usia tahun Jumlah N
Presentase
20-25 4
1.39 26-31
17 5.90
32-37 41
14.23 38-43
78 27.09
44-49 75
26.04 50-55
73 25.35
Jumlah 288
100
Universitas Sumatera Utara
45 Pada tabel 7 terlihat bahwa subjek penelitian terbanyak adalah karyawan
yang berusia 38-43 27.08, sedangkan subjek penelitian paling sedikit adalah karyawan yang berusia 20-25 tahun 1.39.
b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin dari subjek penelitian, maka diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 8 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah N
Presentase
Laki-laki 210
72.92 Perempuan
78 27.08
Jumlah 288
100
Pada tabel 8 diketahui bahwa jenis kelamin subjek penelitian terbanyak adalah laki-laki yakni berjumlah 210 orang 72.91, sedangkan subjek penelitian
dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 78 orang 27.08.
c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh penyebaran subjek penelitian sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 9 Gambaran subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah N
Presentase
Diploma 151
52.43 S1
31 10.76
S2 98
34.03 S3
8 2.78
Jumlah 288
100
Pada tabel 9 terlihat bahwa tingkat pendidikan subjek penelitian terbanyak memiliki Diploma 51.73, sedangkan yang paling sedikit adalah dengan tingkat
pendidikan S3 2.78.
d. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja
Berdasarkan masa kerja dari subjek penelitian, maka diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 10 Gambaran subjek penelitian berdasarkan masa kerja
Masa Kerja tahun Jumlah N
Presentase
1-7 30
10.42 8-14
86 29.86
15-21 61
21.18 22-28
67 23.26
29-35 44
15.28 Jumlah
288 100
Universitas Sumatera Utara
47 Pada tabel 10 terlihat bahwa masa kerja subjek penelitian terbanyak adalah
8-14 tahun 29.51, sedangkan subjek penelitian paling sedikit memiliki masa kerja 1-7 tahun 10.42.
e. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jumlah Anak
Berdasarkan jumlah anak dari subjek penelitian, maka diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 11 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jumlah anak
Jumlah Anak Jumlah N
Presentase
25 8.68
1 40
13.89 2
98 34.03
3 87
30.21 4
34 11.80
5 4
1.39 Jumlah
288 100
Pada tabel 11 diketahui bahwa jumlah anak subjek penelitian terbanyak adalah 2 orang 34.03, sedangkan subjek penelitian paling sedikit memiliki
jumlah anak 5 orang 1.39.
2. Hasil Penelitian
Berikut ini adalah gambaran hasil uji normalitas, uji linearitas dan hasil pengolahan data penelitian:
Universitas Sumatera Utara
48
a. Hasil Uji Asumsi 1 Uji Normalitas
Uji normalitas pada skala happiness at work dan skala work-family conflict bertujuan untuk mengetahui sebaran variabel penelitian tersebut normal.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan SPSS version 17.0 for windows. Data dikatakan
terdistribusi normal jika harga p 0.05.
Tabel 12 Hasil uji normalitas
Variabel Z
p Keterangan
Work-family conflict 1.324
0.060 Sebaran normal
Happiness at work 1.239
0,093 Sebaran normal
Berdasarkan tabel 12, diperoleh nilai Z work-family conflict = 1.324 dengan nilai p = 0.060, sedangkan nilai Z happiness at work = 1.239 dengan nilai
p = 0.093. Variabel-variabel pada tabel di atas memiliki nilai p 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan normalitas telah terpenuhi.
2 Uji Linearitas Hubungan
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel work- family conflict dengan happiness at work, apakah data variabel work-family
conflict berkorelasi linear dengan variabel happiness at work. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity dengan bantuan SPSS version
17.0 for windows. Variabel work-family conflict dapat dikatakan memiliki
Universitas Sumatera Utara
49 hubungan linear dengan variabel happiness at work apabila memiliki nilai p
0.05.
Tabel 13 Hasil uji linearitas
Variabel F
Linearity Keterangan
Work-family conflict Happiness at work
36.406 0.000
Hubungan linear
Berdasarkan tabel 13 diperoleh bahwa nilai p = 0.000 yang menunjukkan nilai p 0.05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang linear antara work-family
conflict dengan happiness at work.
b. Hasil Utama Peneltian
Korelasi antar variabel dihitung dengan menggunakan metode korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS
version 17.0 for windows.
