Tinjauan Umum Tentang Pengawasan

38 jadi yang dijual di pasaran berada dalam kemasan sehingga konsumen tidak dapat memeriksa apa dan bagaimana keadaan isinya waktu membeli.

2.8 Tinjauan Umum Tentang Pengawasan

Pengawasan berasal dari kata “awas”, mendapat awal “an” dan akhiran “an”.. artinya adalah penilikan dan penjagaan Suriansyah, 2014:1. Muchsan berpendapat bahwa pengawasan adalah kegiatan untuk menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto, sedangkan tujuan pengawasan hanya terbatas pada pencocokkan apakah kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan sebelumnya dalam hal ini berwujud suatu rencanaplan Muchsan, 1992 : 38. Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi”Sujanto, 1986:2. Dalam bahasa manajemen pengawasan atau pengendalian merupakan aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan dari hasil yang dicapai dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan, sebagaimana dikemukakan oleh Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo 2002:122, adalah cara untuk mengetahui hasil yang telah dicapai, yaitu dengan 39 membandingkan segala yang telah dijalankan dengan standar atau rencana serta melakukan perbaikan bilamana terjadi penyimpangan. Dalam pelaksanaan tugas pengawasan tahapan-tahapan pada fungsi manajemen memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterpaduan fungsi-fungsi tersebut, memerlukan adanya koordinasi dari fungsi-fungsi tersebut dan tuntutan profesi atas kualitas hasil pengawasan menghendaki juga adanya sistem dan program pengendalian mutu dari proses pelaksanaan tugas pengawasan. Dalam melaksanakan penegakan hukum law enforcemen perlindungan konsumen, khususnya dalam hal peredaran produk pangan hasil industri rumah tangga, perlu adanya alat negara yang melaksanakannya. Menurut Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang- undangan dilaksanakan oleh: 1. Pemerintah; 2. Masyarakat; dan 3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat. Apabila dikaitkan dengan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap pengawasan produk P-IRT yang tidak berlabel di Semarang, pemerintah juga diberi wewenang untuk mengambil tindakan administratif yang terdapat pada Pasal 102 ayat 3 Undang-Undang Pangan yang berupa: 40 a. denda; b. penghentian sementara dari kegiatan, produksi, danatau peredaran; c. penarikan Pangan dari peredaran oleh produsen; d. ganti rugi; danatau e. pencabutan izin. Selain itu terdapat pula pengeturan pengawasan yang lebih spesifik yaitu pada Pasal 47 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan yang dapat berupa: 1. Memberi peringatan secara tertulis; 2. Larangan mengedarkan produk pangan tersebut untuk sementara waktu danatau perintah untuk menarik produk pangan dari peredaran jika pangan sudah diedarkan; 3. Pemusnahan pangan,jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia; 4. Penghentian produksi untuk sementara waktu; 5. Pengenaan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah; danatau 6. Pencabutan izin produksi, izin usaha, persetujuan pendaftran, atau sertifikat produksi pangan industri rumah taangga. Sedangkan pemerintah berperan dalam pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen sesuai Pasal 30 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat, dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat. 41 Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan hak asasi setiap manusia, tidak terkecuali pangan yang dihasilkan oleh industri rumah tangga pangan IRTP. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 111 ayat 1 menyatakan bahwa makanan dan minuman yang digunakan masyarakat harus didasarkan pada standar danatau persyaratan kesehatan. Terkait hal tersebut diatas, Undang-Undang tersebut mengamanahkan bahwa makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar danatau persyaratan kesehatan dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 42

2.9 KERANGKA BERPIKIR

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

1 49 95

Perlindungan Hukum Atas Hak Konsumen Dalam Memperoleh Produk Makanan Halal

2 67 88

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

6 139 135

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Beredarnya Minuman Kadaluwarsa

31 198 112

Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dalam Perjanjian Terapeutik (Transaksi Medis)

4 93 170

Perlindungan Hukum Terhadap Korban Di Dalam Hukum Pidana (Suatu Tinjauan Tentang Ganti Kerugian...

0 47 4

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Yang Mengalami Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor Oleh Pihak Ketiga (Debt Collector) Karena Kredit Macet Ditinjau Menurut Kontrak Baku Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan

38 232 103

KONSUMEN DAN LABEL Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Mengkonsumsi KONSUMEN DAN LABEL Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Produk Berlabel Halal Di Kota Yogyakarta.

0 0 13

PENDAHULUAN KONSUMEN DAN LABEL Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Produk Berlabel Halal Di Kota Yogyakarta.

0 0 22

KAJIAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA (HOME INDUSTRY) TERHADAP KONSUMEN DIHUBUNGKAN DENGAN KUALITAS PRODUK PANGAN.

0 0 2