70
BAB V PEMBAHASAN
5.1 PEMBAHASAN
5.1.1 Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Keselamatan
Berkendara
Safety Riding
Dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku keselamatan berkendara
safety riding
pada mahasiswa FMIPA UNNES
p-value
= 0,044. Hal ini sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa perilaku itu dipengaruhi oleh faktor-
faktor predisposisi, salah satunya pengetahuan responden Notoatmodjo, 2010:59. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang kurang dan berperilaku tidak aman dalam berkendara.
Fakta yang ditemukan dilapangan, responden yang memiliki pengetahuan baik terlihat dari mereka sudah memahami tentang
safety riding,
baik mengenai informasi umum tentang
safety riding
, peraturan dan kebijakan ketika berkendara, kelengkapan berkendara, persiapan pada sebelum, saat, dan setelah berkendara.
Sedangkan pada responden yang memiliki pengetahuan kurang dan cukup, beberapa responden kurang memahami tentang
safety riding
yang meliputi informasi umum tentang
safety riding
, peraturan dan kebijakan ketika berkendara, kelengkapan berkendara, persiapan pada sebelum, saat, dan setelah berkendara.
Tidak semua pengemudi kendaraan paham dan mengetahui peraturan- peraturan lalu lintas. Arti dari marka dan rambu-rambu lalu lintas belum
sepenuhnya dipahami oleh pengemudi di jalan raya. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk mencari tahu arti dari marka dan rambu-rambu lalu
lintas ditambah pada saat ujian memperoleh SIM, mereka lebih senang mendapatkan SIM dengan instan daripada mengikuti seluruh prosedur Rahardjo,
2014:61. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adinugroho 2013:336,
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
safety driving
pada pengemudi angkutan kota jurusan Banyumanik-Johar Kota Semarang, dengan nilai signifikansi
p-value
sebesar 0,004. Hasil penelitian lain yang sejalan juga telah dilakukan oleh Ariwibowo 2013:6, tentang hubungan
pengetahuan terhadap praktik
safety riding awareness
pada pengendara ojek sepeda motor di Kecamatan Banyumanik, dimana nilai signifikansi
p-value
sebesar 0,024 yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan terhadap praktik
safety riding
. Berbeda dengan penelitian ini, penelitian Puspitasari 2012:197
menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan mengendarai sepeda motor pada mahasiswa FKM Unair tahun 2013.
Dalam penelitian Puspitasari, mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik dan berperilaku tidak patuh.
Menurut penelitian di lapangan, ditemukan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang 63,8 tidak aman dalam berperilaku keselamatan
berkendara
safety riding,
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik 47,6 cenderung untuk berperilaku aman dalam berkendara. Hal tersebut
dikarenakan responden yang memiliki pengetahuan baik mengenai perilaku keselamatan berkendara
safety riding
lebih memahami
safety riding
serta tahu bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan ketika hendak berkendara, selama
berkendara dan setelah berkendara. Mahasiswa sebenarnya telah mengetahui beberapa hal terkait pelaksanaan
safety riding,
seperti
safety riding
harus dilakukan secara komprehensif yaitu sebelum, saat dan setelah berkendara, namun pada praktiknya masih banyak
mahasiswa yang bahkan tidak melakukan
safety riding
seperti pemeriksaan sebelum berkendara yaitu pengecekan ban, rem, lampu kendaraan, dan
sebagainya, menyalakan lampu utama pada siang hari dilakukan hanya pada saat ada pemeriksaan.
Selain itu, sebenarnya mereka tahu bahwa penggunaan helm saat berkendara merupakan suatu hal yang sangat penting untuk keselamatan, hal ini
sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2009 pasal 57 mengenai perlengkapan kendaraan bermotor dimana dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa setiap
kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan kendaraan bermotor yaitu berupa helm Standar Nasional Indonesia
SNI. Namun, pada kenyataannya mayoritas mahasiswa tidak memakai helm ketika berkendara ke kampus, rata-rata responden mengatakan bahwa jarak
tempuh yang dekat, ribet, repot, panas, tidak nyaman, tidak ada polisi yang jaga serta malas.
Hal ini mencerminkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik namun belum secara sadar memahami maksud dan tujuan dari perilaku
keselamatan berkendara
safety riding.
sehingga tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan responden masih belum
aware
atau peduli terhadap tindak pencegahan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang kurang maupun baik dapat mempengaruhi dalam perilaku keselamatan berkendara
safety riding.
Sebaiknya, selalu berhati-hati ketika berkendara, mematuhi rambu-rambu dan marka jalan, serta mengehindari beberapa hal seperti jangan mengemudi jika
lelah, jangan menggunakan
handphone
ketika berkendara, selalu menjaga jarak aman, jangan mengemudi dengan kecepatan tinggi, jangan mengemudi dibawah
pengaruh alkohol dan narkoba Muthfisari, 2007:29.
5.1.2 Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Keselamatan Berkendara