ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu.
Proses selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.
e. Laporan
Hasil proses akhir akuntansi adalah laporan keuangan yang berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan laba
ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan harga pokok penjualan dan lainnya. Laporan berisi informasi yang merupakan
keluaran sistem akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan dapat berupa tampilan pada layar monitor komputer.
3. Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi 1993: 19-20, tujuan umum pengembangan sistem akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha
baru. Sistem Akuntansi dibutuhkan tidak hanya bagi perusahaan
yang baru saja didirikan tapi juga perusahaan lama yang mendirikan usaha baru. Perusahaan baru biasanya memerlukan
sistem akuntansi lengkap sedangkan perusahaan lama yang membuka usaha baru tidak memerlukan Sistem Akuntansi secara
lengkap karena sudah didukung oleh usaha lama yang sudah dijalankan.
b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang
sudah ada. Terkadang sistem akuntansi yang berlaku tidak memenuhi
kebutuhan manajemen, baik dalam hal mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasi yang terdapat dalam laporan. Oleh
karena itu Sistem Akuntansi dituntut untuk dikembangkan agar dapat menghasilkan laporan dengan mutu informasi yang lebih
baik dan tepat penyajiannya, dengan struktur informasi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan manajemen.
c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan
intern. Yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan informasi
akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.
Sistem Akuntansi dapat juga ditujukan untuk memperbaiki pengecekan intern agar informasi yang dihasilkan oleh sistem
dapat dipercaya. d.
Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.
Sistem akuntansi terkadang dibuat dan dikembangkan untuk menghemat biaya. Untuk memperoleh informasi diperlukan
pengorbanan sumber ekonomi yang lain. dalam menghasilkan informasi perlu dipertimbangkan antara besar pengorbanan dengan
manfaatnya. Jika pengorbanan lebih besar dari manfaat, sistem perlu dirancang kembali untuk mengurangi pengorbanan tersebut.
D. Sistem Akuntansi Persediaan Barang Dagangan
1. Deskripsi Persediaan Barang Dagangan
Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang dagangan yang merupakan barang yang dibeli
untuk tujuan dijual kembali. Menurut Hastoni 2004: 14 persediaan barang dagangan tersebut dikonversikan ke dalam siklus operasi
perusahaan dan dianggap sebagai aktiva lancar. Hastoni juga menyatakan bahwa persediaan barang dagangan memiliki pengaruh
langsung terhadap profitabilitas kegiatan perusahaan.
2. Fungsi yang terkait
Fungsi yang terkait dengan sistem akuntansi persediaan barang dagangan, antara lain:
Mulyadi, 2001: 569-580 a.
Fungsi Gudang Fungsi gudang bertanggungjawab untuk menyimpan barang yang
telah diterima oleh fungsi penerimaan dan menyiapkan barang yang dipesan serta menyerahkan barang ke fungsi pengiriman.
Selain itu fungsi ini juga bertanggungjawab untuk mengajukan permintaan pembelian persediaan.
b. Fungsi Penerimaan
Fungsi penerimaan
bertanggungjawab untuk
melakukan penerimaan barang dari pemasok sekaligus melaksanakan
pemeriksaan terhadap jenis, mutu dan kuantitas barang yang diterima untuk menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut
diterima oleh perusahaan. Selain itu juga bertanggungjawab atas penerimaan barang dari fungsi pembelian.
c. Fungsi Pengiriman
Fungsi pengiriman bertanggungjawab untuk mengirimkan kembali barang kepada pemasok maupun mengirimkan barang kepada
pelanggan. Fungsi ini menjamin tidak ada barang yang keluar tanpa otorisasi dari yang berwenang.
d. Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian bertanggungjawab memperoleh informasi harga barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan
barang, dan mengeluarkan order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
e. Fungsi Penjualan
Fungsi penjualan bertanggungjawab melayani kebutuhan barang pelanggan, yang memungkinkan fungsi gudang dan fungsi
pengiriman melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan. f.
Fungsi Akuntansi Fungsi akuntansi bertanggungjawab untuk membuat catatan setiap
jenis bahan baku yang disimpan di gudang dan operasi lain di perusahaan.
g. Panitia Penghitungan Fisik Persediaan
Panitia penghitungan
fisik persediaan
bertanggungjawab melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan menyerahkan
hasilnya ke Bagian Kartu Persediaan untuk digunakan sebagai dasar penyesuaian terhadap catatan persediaan dalam kartu
persediaan. Tiap bagian mendapat tugas yang jelas mengenai jenis persediaan yang menjadi tanggungjawabnya, saat melakukan
penghitungan, harus dilakukan perhitungan kedua oleh orang lain pemeriksa intern secara independen.
3. Informasi yang Diperlukan oleh Manajemen
4. Dokumen Formulir yang Digunakan
a. Laporan Penerimaan Barang
Laporan penerimaan barang digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat kuantitas produk jadi yang diterima dari konsumen
maupun hasil pembelian ke dalam kartu gudang. b.