Tabel 14 Hasil korelasi work-family conflict dengan happiness at work
Variabel Koefisien
Korelasi r Taraf
Signifikansi p Keterangan
Work-family conflict dan Happiness at work
-.329 0.000
Hubungan negatif Berdasarkan
hasil perhitungan
dan pengujian
korelasi dengan
menggunakan teknik Pearson Product Momen dan bantuan SPSS version 17.0 for windows, diperoleh hasil r = -.329
dan p 0.01, yang berarti ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
50 negatif yang signifikan antara work-family conflict dengan happiness at work.
Hubungan negatif yang signifikan dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat work-family conflict maka semakin rendah tingkat happiness at work, dan
sebaliknya semakin rendah tingkat work-family conflict maka semakin tinggi tingkat happiness at work.
c. Hasil Tambahan Peneltian 1. Deskripsi Data Penelitian
Jumlah aitem pada skala happiness at work yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 aitem dengan 5 alternatif pilihan jawaban, sedangkan
jumlah aitem pada skala work-family conflict yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 aitem dengan 5 alternatif jawaban. Berikut perhitungan mean empirik
dan mean hipotetik yang ditunjukkan pada tabel 15.
Tabel 15 Mean empirik dan mean hipotetik variabel happiness at work dan variabel
work-family conflict
Variabel Skor Empirik
Skor Hipotetik Min
Maks Mean
SD Min
Maks Mean
SD Happiness at work
113 190
153.33 12.39 40
200 120
26.67 Work-family conflict
36 67
49.43 5.47
20 100
60 13.33
Tabel 15 menunjukkan bahwa mean empirik variabel happiness at work sebesar 153.33 lebih tinggi dari mean hipotetik sebesar 120 sehingga dapat
diketahui bahwa nilai happiness at work lebih tinggi dari populasinya. Sedangkan mean empirik variabel work-family conflict sebesar 49.43 lebih rendah dari mean
Universitas Sumatera Utara
51 hipotetiknya sebesar 60 sehingga dapat diketahui bahwa nilai work-family conflict
lebih rendah dari populasinya.
2 Kategorisasi Skor Happiness at work dan Work-family conflict
Kategorisasi skor happiness at work dapat diperoleh dengan perhitungan mean skor hipotetik sebesar 120 dan standar deviasi sebesar 26.67 yang
dibulatkan menjadi 27. Sedangkan kategorisasi skor work-family conflict dapat diperoleh dengan perhitungan mean skor hipotetik sebesar 60 dan standar deviasi
13.33 yang dibulatkan menjadi 13. Kategorisasi kedua kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini:
Tabel 16 Kategorisasi skor happiness at work dan work-family conflict
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Presentase
Happiness at work
X 93 Rendah
93 ≤ X 147 Sedang
78 27.08
X ≥ 147 Tinggi
210 72.92
Jumlah 288
100
Work-family conflict
X 47 Rendah
86 29.86
47 ≤ X 73 Sedang
202 70.14
X ≥ 73 Tinggi
Jumlah 288
100
Universitas Sumatera Utara
52 Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa jumlah subjek yang memiliki
tingkat happiness at work yang rendah adalah 0 orang 0, jumlah subjek yang memiliki tingkat happiness at work yang sedang adalah 78 orang 27.08,
sedangkan jumlah subjek yang memiliki tingkat happiness at work yang tinggi adalah 210 orang 72.92.
Tabel 16 juga menunjukkan bahwa jumlah subjek yang yang memiliki tingkat work-family conflict yang rendah adalah 86 orang 29.86, jumlah subjek
yang memiliki tingkat work-family conflict yang sedang adalah 202 orang 70.14, sedangkan jumlah subjek yang memiliki tingkat work-family conflict
yang tinggi adalah 0 orang 0. Untuk melihat penyebaran variabel dalam bentuk matriks kategori dapat
ditunjukkan pada tabel 17 berikut:
Tabel 17 Matriks hubungan antar variabel dalam bentuk kategori
Happiness at work Rendah
Sedang Tinggi
Work-family conflict
Rendah -
- 15
5.2 71
24.7 Sedang
- -
59 20.5
143 49.6
Tinggi -
- -
- -
- Jumlah
288 100
Universitas Sumatera Utara
53 Matriks di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel yang memiliki
presentase terbesar terlihat pada work-family conflict dengan kategori sedang dan happiness at work pada kategori tinggi yang presentasenya mencapai 49.7.
