Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat

14 kurikulum, menambah buku pelajaran, dan menyediakan laboratorium di sekolah. Suryadi, 2001 Jika dilihat dari perspektif sejarah persekolahan, kebermaknaan sekolah selalu dilihat sebagai institusi yang menopang kehidupan masyarakat, yaitu untuk memenu- hi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kemilikan kemampuan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Satori 2006 Oleh karena itu terkait de- ngan desentralisasi pendidikan, perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan pendi- dikan merupakan hasil kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Pelaksanaan pendidikan tidak dapat diberlangsungkan secara terpisah, jauh dari realitas kebutuhan riil masyarakat. Suryadi, 2001 Sejalan dengan pemikiran tersebut, Tilaar 2000 : 105 menegaskan bahwa pendidikan yang benar adalah pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang berdasar pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebe- narnya. Pendidikan akan menjadi terasing dari konteks tujuannya apabila partisipasi masyarakat diabaikan, karena pendidikan tidak mampu menjawab kebutuhan dan ke- budayaan yang nyata. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya yang ada didalamnya adalah pendidikan yang tidak memiliki akuntabilitas tanggungjawab.

2.2.2 Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat

Perumusan pendidikan berbasis masyarakat tidak bisa dilepaskan dari makna dua kata utama, yaitu kata “pendidikan” dan kata “masyarakat”. Penjelasan tentang pendidikan telah diuraikan pada bab sebelumnya 2.1.1 sedangkan kata masyarakat diambil terjemahan dari kata community dari frase community based aducation. Pengambilan kata community untuk menjelaskan pengertian masyarakat ini juga sejalan dengan pendapat Kunaryo Wijanarko 2005 : 45 Michael W. Galbraith dengan mengutip pendapat Warren menjelaskan com- munity sebagai kombinasi dari suatu unit sosial dan sistem yang memiliki tugas uta- ma menjalankan fungsi sosial dalam kewilayahan tertentu. Penekanan keberadaan 15 masyarakat dapat dilihat dari adanya interaksi antar anggota masyarakat dalam ling- kup wilayah dengan menggunakan komponen dari adat istiadat dan nilai-nilai yang sama. Galbraith 1995 Perilaku kolektif manusia yang secara alami membentuk jaringan sosial ke- masyarakatan merupakan hasil dari proses belajar selama berada dalam interaksi tersebut. Pola hubungan tingkah-laku kemasyarakatan inilah yang membentuk nor- ma atau adat istiadat sebagai identitas kolektif yang terus diperbaharui sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Koentjaraningrat 1990 : 145 Akibatnya, sebuah masya- rakat akan secara alamiah berhubungan dalam jaringan keterikatan secara demokratis, memberikan pengaruh, mengarahkan dan membagi sumber daya untuk kemajuan, dan memberikan rasa solidaritas diantara mereka. Koentjaraningrat 1990 : 146-161 merumuskan definisi masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa indentitas bersama. Secara lebih jelas Koentjaraningrat memberikan ciri masyarakat yaitu memiliki pusat orien- tasi, persamaan ciri, potensi untuk intraksi, persamaan untuk interaksi, kontinuitas, adat-istiadat dan sistem norma, identitas sosial, lokalisasi dan kesadaran wilayah, organisasi adat, organisasi buatan, sistem kepemimpian. Penjelasan dengan definisi formal tentang pendidikan berbasis masyarakat telah ditegaskan Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab XV bagi- an dua pasal 55. Pendidikan berbasis masyarakat diartikan sebagai bentuk penyeleng- garaan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh dan untuk masyarakat. UU Sisdiknas Tahun 2003 Comton and Mc Clusky menggunakan istilah “community education for development” untuk menjelaskan pendidikan berbasis masyarakat yang diartikan sebagai proses dimana setiap anggota masyarakat hadir untuk mengemukakan semua 16 persoalaan dan kebutuhan, mencari solusi diantara mereka, mengerahkan sumberdaya yang tersedia, dan melaksanakan suatu rencana kegiatan atau pembelajaran atau ke- duanya. Sehingga, pendidikan berbasis masyarakat berangkat dari asumsi bahwa ma- syarakat baik desa maupun kota memiliki potensi untuk memecahkan permasalahan yang dialami secara mandiri dengan menggali potensi yang dimilikinya. Galbraith 1995 Michael W. Galbraith sendiri memberikan pengertian bahwa pendidikan berbasis masyarakat memiliki pengertian yang sama dengan community-based education yaitu