Memo Kredit Diterima dari Bagian Order Penjualan dan digunakan oleh Bagian
Kartu Persediaan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok produk jadi yang dikembalikan oleh pembeli ke dalam kartu
persediaan.
c. Bukti Kas Keluar
Dilampiri dengan laporan penerimaan barang, surat order pembelian, dan faktur dari pemasok lalu dipakai sebagai dokumen
sumber dalam pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli dalam register bukti kas keluar. Bukti kas keluar juga dipakai
sebagai dasar pencatatan tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan ke dalam kartu persediaan.
d. Laporan pengiriman Barang
Digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat kuantitas persediaan yang dikirimkan kembali kepada pemasok ke dalam
kartu gudang. e.
Memo Debit Memo ini diterima dari Bagian Pembelian, digunakan oleh Bagian
Kartu Persediaan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok ke dalam kartu
persediaan. f.
Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Bukti ini dipakai oleh Bagian Gudang untuk mencatat pengurangan
persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini digunakan oleh Bagian Kartu Persediaan untuk mencatat berkurangnya kuantitas
dan harga pokok persediaan karena pemakaian intern. Bukti ini juga digunakan sebagai dokumen sumber dalam pencatatan
pemakaian persediaan ke dalam jurnal umum.
g. Bukti Pengembalian Barang Gudang
Dokumen ini digunakan oleh Bagian Gudang untuk mencatat tambahan kuantitas persediaan ke dalam kartu gudang. Dokumen
ini juga dipakai oleh Bagian Kartu Persediaan untuk mencatat tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan ke dalam kartu
persediaan, untuk mencatat berkurangnya biaya dan mencatat pengembalian barang gudang ke dalam jurnal umum.
h. Kartu Perhitungan Fisik
Dokumen ini digunakan untuk merekam hasil penghitungan fisik persediaan. Dalam penghitungan fisik persediaan, setiap jenis
persediaan dihitung dua kali secara independen oleh penghitung
counter
dan pengecek
checker
. Kartu penghitungan fisik dibagi menjadi tiga bagian, yang tiap bagiannya dapat dipisah dengan cara
menyobeknya saat penghitungan fisik dilaksanakan. Bagian ketiga kartu penghitungan fisik disediakan untuk merekam data hasil
penghitungan oleh penghitung pertama. Bagian kedua digunakan untuk merekam hasil penghitungan yang dilakukan oleh
penghitung kedua pengecek. Bagian pertama digunakan untuk memberi tanda jenis persediaan yang telah dihitung dengan cara
menggantungkannya pada
tempat penyimpanan
yang bersangkutan. Setelah data yang direkam dalam bagian kedua
dicocokkan dengan bagian ketiga, data bagian kedua dicatat dalam daftar hasil penghitungan fisik.
i. Daftar Hasil Penghitungan Fisik
Dokumen ini digunakan untuk meringkas data yang telah direkam dalam bagian kedua kartu penghitungan fisik. Data yang disalin
dari bagian kedua kartu penghitungan fisik adalah: nomor kartu penghitungan fisik, nomor kode persediaan, nama persediaan,
kuantitas dan satuan. Daftar hasil penghitungan fisik yang telah selesai diproses kemudian ditandatangani oleh Ketua Panitia
Penghitungan Penghitungan Fisik dan diotorisasi oleh Direktur Utama. Daftar ini digunakan untuk meminta pertanggungjawaban
dari Bagian Gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan barang gudang dan pertanggungjawaban dari Bagian Kartu
Persediaan mengenai
keandalaan penyelenggaraan
catatan akuntansi persediaan.
j. Laporan Produk Selesai
Digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat tambahan kuantitas produk jadi dalam kartu gudang.
k. Bukti Memorial
Digunakan untuk mencatat tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan produk jadi dalam kartu persediaan dan digunakan
sebagai dokumen sumber dalam mencatat transaksi selesainya produk jadi dalam jurnal umum.
l. Surat Order Pengiriman
Surat order pengiriman diterima oleh bagian gudang dari bagian order penjualan. Setelah bagian gudang mengisi surat order
pengiriman tersebut dengan kuantitas produk jadi yang diserahkan kepada bagian pengiriman, atas dasar surat order pengiriman
tersebut, bagian gudang mencatat kuantitas yang diserahkan ke bagian pengiriman dalam kartu gudang.
m. Faktur Penjualan
Tembusan faktur ini digunakan untuk dijadikan dasar mencatat harga pokok produk yang dijual oleh Bagian Kartu Persediaan.