Work-family conflict pada kategori sedang dan happiness at work pada kategori sedang sebanyak 59 orang 20.5. Work-family conflict pada kategori rendah
dan happiness at work pada kategori sedang sebanyak 15 orang 5.2. Work- family conflict pada kategori rendah dan happiness at work pada kategori tinggi
sebanyak 71 orang 24.7.
3 Hubungan Dimensi-dimensi Work-family conflict dengan Happiness at work
Hubungan dimensi-dimensi work-family conflict dengan happiness at work dilihat dari hasil korelasi Pearson pada tabel 18.
Tabel 18 Hasil korelasi ketiga dimensi work-family conflict dengan happiness at work
Dimensi Work-family conflict Happiness at work
Time-based conflict -.458
Strain-based conflict -.422
Behavior-based conflict .090
p0.01 Untuk mendapatkan dimensi work-family conflict yang menjadi penentu
happiness at work, digunakan analisa regresi stepwise. Berdasarkan hasil analisa regresi stepwise, ada dua dimensi dari work-family conflict sebagai prediktor
terhadap happiness at work. Kedua dimensi tersebut adalah time-based conflict dan strain-based conflict. Dari nilai koefisien determinasi R² = 0.243,
Universitas Sumatera Utara
54 menunjukkan bahwa kedua dimensi tersebut dapat menjelaskan 24.3 varian
happiness at work. Ini berarti happiness at work dipengaruhi oleh kedua dimensi dari work-family conflict. Hasil analisa regresi dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19 Hasil analisa regresi terhadap happiness at work
B Unstandardized
Coefficients Std.
Error Beta
Standardized Coefficients
F t
Constant 187.786
3.663 45.641
51.260 Time-based conflict
-1.677 .340
-.320 -4.928
Strain-based conflict
-1.060 .302
-.228 -3.514
p0.01, R = .493; R
2
= 0.243
B. PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara work-family conflict dengan happiness at work dengan nilai r relaif kecil dan p 0.01. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi tingkat work-family conflict seseorang maka semakin rendah tingkat happinessnya di tempat kerja, sebaliknya semakin rendah
tingkat work-family conflict seseorang maka semakin tinggi tingkat happinessnya di tempat kerja.
Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan hubungan negatif antara work-family conflict dengan happiness at work. Pertama, karyawan yang bahagia
adalah karyawan yang memiliki hubungan positif yang didasari oleh kepercayaan,
Universitas Sumatera Utara
55 empati dan kasih sayang yang kuat. Adapun hubungan positif yang terjalin dapat
diperoleh melalui interaksi dengan orang-orang penting di sekitar, termasuk keluarga dan rekan kerja. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Greenhaus dan Beutell 1985 bahwa kemunculan work-family conflict berkorelasi negatif terhadap hubungan baik individu dengan orang-orang yang berperan
penting dalam hidupnya. Kedua, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa work-family conflict
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam happiness karyawan. Work- family conflict terdiri dari konflik pekerjaan, yaitu konflik yang terjadi ketika
aktivitas pekerjaan mengganggu tanggung jawab individu dalam keluarga, dan konflik keluarga, yaitu konflik yang terjadi ketika peran dalam keluarga
mengganggu aktivitas pekerjaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Byron 2005 bahwa konflik keluarga akan menyebabkan individu menjadi kurang
berkonsentrasi di tempat kerja. Individu yang tidak fokus pada pekerjaannya akan menghasilkan performansi, produktivitas, loyalitas yang rendah dan hal tersebut
merupakan ciri dari karyawan yang tidak bahagia di tempat kerjanya Grzywacz, dkk, 2007.
Ketiga, menurut Harter, Schmidt dan Keyes 2002, tempat kerja organisasi merupakan salah satu hal yang menunjang happiness karyawan.
Ketika suatu organisasi memberikan jam kerja yang terlalu panjang, maka karyawan akan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat kerja. Bagi karyawan
yang sudah berumah tangga, hal ini akan membuat mereka tidak lagi dapat memberikan waktu dan tenaganya untuk keluarga. Akibatnya, waktu berkumpul
Universitas Sumatera Utara
56 dengan keluarga akan berkurang dan pemenuhan tuntutan keluarga menjadi
terganggu. Jam kerja yang panjang akan memicu timbulnya work-family conflict Burke, 1980; Greenhaus Beutell, 1985.
