Menyimak Menulis dengan Menggunakan Kata Berimbuhan yang Menyatakan Proses dan Hasil

54 Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana Kelas X Pendahuluan Pada pertemuan ini Anda akan memelajari empat aspek kemampuan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pada aspek mendengarkan, Anda akan diajak menyimak untuk memahami lafal, tekanan, intonasi, dan jeda dalam wawancara. Pada aspek berbicara, Anda akan memelajari cara melafalkan kata dengan menggunakan ragam bahasa baku serta memahami fungsi ragam bahasa baku dan tidak baku. Bagaimana cara memahami informasi tertulis dengan memanfaatkan kamus dapat Anda temui pada aspek membaca. Adapun pada aspek terakhir, yaitu menulis, Anda diajak untuk memahami bentuk kata dalam bahasa Indonesia serta memahami makna denotatif dan makna konotatif. Setiap aspek di atas akan dilengkapi dengan tugas, berupa tugas individu atau kelompok, untuk merangsang dan memotivasi Anda berpikir kreatif dalam memahami uraian materi. Selain itu, pada akhir bab Anda akan menemui rangkuman dan pelatihan. Rangkuman berguna untuk mengingatkan Anda kembali mengenai isi materi yang telah dipelajari. Adapun pelatihan akan membantu mengukur sejauh mana pemahaman materi yang telah Anda capai dengan cara mengerjakan soal-soal.

A. Menyimak

Menyimak Penggunaan Lafal, Tekanan, Intonasi, dan Jeda dalam Wawancara Penggunaan lafal, tekanan, intonasi, dan jeda juga sering kita temui pada peristiwa wawancara. Proses wawancara akan tercapai tujuannya apabila pewawancara dan nara- sumber dapat menggunakan lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang tepat dalam bertutur. Tujuan ini dapat tercapai karena penggunaan lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang tepat akan memudahkan kedua pihak, yaitu pewawancara dan nara- sumber, untuk memahami isi pembicaraan di antara mereka. Di media, baik cetak maupun elektronik, sekarang ini sering kita jumpai bahasa tutur dalam wawancara yang tidak tepat penggunaannya, baik oleh pewawancara maupun narasumber. Pewawancara, khususnya, hendaknya memiliki bekal pengetahuan berbahasa yang baik dan benar dalam menjalankan tugasnya. Apalagi jika pewawancara akan melakukan wawancara dalam situasi yang sifatnya resmi, misalnya, mewancarai tokoh, pejabat, atau seseorang yang memiliki kedudukan tertentu di masyarakat. Oleh karenanya, penguasaan lafal, tekanan, intonasi, dan jeda sangatlah penting dalam wawancara. Gambar 4.1 Tujuan wawancara akan tercapai jika menggunakan lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang tepat Sumber: Jawa Pos, 24 Juni 2007 Di unduh dari : Bukupaket.com 55 Informasi Cara paling efektif bagi pewawancara agar dapat menggunakan bahasa yang baik dalam wawancara adalah menyusun daftar pertanyaan secara tertulis terlebih dahulu. Daftar pertanyaan wawancara memuat apa saja yang akan ditanyakan pewawancara kepada narasumber. Sebelum melakukan wawancara, pewawancara dapat mengoreksi kembali tata bahasa dalam daftar pertanyaannya. Hal ini bertujuan agar saat berlangsungnya acara tanya jawab, bahasa yang digunakan oleh pewawancara tidak menyimpang dari kaidah tata bahasa yang baik dan benar. Tugas Individu 1. Simaklah wawancara berikut yang akan dibacakan oleh dua orang teman Anda satu orang menjadi pewawancara dan satu orang lagi menjadi narasumber. Ibarat Oksigen, Informasi Harus Sehat Wacana kemungkinan masuknya sistem pemberedelan media ke dalam revisi Undang-Undang Nomor 401999 tentang pers akan mereduksi kebe- basan pers dan berpengaruh terhadap melemahnya kritisisme publik. Berikut