Berikut adalah gambar-gambar dokumen yang digunakan:
Gambar 1. Surat Permintaan Pembelian Sumber: Mulyadi 1993: 306
Gambar 2. Surat Order Pembelian yang Dikirim ke Bagian Penerimaan Sumber: Mulyadi 1993: 90
Gambar 3. Laporan Penerimaan Barang Sumber: Mulyadi 1993: 236
Gambar 4. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Sumber: Mulyadi 1993: 421
Gambar 5. Bukti Pengembalian Barang Gudang Sumber: Mulyadi 1993: 422
Gambar 6. Kartu Penghitungan Fisik Sumber: Mulyadi 1993: 579
Gambar 7. Daftar Hasil Penghitungan Fisik Sumber: Mulyadi 1993: 580
Gambar 8. Bukti Kas Keluar
Sumber: Mulyadi 1993: 311
Gambar 9. Laporan Pengiriman Barang Sumber: Mulyadi 1989: 333
Gambar 10. Surat Order Pengiriman Sumber: Mulyadi 1989: 218
Gambar 11. Faktur Penjualan Sumber: Mulyadi 1989: 220
5. Catatan Akuntansi yang Digunakan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam Sistem akuntansi persediaan
barang dagangan antara lain:
a. Kartu Gudang
Catatan ini digunakan untuk mencatat
adjustment
terhadap data
persediaan yang
tercantum dalam
kartu gudang
yang diselenggarakan
oleh Bagian
Gudang berdasarkan
hasil penghitungan fisik persediaan. Catatan ini berisi data kuantitas
barang yang disimpan di gudang beserta mutasinya. b.
Kartu Persediaan Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat
adjustment
terhadap data persediaan yang tercantum dalam kartu persediaan oleh Bagian Kartu Persediaan berdasarkan hasil penghitungan fisik
persediaan. Kartu persediaan berisi informasi mengenai kuantitas maupun harga pokok persediaan. Kartu persediaan juga digunakan
untuk mencatat mutasi persediaan dan saldo tiap jenis persediaan. c.
Jurnal Umum Jurnal umum digunakan untuk mencatat
adjustment
rekening persediaan. Jurnal ini digunakan untuk menampung transaksi
penjualan, pembelian dan pengeluaran kas dan transaksi lainnya. Berikut adalah gambar-gambar catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem
akuntansi persediaan barang dagangan:
Gambar 12. Kartu Persediaan Sumber: Mulyadi 1993: 142
Gambar 13. Kartu Gudang Sumber: Mulyadi 1993: 211
6. Prosedur yang Membentuk Sistem
Sistem dan prosedur yang membentuk sistem akuntansi persediaan barang dagangan adalah sebagai berikut:
a. Prosedur pencatatan harga pokok produk jadi.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini, dicatat harga pokok produk
jadi yang didebitkan ke dalam rekening Persediaan Produk Jadi dan dikreditkan ke dalam rekening Barang Dalam Proses.
Dokumen sumber yang digunakan adalah laporan produk selesai dan bukti memorial. Catatan akuntansi yang digunakan adalah
kartu gudang, kartu persediaan dan jurnal umum. b.
Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dijual. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur dalam sistem
penjualan. Dokumen sumber yang digunakan untuk mencatat transaksi penjualan produk jadi adalah surat order pengiriman dan
faktur penjualan. Catatan akuntansi yang digunakan dalam prosedur ini adalah kartu gudang, kartu persediaan, jurnal umum.
c. Prosedur pencatatan harga pokok produk yang dikembalikan oleh
pembeli. Prosedur ini mempengaruhi persediaan produk jadi, yaitu
menambah kuantitas produk jadi dalam kartu gudang yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan menambah kuantitas dan
harga pokok produk jadi yang dicatat oleh Bagian Kartu Persediaan
dalam kartu persediaan produk jadi. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem retur penjualan. Dokumen
yang digunakan adalah laporan penerimaan barang dan memo kredit. Catatan akuntansi yang digunakan antara lain, kartu gudang,
kartu persediaan dan jurnal umum. d.
Prosedur pencatatan harga pokok persediaan produk dalam proses. Umumnya dilakukan oleh perusahaan pada akhir periode, pada saat
dibuat laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan. Dokumen yang digunakan adalah bukti memorial.
e. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem pembelian. Dalam prosedur ini dicatat harga pokok
persediaan yang dibeli. Dokumen sumber yang digunakan adalah laporan penerimaan barang dan bukti kas keluar.
f. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan ke
pemasok. Prosedur ini mengurangi kuantitas persediaan dalam kartu gudang
yang diselenggarakan oleh Bagian Gudang dan mengurangi kuantitas dan harga pokok persediaan yang dicatat oleh bagian
kartu persediaan dalam kartu persediaan yang bersangkutan. Dokumen yang digunakan adalah laporan pengiriman barang dan
memo debit.
g. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk sistem akuntansi biaya produksi. Dalam prosedur ini dicatat harga
pokok persediaan bahan baku, bahan penolong, bahan habis pakai pabrik dan suku cadang yang dipakai dalam kegiatan produksi dan
non produksi. Dokumen yang digunakan adalah bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang.
h. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena
pengembalian barang gudang. Prosedur ini mengurangi biaya dan menambah persediaan barang
di gudang. Dokumen yang digunakan adalah bukti pengembalian barang gudang.
i. Prosedur penghitungan fisik persediaan.
Prosedur ini dilaksanakan oleh perusahaan untuk menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang. Dokumen yang
digunakan adalah kartu penghitungan fisik, daftar hasil penghitungan fisik dan bukti memorial. Catatan akuntansi yang
digunakan adalah kartu persediaan, kartu gudang dan jurnal umum.
