92
bagian Farmasi Makanan Minuman dan Perbekalan Alat Kesehatan, pada hari kamis tanggal 28 Mei 2015 pukul 15.00 WIB
4.1.4.2 Pelaksanaan Pengawasan yang dilakukan oleh Balai Besar POM
Sub tajuk ini menguraikan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap pegawai Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Semarang
mengenai pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Balai Besar POM terhadap produk makanan hasil industri rumah tangga.
Wawancara pertama penulis lakukan kepada Bapak Eko Puncak selaku PFM Muda Pemeriksaan dan Penyidikkan Balai Besar POM
Semarang. Beliau mengatakan bahwa Balai Besar POM melakukan pengawasan terhadap peredaran produk makanan industri rumah tangga.
Beliau mengatakan bahwa Balai BPOM dalam melakukan pengawasan terhadap produk makanan industri rumah tangga harus ada surat
rekomendasi dari Bupatiwalikota atau dari Dinas Kesehatan karena berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan dimana didalam Bab V Pasal 42 sampai 50 ada pengecualian untuk pangan olahan yang diproduksi oleh
industri rumah tangga dan makanan siap saji itu ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah KabupatenKota atau dalam hal ini wewenang dari
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Jadi dalam hal ini sebenarnya bukan wewenang dari Balai BPOM untuk melakukan pengawasan. Namun
93
pengawasan bisa dilakukan apabila telah bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam melakukan sidak ke warung, toko, swalayan, pasar
maupun supermarket. Apabila pada saat dilakukan sidak ditemukan produk yang tidak berlabel dan tidak memiliki ijin P-IRT maka Balai Besar POM
akan melapor kepada Dinas Kesehatan terlebih dahulu, karena Dinas Kesehatan yang berwenang mengurus dan mengeluarkan ijin edar P-IRT,
setelah itu Balai Besar POM akan memberikan pemberian teguran kepada pelaku usaha secara lisan dan tertulis dengan cara menyampaikan langsung
kepada pelaku usaha untuk segera mendaftarkan produknya ke Dinas Kesehatan. wawancara di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Kota
Semarang kepada Bapak Eko Puncak selaku PFM Muda Pemeriksaan dan Penyidikkan Balai Besar POM Semarang, pada hari selasa tanggal 8 Juni
2015 pukul 10.30 WIB Wawancara kedua kepada Ibu Farida selaku Fungsional Umum
Balai Besar POM Kota Semarang. Beliau mengatakan bahwa dalam
melakukan pengawasan produk P-IRT terdapat kendala yang dialami oleh Balai Besar POM yakni hukuman yang diberikan kepada pelaku usaha
hanya berupa sanksi yakni teguran dan disuruh membuat surat pernyataan pelaku usaha akan mematuhi ketentuan keamanan P-IRT. Beliau juga
mengatakan bahwa hukuman yang diberikan terlalu ringan dan yang seharusnya diberikan sanksi administratif yang sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
94
Pangan Pasal 47ayat 2 yang menerangkan bahwa tindakan administratif berupa peringatan secara tertulis; larangan mengedarkan untuk sementara
waktu danatau perintah menarik produk pangan dari peredaran; pemusnahan pangan, jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa
manusia; penghentian produksi untuk sementara waktu; pengenaan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah;
danatau pencabutan izin produksi, izin usaha, persetujuan pendaftaran atau sertifikat produksi pangan industri rumah tangga. Dan bisa juga dikenakan
sanksi Pidana sesuai pada Pasal 62 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pelaku usaha yang
melanggar ketentuan Undang-Undang tersebut akan dikenai sanksi pidana berupa pidana paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak
2.000.000.000,00 dua milyar rupiah. Ibu farida juga mengatakan ada kendala lain yang juga menghambat
pengawasan terhadap produk P-IRT ini yakni, banyaknya pelaku usaha yang nakal yang masih saja menjual produk pangan industri rumah tangga
yang tidak memiliki ijin P-IRT kepada konsumen, padahal sebelumnya telah diberikan teguran oleh pegawai Balai Besar POM maupun pegawai
dari Dinas Kesehatan namun mereka mengindahkannya. Beliau mengatakan bahwa pelaku usaha itu beralasan bahwa produk tersebut
banyak disukai oleh konsumen sehingga mau tidak mau pelaku usaha tersebut masih menjual produk makanan itu demi memperoleh untung
95
padahal produk makanan tersebut tidak sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Balai Besar POM
menjadi kesulitan dalam mengatasi masalah ini karena banyak pelaku usaha nakal yang masih saja mengindahkan teguran dan peringatan dari
BPOM maupun Dinas kesehatan. wawancara kepada Ibu Farida selaku Fungsional Umum Balai Besar POM Kota Semarang, pada hari jumat
tanggal 29 mei 2015 pukul 09.30 WIB
4.2 PEMBAHASAN