wawancara Jawa Pos dengan Menteri Komunikasi dan Informatika Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh. Bagaimana pandangan Anda tentang siginifikansi pemberedelan media? Kita harus merujuk pada kesadaran lebih dulu bahwa pers itu merupakan pilar bagi masyarakat madani civil society. Selain menjadi fungsi kontrol strategis, media juga merupakan instrumen penting bagi terjadinya transfor- masi sosial. Karena itu, pada prinsipnya kebebasan untuk menyatakan pendapat menjadi keniscayaan. Jadi, bagaimana mungkin kita bisa menyam- paikan kontrol yang benar kalau hak orang berbicara dibatasi. Jadi, saya berprinsip, jangan sampai media sebagai trasmitter diputus. Jadi kebebasan media tetap perlu dipertahankan? Benar. Hak dasar media harus dipenuhi. Tetapi, perlu dipahami, bukan sekadar kebebasan pers freedom of press yang harus penuhi tetapi juga tanggung jawab media yang matang. Sebab, kebebasan tanpa tanggung jawab akan mengakibatkan chaos. Karena, tidak selalu yang disampaikan media itu selalu benar. Tentu ada kemungkinan memuat kekhilafan. Apakah derajat kebebasan pers di Indonesia sudah masuk kategori mengkhawatirkan? Saya tidak bisa mengeneralisasi kondisi saat ini dalam kategori tertentu. Karena penilaian itu bisa berubah sesuai waktu. Kadang, media dalam menampilkan berita bisa proporsional, standar, atau bisa saja kurang. Kita Di unduh dari : Bukupaket.com 56 Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana Kelas X harus melihatnya kasus per kasus. Jadi tidak bisa dikategorikan secara umum. Yang perlu kita dorong adalah, memberikan kebebasan dan tanggung jawab dalam konteks membangun bangsa. Karena itu, pemerintah tidak akan berkonsentrasi mengatur wilayah teknis dalam perubahan UU Pers. Pemerintah berharap ada perubahan dari yang bersifat teknis menuju yang subtantif. Artinya pemerintah tidak sepakat dengan ide pemberedelan? Wis blas gak sepakat . Iku kurang kerjaan wae. Jadi, kita memberikan kepada setiap media berupa self controlling. Media diberi keleluasaan untuk memahami secara mendalam mana yang benar dan mana yang salah. Jadi, bebas, tidak akan diberedel, tapi media juga tidak boleh sembarangan. Semua harus memegang komitmen untuk bekerja secara konstruktif bagi bangsa ke depan. Jika pintu kebebasan dibuka lebar-lebar, bagaimana mekanisme kontrol yang ideal bagi pers? Secara alamiah, masyarakat memiliki sistem kontrol sendiri. Masyarakat juga bisa mencermati kualitas media, mana yang beritanya tidak propor- sional dan mana yang profesional. Karena yang diperlukan publik itu kebe- naran informasi. Saya mengibaratkan, informasi itu seperti oksigen. Nah, oksigen yang terkontaminasi polusi bukan menyehatkan, tetapi akan menyakitkan. Jadi, informasi yang tidak baik dan bias itu ibarat informasi yang mengandung Monosodium Glutamat MSG. Karakter informasi yang bias itu akan membuat publik semakin semangat untuk melahap. Dan, perlu diingat, konsumsi semacam itu mengandung karsinogenik atau bahan awal yang bisa menumbuhkan kanker. Jadi, kalau masyarakat kita terlalu banyak disuguhi berita yang bias dan tidak mencerdaskan, maka mindset masyarakat akan bergeser, yang ujung-ujungnya tidak benar. Contohnya? Dulu, mindset masyarakat mengatakan bahwa apa pun yang disampaikan pemerintah itu salah, dan apa yang disampaikan media itu benar. Padahal, keduanya bisa berpotensi benar, juga bisa salah. Alasannya sepele. Pada prinsipnya, al-insanu mahalli al-khoto’wa al-nis’yan atau manusia itu tempatnya salah dan lupa. Media yang dijalankan manusia itu juga bisa berpeluang salah. Jadi, pemeritnah