7. Unsur-unsur Pengendalian Intern
Unsur pengendalian intern dalam sistem penghitungan fisik persediaan digolongkan kedalam tiga kelompok
a. Organisasi
1 Penghitungan Fisik Persediaan Harus Dilakukan oleh Panitia
yang Terdiri dari Fungsi Pemegang Kartu Penghitungan Fisik, Fungsi Penghitung dan Fungsi Pengecek.
Hal ini dilakukan untuk menjamin ketelitian dan keandalan data yang dihasilkan dari kegiatan penghitungan fisik
persediaan. Fungsi-fungsi ini dilaksanakan agar setiap barang dihitung lebih dari satu kali secara independen, hasil
penghitungan kemudian dicek ketelitiannya oleh pengecek. 2
Panitia harus terdiri dari karyawan selain karyawan fungsi gudang dan fungsi akuntansi persediaan.
Agar data yang dihasilkan dari penghitungan fisik persediaan dijamin ketelitian dan keandalannya, maka panitia
yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut harus bukan
karyawan dari
kedua fungsi
yang dimintai
pertanggungjawaban. b.
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan 1
Daftar Hasil Penghitungan Fisik Persediaan Ditandatangani oleh Ketua Panitia Penghitungan Fisik Persediaan.
Daftar ini berisi informasi mengenai hasil penghitungan fisik persediaan. Oleh karena itu daftar hasil penghitungan fisik
merupakan dokumen penting untuk memperbaharui catatan akuntansi dan diberikan tandatangan oleh pihak yang
bertanggungjawab untuk memastikan bahwa informasi yang ada di dalam daftar ini memang benar.
2 Pencatatan Hasil Penghitungan Fisik Persediaan Didasarkan
atas Kartu
Penghitungan Fisik
yang Telah
Diteliti Kebenarannya oleh Pemegang Kartu Penghitungan Fisik.
Pencatatan ke dalam daftar hasil penghitungan fisik harus didasarkan atas dokumen sumber yang telah diteliti
kebenarannya. Hal ini dimaksudkan agar setiap dokumen sumber dibuat atas dasar data yang dijamin ketelitiannya.
3 Harga Satuan yang Dicantumkan dalam Daftar Hasil
Penghitungan Fisik Berasal dari Kartu Persediaan yang Bersangkutan.
Harga satuan yang dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik diambilkan dari kartu persediaan yang
bersangkutan dalam prosedur penetapan harga. 4
Adjustment
terhadap Kartu Persediaan Didasarkan pada Informasi Tiap Jenis Persediaan yang Tercantum dalam Daftar
Penghitungan Fisik. Setelah kuantitas tiap jenis persediaan yang dihitung
dicantumkan dalam daftar hasil penghitungan fisik, kemudian ditentukan harga pokok per unitnya dan jumlah harga pokok
tiap jenis persediaan, untuk dasar
adjustment
data yang dicatat dalam kartu persediaan yang bersangkutan.
c. Praktik yang Sehat
1 Kartu Penghitungan Fisik Bernomor Urut Tercetak dan
Penggunaannya Dipertanggungjawabkan
oleh Fungsi
Pemegang Kartu Penghitungan Fisik. Untuk menghindari tidak dicatatnya hasil penghitungan
fisik persediaan, dokumen yang dipakai sebagai alat untuk merekam hasil penghitungan fisik persediaan, dokumen yang
dipakai sebagai alat untuk merekam hasil penghitungan fisik harus bernomor urut tercetak dan pemakaian nomor urut
tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh pemegang kartu penghitungan fisik.
2 Penghitungan Fisik Setiap Jenis Persediaan Dilakukan Dua
Kali Secara Independen, Pertama Kali oleh Penghitung dan Kedua Kali Oleh Pengecek.
Penghitungan tiap persediaan harus dilakukan dua kali untuk menjamin ketelitian penghitungan fisik persediaan.
Penghitungan pertama dilakukan oleh penghitung dan hasilnya direkam dalam kartu penghitungan fisik bagian ketiga. Hasil
penghitungan fisik ini kemudian dicek kebenarannya oleh pengecek dengan cara melakukan penghitungan kedua secara
independen. Hasil penghitungan kedua ini direkam dalam kartu penghitungan fisik bagian kedua.
3 Kuantitas dan Data Persediaan Lain yang Tercantum dalam
Bagian Ketiga dan Bagian Kedua Kartu Penghitungan Fisik dicocokkan oleh Pemegang Kartu Penghitungan Fisik Sebelum
Data yang Tercantum dalam Bagian Kedua Kartu Penghitungan Fisik Dicatat dalam Daftar Hasil Penghitungan Fisik.
Kartu penghitungan fisik bagian kedua harus dicocokkan dengan kartu penghitungan fisik bagian ketiga oleh pihak yang
bebas dari kegiatan penghitungan fisik. Untuk membuktikan ketelitian data yang direkam dalam kartu tersebut.
