1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manisan Halua merupakan segala jenis manisan khas Melayu yang terdiri dari beragam jenis manisan seperti manisan kedondong, cabe, asam gelugur, terong,
batang maupun bunga pepaya, kolang- kaling, kacang arcis, salak, mangga, buah pala, dan lain-lain. Semua bahan baku yang dijadikan manisan Halua terasa
sangat manis dan dapat disimpan dalam waktu cukup lama sampai beberapa bulan dan tidak basi UKM Langkat, 2013.
Manisan buah mengandung berbagai zat gizi, khususnya vitamin dan mineral yang cukup tinggi. Komposisi jenis gizi dalam setiap jenis buah-buahan berbeda
tergantung pada beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, kondisi selama pemeraman dan
kondisi penyimpanan dan dengan adanya pemanfaatan pengolahan buah dapat meningkatkan nilai tambah bagi produsen Surahman dan Darmajana, 2004.
Komoditas buah-buahan mempunyai daya simpan yang pendek, dan untuk menekan besarnya kerugian maka penanganan pasca panen buah harus benar-
benar diperhatikan. Melalui proses diversifikasi produk olahan, diharapkan dapat menyelamatkan hasil panen yang berlimpah pada saat panen raya, produk lebih
awet dan jangkauan pemasaran lebih luas dengan resiko kerusakan yang lebih kecil Histifarina dan Agriawati, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan semakin modernnya perkembangan zaman, timbul berbagai macam usaha atau bisnis yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pelanggan. Semakin ketatnya persaingan bisnis di Indonesia, maka banyak perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan bagi pelanggan, selain itu perusahaan juga menawarkan berbagai macam variasi produk dengan kualitas yang baik agar ada kenaikan dari tingkat
pembelian konsumen Lupiyoadi, 2001. Rekayasa teknologi pasca panen yang mencangkup teknologi panen yang tepat,
cara pemanenan, penanganan segar, pengolahan dan penyimpanan akan memperkecil kehilangan hasil, sedangkan pengembangan produk dapat
memperluas pemasaran dan menciptakan nilai tambah ekonomi Muhadjir, 1989. Kotler 2000 mengklasifikasikan bahwa instrumen pemasaran ke dalam empat
kelompok yang dikenal dengan bauran pemasaran atau disebut 4P, yaitu : product, price, place,
dan promotion. Bauran pemasaran berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih
alternatif pilihan keputusan pembelian. Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten dengan jumlah penduduk
yang terus bertambah. Beberapa dari penduduk yang tinggal di wilayah Kabupaten Langkat ada bermata pencaharian dengan membuka toko manisan
Halua, diantaranya berlokasi di Kota Stabat. Tidak semua toko manisan Halua yang ada di kota Stabat dapat meraih
keuntungan yang besar. Menurut Dinas UKM Kabupaten Langkat, secara
Universitas Sumatera Utara
pendataan hanya ada satu toko manisan Halua saja yang terdaftar secara resmi yakni toko Hanum Halua karena hanya toko tersebut yang dinilai bersih dan
menjual produk manisan dalam keadaan segar dan meraih keuntungan mencapai Rp 75. 000.000 tahun.
Di Kota Stabat pada kenyataannya terdapat beberapa toko manisan Halua lain, yaitu toko manisan Mekar Sari dan Sri Langkat. Manisan Halua ini dijual tanpa
bahan pengawet maupun jenis bahan kimia lainnya, dan dijual berdasarkan berat per kilo yaitu dijual berkisar antara Rp 80.000 hingga Rp 120.000.
Walau lokasi tempat sudah strategis namun belum banyak yang mengenalnya, hanya masyarakat yang tinggal di Kota Stabat saja yang relatif mengetahui adanya
usaha manisan ini. Jumlah pelanggan berbeda pada masing-masing toko. Dari permasalahan yang dijabarkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut khususnya dalam meneliti analisis bauran pemasaran yang mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen dan tingkat pembelian manisan Halua
di Kota Stabat Kabupaten Langkat.
1.2 Identifikasi Masalah