41
Seni Budaya
2. Catatlah inti informasi yang terdapat di dalamnya dan bandingkan hasilnya dengan teman yang lain.
3. Diskusikanlah dengan teman yang lain mengapa dapat terjadi persamaan atau perbedaan mengenai isi berita yang Anda tangkap. Apakah persamaan
atau perbedaan tersebut memang dipengaruhi oleh proses dan prinsip mendengarkan Anda? Ungkapkan dengan jujur pengalaman Anda kepada
teman-teman diskusi.
Tugas Kelompok
1. Bentuklah siswa di kelas Anda menjadi beberapa kelompok. 2. Dengarkan sebuah berita yang disiarkan lewat radio atau televisi yang
berhubungan dengan seni budaya dan rekamlah berita tersebut menggunakan alat perekam.
3. Buatlah laporan mengenai isi berita yang Anda dengar bersama anggota kelompok yang lain.
4. Bacakan laporan kelompok Anda di hadapan kelompok yang lain dan mintalah mereka untuk mencatatnya.
B. Berbicara
Melafalkan Kata dengan Artikulasi yang Tepat dalam Pidato
Artikulasi berhubungan dengan penggunaan bahasa, khususnya secara lisan, misalnya dalam
pidato. Penggunaan bahasa dalam pidato dikatakan baik apabila bahasa yang digunakan sesuai dengan
situasi pembicaraan, orang yang berbicara, serta tempat itu digunakan.
Tentu tidak menyenangkan apabila seseorang dalam berpidato tidak menggunakan kalimat-kalimat
yang jelas. Maksudnya adalah pengucapan lafalnya tidak jelas, sehingga informasi yang disampaikan
tidak mudah dipahami.
Penyampaian informasi dalam pidato akan terganggu apabila seseorang dalam mengucapkan
Gambar 3.2 Berpidato sangat penting
memerhatikan ketepatan artikulasi
Sumber: Suara Merdeka, 19 Agustus 2007
Di unduh dari : Bukupaket.com
42
Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana Kelas X
kata atau kalimat tidak jelas secara artikulasi. Oleh karena itu, artikulasi memegang peranan penting dan utama dalam pidato.
Berpidato membutuhkan kepiawaian dalam menyusun kosa kata yang tepat berdasarkan tempat, pendengar, dan tujuan dari pidato tersebut. Berdasarkan
tujuannya, pidato dibedakan menjadi: 1. pidato yang bertujuan mendorong,
2. pidato yang bertujuan meyakinkan, 3. pidato yang bertujuan untuk bertindak,
4. pidato yang bertujuan memberitahukan atau mengabarkan, dan 5. pidato yang bertujuan menyenangkan atau hiburan.
Pidato dengan tujuan apa pun, dapat disampaikan secara lugas maupun dengan ungkapan yang mengiaskan maksud-maksud tertentu. Jenis-jenis metode pidato
adalah sebagai berikut. 1. Metode impromptu serta merta
Pembicara berpidato secara spontanitas, mendadak, dan serta merta dengan penyampaian secara improvisasi.
2. Metode menghafal Pembicara membuat semacam teks dan terus dihafalkan selama pidato.
3. Metode naskah Pembicara selalu membawa dan menggunakan naskah atau teks selama
berpidato. 4. Metode ekstemporan
Merupakan jalan tengah antara metode menghafal dan naskah. Uraian yang akan disampaikan dipersiapkan dalam bentuk kerangkacatatan. Kerangka
itulah yang dikembangkan selama pidato berlangsung.
Tugas Individu
1. Bacakan naskah pidato berikut dengan artikulasi yang jelas dan ekspresi yang mendukung di depan kelas.
Kesenian Sudah Dipolitisir
Assalamualaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua,
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat berkumpul di
tempat ini dengan keadaan sehat walafiat. Saudara-saudara yang saya hormati,
Barangkali di antara Saudara ada yang tidak setuju dengan topik yang akan saya bicarakan saat ini. Kesenian sudah dipolitisir? Apa maksudnya?
Di unduh dari : Bukupaket.com
43
Seni Budaya
Apakah kesenian sudah menjadi tunggangan para politikus dalam rangka menyukseskan kampanyenya? Bukan itu maksud yang ingin saya sampaikan.