4 Peralatan dan Metode yang Digunakan untuk Mengukur dan
Menghitung Kuantitas
Persediaan Harus
Dijamin Ketelitiannya.
Ada persediaan yang memerlukan alat tertentu dan metode tertentu untuk menghitung kuantitasnya. Peralatan dan metode
yang digunakan untuk mengukur menghitung kuantitas persediaan harus dijamin ketelitiannya agar hasil penghitungan
fisik persediaan teliti dan handal.
8. Bagan Alir Dokumen
flowchart
Bagan alir dokumen adalah gambaran proses kegiatan dalam suatu organisasi secara manual. Bagan alir dokumen digunakan dalam
merancang dan mendokumentasikan proses. Bagan alir dokumen dapat membantu perancang dalam memvisualisasikan apa yang terjadi dalam
proses kegiatan operasi perusahaan dan membantu pemakai memahami
proses tersebut. Penggambaran bagan alir harus menggunakan cara dan ketentuan sistem akuntansi, sehingga mempermudah gambaran dan
menyelaraskan pemahaman pengguna bagan alir. Sistem akuntansi dijelaskan dengan menggunakan bagan alir dokumen. Dalam bagan
alir dokumen terdapat banyak simbol-simbol standar yang digunakan oleh analis sistem untuk membuat bagan alir dokumen dalam sistem
tertentu. Dalam bagan alir dokumen, arus dokumen digambarkan berjalan dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Arah perjalanan
dokumen ini dapat diikuti dengan melihat nomor dalam simbol penghubung pada halaman yang sama
on page connector
atau nomor dalam simbol pada halaman yang berbeda
off page connector
. Penggunaan bagan alir dokumen lebih bermanfaat dibandingkan
dengan penjelasan secara tertulis dalam menggambarkan suatu sistem.
Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Gambaran sistem secara menyeluruh lebih mudah diperoleh
dengan menggunakan bagan alir. b.
Perubahan sistem lebih mudah digambarkan dengan menggunakan bagan alir.
c. Kelemahan-kelemahan dalam sistem dan identifikasi bidang-
bidang yang memerlukan perbaikan lebih mudah ditemukan dalam bagan alir.
d. Dokumentasi sistem akuntansi dilakukan dengan menggunakan
bagan alir.
Berikut ini simbol-simbol standar dengan maknanya masing-masing:
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen
Dokumen: Simbol ini digunakan untuk menggambarkan semua
jenis dokumen, yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu
transaksi. Dokumen dan tembusannya:
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya. Nomor lembar dokumen
dicantumkan di sudut kanan atas. Berbagai dokumen:
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan bersama di dalam
satu paket. Catatan:
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang
direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir.
2 Faktur 1
Surat muat 2 SOP
1 Faktur 3
penjualan
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Kegiatan manual: Simbol ini digunakan untuk menggambarkan kegiatan
manual. Uraian singkat kegiatan manual organisasi dicantumkan dalam simbol ini.
Penghubung pada halaman yang sama: Simbol ini adalah simbol penghubung untuk
memungkinkan aliran dokumen berhenti di suatu lokasi di halaman tertentu dan kembali berjalan ke
lokasi lain pada halaman yang sama. Dengan memperhatikan nomor yang tercantum di dalam
simbol penghubung pada halaman yang sama, dapat diketahui aliran dokumen dalam sistem akuntansi yang
digambarkan dalam bagan alir. Akhir arus dokumen dan mengarahkan pembaca ke
simbol penghubung halaman yang sama yang bernomor seperti yang tercantum di dalam simbol
tersebut. Awal arus dokumen yang berasal dari simbol
penghubung halaman yang sama, yang bernomor seperti yang tercantum di dalam simbol tersebut.
1
1
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Keterangan, komentar: Simbol ini memungkinkan ahli sistem menambahkan
keterangan untuk
memperjelas pesan
yang disampaikan dalam bagan alir.
Penghubung pada halaman yang berbeda: Simbol ini digunakan untuk menunjukkan kemana dan
bagaimana bagan alir terkait satu dengan yang lainnya. Nomor yang tercantum di dalam simbol penghubung
menunjukkan bagaimana bagan alir yang tercantum pada halaman tertentu terkait dengan bagan alir yang
tercantum pada halaman yang lain. Arsip sementara:
Simbol ini digunakan untuk menunjukkan tempat penyimpanan dokumen. Arsip sementara adalah
tempat penyimpanan dokumen dan dokumennya akan diambil kembali dari arsip tersebut untuk keperluan
pengolahan lebih lanjut terhadap dokumen tersebut. Untuk menunjukkan urutan pengarsipan dokumen
digunakan simbol sebagai berikut: A = menurut abjad.
N = menurut nomor urut. T = kronologis, menurut tanggal
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Keying typing, verifying
: Simbol ini menggambarkan pemasukan data ke dalam
komputer melalui on line terminal. Arsip permanen:
Simbol ini digunakan untuk menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan
dokumen yang tidak akan diproses lagi dalam sistem akuntansi yang bersangkutan.