Keempat, berdasarkan hasil tambahan, selaras dengan penelitian Carlson, Kacmar Wiliams 2000 yaitu bahwa dimensi time-based conflict dan strain-
based conflict berhubungan dengan berbagai faktor yang berbeda dalam pekerjaan, seperti pengaturan jam kerja, shift kerja, beban kerja dan job
insecurity. Pada dimensi time-based conflict, waktu yang dihabiskan untuk bekerja misalnya lembur tidak hanya menguras energi, tetapi juga mengurangi
waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Akibatnya, waktu akhir pekan tidak lagi dapat menimbulkan efek positif pada kehidupan bekerja Burchell, dkk, 2007;
Steiber, 2009. Pada dimensi strain-based conflict, beban kerja yang berat dapat menciptakan kelelahan, stress kerja dan job insecurity yang mempengaruhi
kehidupan pekerjaan seseorang. Job insecurity akan menimbulkan stress emosional dan mengancam kesejahteraan karyawan Batt Valcour, 2003;
Steiber, 2009. Dalam penelitian ini dibuktikan bahwa dimensi time-based conflict dan strain-based conflict yang berhubungan dengan happiness at work
. Happiness at work pada subjek penelitian ini tergolong tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 210 orang 72.92 berada pada kategori happiness at work yang tinggi, 78 orang 27.08 berada pada kategori sedang,
dan tidak ada subjek penelitian yang berada pada kategori rendah. Work-family conflict pada subjek penelitian ini tergolong sedang.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 202 orang 70.14 mengalami work-
Universitas Sumatera Utara
57 family conflict dalam kategori sedang. Hal ini berarti subjek cukup sering
mengalami hambatan dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan keluarga namun hambatan tersebut masih dapat diatasi. Sementara itu, terdapat 86 orang 29.86
yang berada dalam kategori rendah. Hal ini berarti subjek dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dan keluarga sekalgus dengan maksimal tanpa hambatan. Pada
penelitian ini tidak ada subjek yang berada dalam kategori work-family conflict yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta saran-saran yang dapat digunakan untuk penelitian yang berkaitan berikutnya.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data penelitian, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Ada hubungan negatif antara work-family conflict dengan happiness at
work pada karyawan perkebunan yang telah menikah. Semakin tinggi tingkat work-family conflict yang dialami seseorang maka semakin rendah
happinessnya di tempat kerja. Sebaliknya, semakin rendah tingkat work- family conflict yang dialami seseorang maka semakin tinggi happinessnya
di tempat kerja. 2.
Mean dari skor happiness at work secara keseluruhan menunjukkan bahwa happiness at work yang dimiliki subjek penelitian lebih tinggi dari rata-
rata populasi umumnya. Berdasarkan kategorisasi, ditemukan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki happiness at work pada kategori
tinggi, yaitu 210 orang. 3.
Mean dari skor work-family conflict secara keseluruhan menunjukkan bahwa work-family conflict yang dimiliki subjek penelitian lebih rendah
dari rata-rata populasi umumnya. Berdasarkan kategorisasi, ditemukan
Universitas Sumatera Utara
59 bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat work-family
conflict pada kategori sedang, yaitu 202 orang. 4.
Tidak ada hubungan antara dimensi behavior-based conflict dengan happiness at work. Sementara itu, ada hubungan antara dimensi time-
based conflict dan strain-based conflict dengan happiness at work. Hal ini berarti semakin rendah dimensi time-based conflict dan strain-based
conflict pada work-family conflict maka semakin tinggi happiness at work.
B. SARAN 1. Saran Metodologis
Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai work-family conflict dan happiness at work ataupun ingin mengembangkan penelitian ini,
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Penelitian lanjutan diharapkan mencakup pengaruh faktor-faktor lain yang
berkontribusi terhadap variabel penelitian, seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan jumlah anak.
b. Peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan teknik pengambilan sampel random sampling dan mengambil sampel lebih banyak dan tidak terbatas pada
bidang tertentu, sehingga hasil yang diperoleh dapat digeneralisasi secara lebih luas.
c. Penelitian selanjutnya hendaknya berusaha untuk mengkondisikan subjek penelitian untuk menghindari faktor ketidakseriusan dalam mengisi skala
penelitian.