Kalau hanya sekadar menjadi tunggangan politik, sejak dulu kesenian memang sudah menjadi alat kampanye politik yang jitu, misalnya saja, lewat
pertunjukan wayang kulit, musik, bahkan drama di atas panggung.
Maksud yang hendak saya sampaikan adalah bahwa yang menjadi fenomena sekarang ini adalah kesenian yang dipolitisir menjadi barang
konsumsi yang tidak punya nilai seni lagi. Kesenian sudah menjadi alat pengeduk uang yang luar biasa tanpa memperhatikan nilai estetika maupun
moralitas. Lihat saja tontonan di televisi kita. 90 sinetron dipenuhi dengan sinetron-sinetron yang mutunya sangat rendah. Tidak ada estetika,
pendidikan kemanusiaan, ataupun moralitas dalam sinetron-sinetron kita. Saudara-saudara yang saya hormati,
Kita hendaknya memahami bahwa sinetron adalah salah satu bentuk kesenian yang berbentuk drama, yang dibungkus lewat sarana elektronika,
yang mampu dinikmati di layar kaca oleh siapa pun. Karena dapat dinikmati oleh siapa pun itulah, maka para produser sinetron kita berlomba-lomba
membuat sinetron yang mampu merangkul banyak pemirsa. Parahnya, pemirsa kita kebanyakan adalah masyarakat yang bodoh. Masyarakat yang
sudah terkuras pikirannya oleh permasalahan sehari-hari yang semakin lama semakin berat. Mereka pun ingin lari sejenak untuk melupakan persoalan
tersebut dengan mencari alternatif hiburan.
Nah, dunia hiburan kita ternyata tidak banyak alternatifnya, khususnya dunia hiburan di televisi. Produser yang tahu betul keinginan masyarakat
langsung memberi obat yang sangat jitu dan manjur, yaitu tontonan yang menghibur, yang meninabobokan, yang membuat para pemirsa terbang ke
alam impian. Akhirnya terjadi hubungan timbal balik yang saling membutuhkan, meskipun dalam arti yang negatif. Produser ingin mengeduk
uang sebanyak-banyaknya, dan sudah ada lahan yang tersedia. Saudara-saudara yang saya muliakan,
Padahal kalau dirunut dengan saksama, tontonan di televisi kita, rata- rata menjebak dan menjerumuskan penonton ke dalam suatu persoalan baru,
yaitu semakin hancurnya moralitas bangsa. Tidak ada kesadaran antara produser dan masyarakat akan pentingnya suatu tontonan yang menghibur
sekaligus mendidik. Padahal tontonan semacam ini sangat mungkin diproduksi dan dihadirkan untuk masyarakat. Memang, dibutuhkan banyak orang
bermoral mulia dalam rangka mewujudkan produksi tontonan semacam ini. Mungkin itulah yang menjadi kendala bangsa ini, tidak mempunyai banyak
orang bermoral mulia.
Di unduh dari : Bukupaket.com
44
Bahasa Indonesia Tingkat Semenjana Kelas X
Saudara-saudara yang budiman, Kita seharusnya rindu tontonan yang mampu memberi kesegaran pikiran
dan jiwa. Kita seharusnya mengharapkan tontonan yang menghibur sekaligus mendidik. Barangkali lewat sepatah dua patah kata dari saya ini, ada beberapa
orang yang tergerak hatinya untuk mewujudkan kerinduan kita tersebut. Saya yakin dengan adanya tontonan yang bermutu akan menjadikan
kehidupan masyarakat kita menjadi lebih baik, baik dalam moralitas, kebudayaan, etika, religi, bahkan politik.
Cukup sekian tutur kata dari saya dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf dari hati yang paling dalam.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
2. Bacalah dalam hati naskah pidato yang berjudul Kesenian Sudah Dipolitisir di atas. Bagaimana menurut Anda mengenai penggunaan
bahasanya? Coba Anda perbaiki naskah pidato tersebut dengan memerhatikan penggunaan kalimat efektif.
3. Kumpulkan hasil perbaikan naskah pidato Anda kepada guru untuk diberi evaluasi.
C. Membaca