On line computer access
: Simbol ini menggambarkan pengolahan data dengan
komputer secara on line. Nama program ditulis di dalam simbol.
Pita magnetik: Simbol ini menggambarkan arsip komputer yang
berbentuk pita magnetik. Nama arsip ditulis di dalam simbol.
On line storage
: Simbol ini menggambarkan arsip komputer yang
berbentuk
on line
di dalam memori komputer
Ke sistem penjualan Keluar ke sistem lain:
Simbol yang menggambarkan kegiatan yang ke luar sistem.
Tabel 1. Simbol-simbol Standar untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen lanjutan
Ya
tidak Keputusan:
Menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data. Keputusan yang
dibuat, ditulis di dalam simbol ini. Garis alir:
Simbol ini
menggambarkan arah
proses pengolahan data. Anak panah digambarkan hanya
jika dokumen mengalir ke atas atau ke kiri. Persimpangan garis alir:
Untuk garis yang bersimpangan, salah satu garis dibuat
sedikit melengkung
tepat pada
persimpangan ke dua garis tersebut. Pertemuan garis alir:
Simbol ini digunakan jika dua garis alir bertemu dan salah satu garis mengikuti arus garis lainnya.
Mulai berakhir: Menggambarkan awal dan akhir suatu sistem
akuntansi. Dari pemasok
Masuk ke sistem: Kegiatan luar sistem yang masuk ke dalam sistem,
yang digambarkan dalam bagan alir. Sumber: Mulyadi 1993: 60-63
Gambar 14. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli
Sumber: Mulyadi 1993: 572
Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli
Bagian Penerimaan
Mulai Dari Bag.
Pembelian SOP 3
Dari pemasok
SP
Menerima barang dari pemasok,
disertai surat pengantar
Memeriksa barang yang
diterima Membuat laporan
penerimaan barang
SP SOP 3
3 2
LPB 1 N
1
Dikirim ke Bagian Gudang
bersamaan dengan barang
2
Bagian Utang
1 Dari Bag.
Pembelian Dari pemasok via
Bagian Pembelian Faktur
LPB 1 SOP 4
Membandingkan faktur dari
pemasok dg SOP LPB
Membuat bukti kas
keluar Faktur
LPB 1 SOP 4
3 2
Bukti Kas 1 Keluar
Register Bukti Kas
Keluar T
3
Arsip bukti kas keluar
belum dibayar
Keterangan: LPB : Laporan Penerimaan Barang
SP : Surat Pengantar SOP : Surat Order Pembelian
Gambar 14. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dibeli Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 572
Bagian Kartu Persediaan
3
Bukti Kas 2 Keluar
Kartu Persediaan
N
Selesai
Bagian Gudang
2
LPB 2
Kartu Gudang
N
Gambar 15. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok
Sumber: Mulyadi 1993: 574-575
Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok
Bagian Gudang
Mulai
Diterima dari Bagian
Pembelian
4 Memo Debit 3
Menyerahkan barang kpd.
Bagian Pengiriman
4 Memo Debit 3
Kartu Gudang 1
Bagian Pengiriman
1 4
Memo Debit 3
Mengirimkan barang kpd.
pemasok Membuat
laporan pengiriman
barang
4 Memo Debit 3
2 LPB 1
Dikirim ke pemasok
sbg. Packing
Slip
N 2
Keterangan: LPB : Laporan Penerimaan Barang
Gambar 15. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 574-575
2
Bagian Utang
Diterima dari Bagian Pembelian
2 Memo Debit 1
LPB 1
Membandingkan jenis dan
kuantitas barang LPB 1
2 Memo Debit 1
Dikirim ke pemasok
3 5
LPB 1 Memo Debit 2
T Arsip bukti kas
keluar yang belum dibayar
Selesai
Gambar 15. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Dikembalikan kepada Pemasok Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 574-575
Bagian Kartu Persediaan
3
LPB 1 Memo Debit 2
Mengisi harga pokok satuan
harga pokok total pada
memo debit
LPB 1 Memo Debit 2
Kartu Persediaan
4
Bagian Jurnal
4
LPB 1 Memo Debit 2
5 Jurnal retur
penjualan
Gambar 16. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Diterima Kembali dari Pembeli
Sumber: Mulyadi 1993: 568
Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Persediaan yang Diterima Kembali dari Pembeli
Bagian Gudang
Mulai
Diterima dari Bagian
Penerimaan
LPB 2
Kartu Gudang
N
Bagian Kartu Persediaan
Dari Bagian Penerimaan via
Bagian Piutang
LPB 1 Memo 2
Kredit
Mengisi harga pokok barang
pada memo kredit
LPB 1 Memo 2
Kredit
Kartu Persediaan
1 Keterangan:
LPB : Laporan Penerimaan Barang
Gambar 16. Bagan Alir Dokumen Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Diterima Kembali dari Pembeli Lanjutan
Sumber: Mulyadi 1993: 568
Bagian Jurnal
1
LPB 1 Memo 2
Kredit
N
Jurnal Retur
Penjualan Selesai
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Pemegang Kartu Penghitungan Fisik
Mulai
Membagikan KPF kepada
penghitung KPF
4
KPF bagian 1 KPF bagian 2
Membandingkan KPF bagian 1
KPF bagian 2
Cocok Ya
Mencatat KPF bagian 2 ke
dalam DHPF Menghitung
kembali
Prosedur kompilasi
5 Keterangan:
KPF : Kartu Penghitungan Fisik DHPF : Daftar Hasil Penghitungan Fisik
2
1
SISTEM PENGHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN
KPF
2 DHPF 1
Tidak
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Lanjutan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Penghitung Counter
KPF
Melakukan penghitungan
fisik persediaan
Mengisi KPF bagian 3 dan menyobek
KPF bagian 3 tsb
KPF bagian 3 KPF bagian 2
KPF bagian 1
N N
Digantung pada tempat penyimpanan barang
bersama dengan KPF bagian 3
Digantungkan pada tempat penyimpanan
barang sebagai tanda bahwa persediaan
yang bersangkutan telah dihitung
Pengecek Checker
3
KPF bagian 2 KPF bagian 1
Melakukan penghitungan
fisik persediaan kedua
Mengisi data hasil penghitungan pd.
