Pengertian Konsumen Tinjauan Umum tentang Konsumen

14

2.3 Tinjauan Umum tentang Konsumen

2.3.1 Pengertian Konsumen

Kelangsungan hidup manusia takkan terlepas dari ekonomi, sosial dan hukum. Kehidupan manusia yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga terdapat dua posisi yang saling membutuhkan yaitu konsumen dan produsen dimana demi memenuhi kebutuhanya tersebut. Dalam peraturan Perundang-u ndangan di Indonesia, istilah “konsumen” sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan, konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut AZ. Nasution dalam Kristiyanti, 2009 : 22 menjelaskan bahwa istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumen Inggris-Amerika, atau consumentkonsument Belanda. Pengertian dari consumer atau consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada. Secara harafiah arti kata consumer adalah lawan dari produsen setiap orang yang menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan termasuk konsumen 15 kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula kamus Bahasa Inggris-Indonesia member kata arti consumer sebagai pemakai atau konsumen. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Politik Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat juga mengulas definisi tentang konsumen yaitu “Konsumen adalah setiap pemakai danatau pengguna barang atau jasa, baik untuk kepentingan diri sendiri danatau kepentingan orang lain”. Unsur-unsur definisi konsumen menurut Shidarta 2006:5 dalam bukunya yang berjudul Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Setiap Orang Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang berstatus sebagai pemakai barang danatau jasa. Istilah “orang” sebetulnya menimbulkan keraguan, apakah hanya, orang individual yang lazim disebut natuurlijke persoon atau termasuk juga badan hukum rechtspersoon. Hal ini berbeda dengan pengertian yang diberikan untuk “pelaku usaha” dalam Pasal 1 Angka 3 yang secara eksplisit membedakan kedua pengertian persoon diatas, dengan menyebutkan kata- kata: “orang perseorangan atau badan usaha”. Tentu yang paling tepat tidak 16 membatasi pengertian konsumen itu sebatas pada orang perseorangan. Namun konsumen harus mencakup juga badan usaha, dengan makna lebih luas daripada badan hukum. 2. Pemakai Sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 1 Angka 2 Undang- Undang Perlindungan Konsumen , kata “pemakai” menekankan, konsumen adalah konsumen akhir ultimate consumer. Istilah “pemakai” dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan, barang danatau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, yang diartikan sebagai konsumen tidak selalu harus memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang danatau jasa itu. Dengan kata lain, dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu harus kontraktual. 3. Barang danatau jasa Berkaitan dengan istilah barang danatau jasa, sebagai pengganti terminologi tersebut digunakan kata produk saat ini “produk” sudah berkonotasi barang atau jasa. Semula kata produk hanya mengacu pada pengertian barang. Dalam dunia perbankan, 17 misalnya, istilah produk dipakai juga untuk menamakan jenis-jenis layanan perbankan. Undang-Undang Perlindungan Konsumen mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak menjelaskan perbedaan istilah- istilah “dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan”. Sementara itu, jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentik pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Yang tersedia dalam masyarakat Barang danatau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia dipasaran lihat juga bunyi Pasal 9 Ayat 1 huruf e Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Dalam perdagangan yang makin kompleks dewasa ini; syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. Misalnya, perusahaan pengembsng developer perumahan sudah biasa mengadakan transaksi terlebih dulu sebelum bangunannya jadi. 18 5. Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain. Transaksi konsumen ditujukan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lain. Unsur yang diletakkan dalam definisi itu mencoba untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang danatau jasa itu diperuntukkan bagi orang lain diluar diri sendiri dan keluarganya, bahkan untuk makhluk hidup lain, seperti hewan dan tumbuhan. 6. Barang danatau jasa itu tidak untuk diperdagangkan Pengertian konsumen dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen diberbagai negara. Secara teoritis hal demikian terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataannya, sulit menerapkan batas-batas seperti itu. 19

2.3.2 Hak-hak Konsumen

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Telepon Seluler Akibat Itikad Buruk Layanan Jasa Telekomunikasi (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2995 K/Pdt/2012)

1 49 95

Perlindungan Hukum Atas Hak Konsumen Dalam Memperoleh Produk Makanan Halal

2 67 88

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Berkaitan Dengan Itikad Buruk Dari Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi Kasus pada Putusan Mahkamah Agung No. 560 K/Pdt.Sus/2012)

6 139 135

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Beredarnya Minuman Kadaluwarsa

31 198 112

Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pasien Dalam Perjanjian Terapeutik (Transaksi Medis)

4 93 170

Perlindungan Hukum Terhadap Korban Di Dalam Hukum Pidana (Suatu Tinjauan Tentang Ganti Kerugian...

0 47 4

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Yang Mengalami Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor Oleh Pihak Ketiga (Debt Collector) Karena Kredit Macet Ditinjau Menurut Kontrak Baku Perjanjian Pembiayaan Konsumen Pada PT. Summit Oto Finance Cabang Medan

38 232 103

KONSUMEN DAN LABEL Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Mengkonsumsi KONSUMEN DAN LABEL Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Produk Berlabel Halal Di Kota Yogyakarta.

0 0 13

PENDAHULUAN KONSUMEN DAN LABEL Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Mengkonsumsi Produk Berlabel Halal Di Kota Yogyakarta.

0 0 22

KAJIAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU INDUSTRI RUMAH TANGGA (HOME INDUSTRY) TERHADAP KONSUMEN DIHUBUNGKAN DENGAN KUALITAS PRODUK PANGAN.

0 0 2