Universitas Sumatera Utara
60 d. Peneliti yang tertarik meneliti work-family conflict, dapat meneliti lebih lanjut
kaitan time-based conflict dan strain-based conflict dengan happiness at work.
2. Saran Praktis
a. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa work-family conflict berhubungan negatif dengan happiness at work. Untuk memperkecil kemungkinan munculnya
work-family conflict, karyawan yang telah menikah sebaiknya tetap bijaksana dalam menyeimbangkan pemenuhan tuntutan peran pekerjaan dan keluarga.
b. Pembagian jam kerja dan beban kerja yang proporsional sebaiknya tetap dipertahankan oleh perusahaan. Dengan demikian, karyawan dapat membagi
waktu antara pekerjaan dan keluarga dengan seimbang. c. Perusahaan sebaiknya tetap mempertahankan keseimbangan job-description
dengan kemampuan karyawan sehingga karyawan tetap menghasilkann produktivitas yang tinggi dan hal ini merupakan cirri karyawan yang bahagia di
tempat kerjanya. d. Karyawan hendaknya tetap menjalin kerjasama yang baik dengan rekan kerja
dan atasan karena suasana kerja yang positif akan menjadikan karyawan lebih bahagia di tempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II LANDASAN TEORI
A. HAPPINESS 1. Definisi Happiness
Diener dan Diener 2008 menjelaskan happiness sebagai subjective well being kesejahteraan subjektif, yang berarti suatu bantuk evaluasi yang efektif
dari kehidupan individu yang ditandai dengan sehat secara fisik, meningkatnya keterampilan dan hidup lebih lama Lyubomirsky, King
Diener, 2003; Linley Joseph, 2004. Happiness dalam hal ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu
penilaian tentang kepuasan hidup life satisfaction dan mengenai sejauh mana emosi positif individu positive affect mampu melebihi emosi negatifnya
negative affect Diener 1984; Christopher, 1999. Ryff 1989 mendefinisikan happiness sebagai psychological well being
kesejahteraan psikologis, yang berarti suatu keadaan individu yang dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki hubungan positif
dengan orang lain, mampu mengarahkan tingkah lakunya sendiri, mampu mengatur lingkungan, memiliki tujuan dalam hidupnya dan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara berkelanjutan Ryff Singer, 1996; Winefield, Gill, Taylor Pilkington, 2012. Happiness dipandang sebagai suatu
komponen yang menekankan pada pengalaman positif dari perkembangan dan adaptasi individu Ryff, 1989; Pudrovska, Springer Hauser, 2005. Happiness
Universitas Sumatera Utara
10 juga didefinisikan sebagai suatu emosi positif yang dimiliki individu dan
berlangsung lama sehingga individu dapat melakukan keberfungsiannya dalam kehidupan sehari-hari Huppert, 2009.
Happiness dipandang sebagai suatu keadaan yang di dalamnya terdapat interaksi antara individu dengan dunia sosialnya demi mendapatkan kesehatan,
keamanan, pendapatan dan lingkungan yang baik Perri, 2002; Hird, 2003. Selanjutnya, happiness merupakan gambaran kualitas kehidupan yang ingin
dicapai seseorang melalui aktualisasi kemampuan mereka Emerson, 1985; Hird, 2003.
Happiness juga didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan potensi diri individu dan pengarahkan kognisi pada hal yang positif
sehingga berkontribusi terhadap emosi yang positif Ryan Deci, 2001; Huppert, 2009. Sementara itu, Razulzada 2007 menjelaskan happiness sebagai suatu
kualitas keberfungsian psikilogis dan sosial individu yang ditandai dengan perilaku yang baik, hubungan interpersonal yang baik dan proses pengambilan
keputusan yang baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa happiness adalah
gambaran kualitas yang dicapai ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu
mengatur lingkungan, mampu mengarahkan tingkah lakunya sendiri, memiliki tujuan hidup, mampu mengembangkan potensi dirinya secara berkelanjutan dan
merasakan kepuasan
dalam hidupnya
sehingga dapat
melakukan keberfungsiannya.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Happiness at work