kartu penghitungan fisik
bag. ke 2 KPF bagian 2
KPF bagian 1
4 Digantungkan pd.
tempat penyimpanan brg. gudang sebagai
tanda barang telah dihitung
Diterima dari bagian
produksi 2
1
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Lanjutan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Bagian Kartu Persediaan
5
2 DHPF 1
Mengisi harga pokok per unit
menghitung harga pokok total
Meminta otorisasi
atas DHPF Membuat
bukti memorial
2 DHPF 1
Bukti memorial
6 Prosedur
adjustment
Kartu Persediaan
T Prosedur
penentuan harga pokok
pricing procedure
Bagian Jurnal
6
Bukti memorial
Jurnal umum
N
7
Gambar 17. Sistem Penghitungan Fisik Persediaan Lanjutan Sumber: Mulyadi 1993: 587-588
Bagian Gudang
7
DHPF 2
Kartu Gudang
T
Selesai
E. Penghitungan Fisik Persediaan
Penghitungan fisik persediaan meliputi pekerjaan menghitung, menimbang, atau mengukur tiap-tiap jenis barang yang berada dalam
persediaan. Penghitungan persediaan seringkali dilakukan saat perusahaan sedang tidak beroperasi, atau tidak begitu sibuk, terkadang perusahaan
juga harus ditutup untuk sementara agar penghitungan persediaan dapat berjalan dengan lebih efektif. Untuk mengurangi terjadinya kesalahan,
perusahaan dapat menerapkan prosedur-prosedur berikut: a.
Penghitungan harus dilakukan oleh orang-orang yang tidak ditugasi menyimpan barang pembagian tugas.
b. Tiap bagian mendapat tugas yang jelas mengenai jenis persediaan
yang menjadi tanggungjawabnya penetapan tanggungjawab. c.
Harus dilakukan perhitungan kedua oleh orang lain pemeriksaan secara independen.
d. Harus digunakan kartu persediaan yang bernomor urut tercetak,
dan kartu tersebut diawasi pemakaiannya prosedur dokumentansi. e.
Harus ditunjuk pengawas yang bertugas untuk menentukan pada akhir penghitungan bahwa semua jenis persediaan diberi kartu
yang tidak ada satu jenis persediaan pun yang diberi lebih dari satu kartu pemeriksaan secara independen.
Penghitungan kuantitas persediaan dapat dihitung secara perpetual dan fisik, masing-masing sistem penghitungan ini memiliki tujuan yang
berbeda dimana sistem perpetual dilakukan untuk mengecek keakuratan
catatan persediaan dan menghitung jumlah rugi terkait persediaan pemborosan bahan baku, pencurian oleh konsumen atau oleh karyawan
yang selalu ada kemungkinan dapat terjadi. Sedangkan jika perusahaan memilih penghitungan secara fisik, perusahaan menggunakan sistem
penghitungan ini untuk menghitung jumlah persediaan yang tersisa dan menghitung kos barang terjual selama satu periode.
Kepemilikan barang merupakan salah satu hal penting ketika akan melakukan penghitungan persediaan. Jangan sampai perusahaan salah
mengakui hak milik karena akan dapat menimbulkan kesalahan saat menentukan jumlah total persediaan yang dimiliki perusahaan. Hak milik
ditentukan oleh syarat penjualan yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli, pembeli baru boleh mengakui persediaan jika sudah memiliki hak
secara hukum atas barang. Terdapat dua syarat penjualan, yaitu: a.
FOB Free On Board Shipping point Jika menggunakan syarat ini, maka kepemilikan barang akan
beralih ke pembeli ketika jasa pengangkut barang sudah menerima barang tersebut dari penjual.
b. FOB Destination
Jika menggunakan syarat ini, maka kepemilikan barang akan tetap berada di pihak penjual hingga barang tersebut sampai ke pembeli,
atau dengan kata lain, pembeli berhak mengakui barang jika barang tersebut sudah sampai padanya.