proses pendidikan dimana individu-individu dalam hal ini orang dewasa menjadi lebih berkompeten dalam ketrampilan, sikap, dan konsep-konsep mereka dalam mencapai kehidupan melalui usaha yang lebih, dalam mengontrol aspek-aspek lokal masyarakat mereka melalui keterlibatan secara demokratis. Galbraith 1995 Dari beberapa definisi tersebut maka dapat diambil sebuah pemahaman bah- wa pendidikan berbasis masyarakat memiliki tujuan utama untuk melayani kekhasan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh dengan mengunakan sumber daya yang tersedia secara mandiri. Pendidikan berbasis masyarakat memiliki asumsi bahwa se- tiap komponen dari masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk memecahkan problem sosial masyarakat dengan memobilisasi aksi bersama. Masya- rakat dalam konteks pendidikan berbasis masyarakat adalah agen pelaksana, tujuan dan sekaligus sebagai fasilitator dalam proses pendidikan. Implementasi pendidikan berbasis masyarakat diharapkan setiap anggota ma- syarakat dapat belajar bersama. Para guru, dewan pendidikan, pengelola dan pelajar adalah semua anggota masyarakat dari semua generasi. Para guru tidaklah harus dari guru sekolah, akan tetapi mereka yang memiliki pengalaman atau keahlian dapat di- jadikan sebagai guru. Guru bertindak sebagai pemimpin yang mengambil peran da- lam mencarikan jalan para siswa untuk mencapai pengetahuannya secara terbuka dan 17 memberikan kebebasan untuk mengkaji dengan cara pandang yang berbeda. Earth Systems Science 2005 Secara lebih sederhana, formulasi konsep pendididikan berbasis masyarakat bertumpu pada tiga pilar utama yaitu “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat”. Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan merupakan jawaban dari apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat artinya masya- rakat merupakan pelaku atau subjek pendidikan yang aktif, bukan hanya sekedar se- bagai objek pendidikan sehingga masyarakat betul-betul memiliki, bertangungjawab dan peduli terhadap pendidikan. Sedangkan pengertian pendidikan untuk masyarakat artinya masyarakat secara aktif terlibat dalam semua program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan mereka. Zubaedi 2005 : Untuk melaksanakan konsep pendidikan berbasis masyarakat setidaknya per- lu dipersiapkan lima hal : 1 Teknologi yang digunakan hendaknya sesuai dengan kondisi dan situasi nyata yang ada di masyarakat. 2 Adanya lembaga atau wadah yang statusnya jelas dimiliki, dipinjam, dikelola, dan dikembangkan oleh masyarakat. Disini dituntut adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan pendidikan luar sekolah. 3 Program pelajar yang akan dilakukan harus bernilai sosial atau harus bermakna bagi kehidupan peserta didik atau warga belajar. 4 Program belajar harus milik masyarakat, bukan milik instansi pemerintah. 5 Aparat pendidikan luar sekolah tidak menangani sendiri programnya, tetapi melibatkan dengan organisasi masyarakat lainnya. Zubaedi 2005 : 139-140 Sihombing 1999:17 memberikan ciri-ciri khusus yang memberdakan pendidikan berbasis masyarakat dengan pendidikan berbasis sekolah. Pendidikan berbasis masyarakat menurut Sihombing diarahkan tidak semata-mata memintarkan anak didik, tetapi juga mencerdaskan. Oleh karena itu pendidikan berbasis masyarakat memberikan pelayanan proses pendidikan tidak sebatas pada 18 pengetahuan yang bersifat kognitif akan tetapi melakukan pembelajaran terhadap masyarakat tentang segala aspek kehidupan. Pendidikan berbasis masyarakat mengharuskan pelaksanaan pendidikan berbasis masyarakat tidak jauh dari realitas yang dialami oleh masyarakat, sehingga program pendidikan disusun berdasarkan kondisi dan kebutuhan riil di masyarakat mulai dari tingkat perencanaan hingga evaluasi. Keterlibatan masyarakat mutlak diperlukan untuk menampung aspirasi yang menjadi kebutuhan dalam menyusun tujuan pendidikan yang diinginkan. Oleh karena itu, inti sari dari pendidikan berbasis masyarakat adalah proses kesadaran dari hubungan sosial yang diarahkan untuk pengembangan pendidikan da- ri, oleh dan untuk masyarakat dengan memperhatikan kondisi sosial, politik, lingku- ngan, ekonomi, dan faktor lainnya. Untuk melaksanakan program pendidikan berba- sis masyarakat perlu adanya kesadaran, kepercayaan dan keterlibatan penuh anggota dengan pemperhatikan kebebasan, kemampuan dana, dan kesediaan untuk mengambil peranan.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Pendidikan Berbasis Masyarakat