yang dipersepsikan memiliki intensitas kepentingan tinggi tidak selalu salah. Untuk itu saya tegaskan sekali lagi, yang dibutuhkan adalah menyeimbangkan degree of freedom dan degree of responsibility . Bagaimana tentang urgensi perubahan UU Pers itu sendiri? Prinsipnya, yang namanya peraturan perundangan itu selalu bergantung waktu certain time, contain atau isi, dan konteks. Kalau kita berpikir positif, setiap perubahan itu bisa dilakukan dalam rangka perbaikan. Jadi, Di unduh dari : Bukupaket.com 57 Informasi perubahan perlu dijalankan tanpa harus menyalahkan yang lalu-lalu. Selain itu, undang-undang yang lama tetap dipengaruhi konteks sosial atau asbabu annuzul yang berbeda dengan konteks kontemporer. Berangkat dari prinsip dasar itu, maka setiap pergeseran waktu selalu memerlukan perbaikan aturan lewat perubahan-perubahan. Prinsip itu berlaku umum kecuali pada Alquran yang tidak boleh digonta-ganti. Apa saja yang belum terakomodasi dalam perubahan itu? Tentang perlindungan kerja para insan pers harus diakomodasi. Karena jurnalis juga perlu mendapatkan kepastian dalam kerja, jaminan hidup, seperti pendapatan yang layak sebagai pekerja. Artinya, industri pers dituntut untuk serius, tidak sekadar terbit lalu tutup. Kita jangan hanya melindungi lembaga persnya, tetapi juga para insan pekerja persnya. Pers harus memberikan optimisme bagi publik, bukan karena saya sekarang yang duduk di pemerintahan. Negara ini milik kita bersama. Terkait tentang kemung- kinan masuknya pidana pers sebagai lex specialist atau tidak, saya belum punya pendapat. Semua terserah rekan-rekan pers untuk mengkajinya terlebih dahulu. Sumber: Jawa Pos, 24 Juni 2007 Diambil seperlunya 2. Daftarlah kata-kata yang lafalnya diucapkan dengan lafal tidak baku, kemudian betulkan lafal tersebut agar menjadi lafal yang baku. 3. Daftarlah kalimat-kalimat yang menggunakan tekanan, intonasi, dan jeda yang sejenis. 4. Cermati istilah-istilah asing yang terdapat pada dialog. Apakah istilah tersebut dipengaruhi oleh lafal, tekanan, intonasi, dan jeda? Berilah alasannya. 5. Bagaimana kalimat-kalimat yang terdapat dalam wawancara tersebut? Apakah sudah mewakili kalimat yang baik dan benar secara tata bahasa dan situasi? Tunjukkan bukti dan alasannya. Tugas Kelompok 1. Bentuklah siswa di kelas Anda menjadi beberapa kelompok untuk melakukan wawancara mengenai bahasa tutur guru ketika sedang menginformasikan pelajaran kepada siswa dari segi tata bahasanya, apakah para guru tersebut sudah mempraktikkan tata bahasa yang baik dan benar dalam pengajarannya. Coba Anda minta kepada guru yang diwawancarai untuk jujur mengungkapkannya. Di unduh dari : Bukupaket.com 58 Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana Kelas X 2. Narasumber yang akan diwawancarai adalah para guru di sekolah Anda dari berbagai bidang studi yang Anda pelajari. Setiap kelompok dapat menentukan satu orang guru studi sebagai narasumbernya, misalnya guru Matematika, guru Bahasa Indonesia, dan seterusnya. 3. Susunlah daftar pertanyaan Anda terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara. Diskusikan dengan anggota kelompok Anda mengenai tata bahasanya. 4. Setelah daftar pertanyaan tersebut selesai Anda buat, lakukan wawancara dengan sikap yang santun. Cermati pula tata bahasa yang digunakan oleh para narasumber ketika sedang diwawancarai. Rekamlah wawancara Anda tersebut apabila perlu. 5. Buatlah laporan dan kesimpulannya setelah Anda selesai melakukan wawancara. 6. Bandingkan hasil kerja kelompok Anda dengan hasil kerja kelompok lain.

B. Berbicara