Perusahaan juga kadang-kadang menjualkan barang pihak lain yang menitipkan barang pada perusahaan. Barang titipan ini lebih dikenal
dengan nama barang konsinyasi. Perusahaan berhak mendapat komisi atas penjualan barang tapi tanpa memiliki barang tersebut.
F. Metoda Harga Perolehan
1. First-in, First-out FIFO
Metoda FIFO menganggap bahwa barang yang lebih dahulu dibeli akan dijual lebih dahulu. Harga perolehan barang yang lebih dulu
dibeli dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dulu juga.
2. Rata-rata
Metoda rata-rata didasarkan pada harga perolehan rata-rata tertimbang, harga perolehan HP rata-rata tertimbang ini dihitung dengan rumus:
Total HP : jumlah unit tersedia = rata-rata tertimbang per unit.
G. Review Penelitian
Penelitian sebelumnya dengan judul “Evaluasi Sistem Akuntansi Persediaan, Studi Kasus pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara,
Kalasan” yang dilakukan oleh Alberta Pungky Febriana, NIM: 052114038 memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
Apakah sistem akuntasi persediaan yang telah dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara sesuai dengan teori?
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu:
Sistem akuntansi persediaan yang dijalankan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara belum sesuai teori. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
ketidaksesuaian antara teori dan praktek yang dijalankan, seperti dalam hal pemisahan tanggung jawab fungsional yang masih perlu ditingkatkan
dengan mengacu pada prinsip pemisahan fungsi operasi, penyimpanan aktiva dan pencatatan. Dalam Instalasi Farmasi juga terdapat kekurangan
beberapa dokumen dan catatan akuntansi, pelaksanaan perhitungan persediaan yang kurang sesuai dan pemberian nomor urut tercetak pada
formulir yang digunakan. Penel itian sebelumnya dengan judul “Evaluasi
Sistem Akuntansi Persediaan, Studi Kasus pada Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara, Kalasan” ini juga membahas mengenai sistem
akuntansi persediaan dan membandingkan apakah sistem akuntansi persediaan tersebut sudah sesuai dengan teori ataukah belum. Penelitian
ini memiliki rumusan masalah penelitian yang sama dengan penelitian yang saya lakukan.
Penelitian sebelumnya lainnya dengan judul “Evaluasi Sistem
Akuntansi Persediaan Bahan Baku, Studi Kasus pada PT. Aseli Dagadu Djokdja” yang dikerjakan oleh Lucia Anna Novitasari, NIM: 012114023
memiliki rumusan masalah sebagai berikut: Apakah sistem akuntansi persediaan bahan baku pada PT. Aseli Dagadu
Djokdja telah sesuai dengan teori? Hasil penelitian yang diperoleh yaitu:
Sistem akuntansi persediaan bahan baku yang dijalankan oleh Aseli
Dagadu Djokdja tidak semuanya sesuai dengan teori. Unsur-unsur yang telah sesuai dengan teori adalah unsur-unsur yang
terdapat pada sistem akuntansi persediaan bahan baku, antara lain: 1.
Dokumen-dokumen yang digunakan. 2.
Fungsi-fungsi dalam unit organisasi yang terkait. 3.
Catatan akuntansi yang digunakan. 4.
Prosedur yang dijalankan. Sedangkan unsur-unsur yang belum sesuai teori adalah unsur-unsur yang
berkaitan dengan pengendalian intern bagi sistem akuntansi persediaan bahan baku, antara lain:
1. Fungsi penerimaan dirangkap dengan fungsi pembelian.
2. Bagian gudang bahan baku melakukan permintaan secara lisan.
3. Dokumen yang digunakan bernomor urut tidak tercetak.
4. Bukti kas keluar tidak dicap “lunas”.
Penelitian terdahulu yang berjudul “Evaluasi Sistem Akuntansi Persediaan
Bahan Baku, Studi Kasus pada PT. Aseli Dagadu Djokdja” juga membandingkan praktek dengan teori yang ada. Praktek yang sudah sesuai
dengan teori juga ikut dipaparkan, tidak hanya yang tidak sesuai dengan teori saja. Penelitian terdahulu ini juga membandingkan unsur-unsur
sistem akuntansi yang ada di teori dengan praktek yang dijalankan di perusahaan.
63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dan deskriptif analitis. 1.
Studi kasus, merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang
diteliti. Subyek yang diteliti merupakan suatu badan yang dibentuk oleh kumpulan dokter gigi.
2. Deskriptif analitis merupakan penyajian konsep teoritis yang akan
digunakan untuk menilai obyek yang diteliti, lalu menganalisis hasil penelitian dengan mengacu pada konsep teoritis untuk diambil suatu
kesimpulan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
: PT. GRHA PRIMA DENTA 2.
Waktu penelitian : Maret
– April 2013
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian:
a. Bagian Gudang
b. Bagian Pembelian
c. Bagian Penjualan
d. Bagian Akuntansi