Dasar Pemikiran Pendidikan Berbasis Masyarakat

12 kan segala sesuatu yang berguna untuk hidup dimasyarakat sebagai warga negara. Purwanto 2002 : 24 Fungsi pendidikan juga dijelaskan oleh Ihsan dengan membedakan dalam dua kategori yaitu fungsi pendidikan dalam arti sempit dan fungsi pendidikan dalam arti luas. Fungsi pendidikan dalam arti sempit ialah membantu secara sadar perkem- bangan jasmani dan rohani peserta didik. Sedangkan fungsi pendidikan secara luas yaitu sebagai alat pengembangan pribadi, pengembangan warga negara, pengem- bangan kebudayaan, pengembangan bangsa Ihsan 2003 : 11 Secara praktis, Sagala 2003 : 11 memberikan uraian tentang fungsi pendi- dikan sebagai usaha untuk menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Dengan berpendidikan dapat diasumsikan bahwa orang yang berpendidikan dengan bekal kecakapan hidup yang dimiliki akan dapat mengatasi berbagai problem kehidupan yang dihadapinya. Kemudian untuk fungsi dan tujuan pendidikan di Indonesia menurut Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional dirumuskan: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa. Tujuannya yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kre- atif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari uraian diatas maka pada dasarnya tujuan dan fungsi pendidikan adalah untuk mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi manusia yang sempurna dengan membekali pengetahuan dan ketrampilan untuk mencapai kesejahteraan hidup, sentosa lahir dan batin serta berbudi pekerti yang luhur.

2.2 Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat

2.2.1 Dasar Pemikiran Pendidikan Berbasis Masyarakat

13 Gelombang keinginan para pemikir untuk mengubah pola pendidikan yang terpusat pada negara menuju perubahan pada pola pendidikan dengan basis masya- rakat sudah lama ada. Pemikiran ini muncul oleh karena sekolah dianggap sebagai lembaga asing yang tidak memiliki relevansi kaitan langsung dengan kehidupan masyarakat. Surjadi 1989 : 100-122 Akibat dari “arus” reformasi yang memicu munculnya kesadaran berdemo- krasi di masyarakat memberikan mengaruh adanya tuntutan pemberdayaan masya- rakat dalam pembangunan. Hal ini berarti dominasi pemerintah dalam pembangunan dikurangi dan memperbesar partisipasi masyarakat. Konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan yang dituangkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa ayat 1. Sejalan dengan diberlakukannnya Undang-undang Otonomi Daerah yang sa- lah satu tujuannya yaitu untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat melalui pem- berdayaan dan meningkatkan peran serta masyarakat, maka konsekuensi pelaksanaan pendidikan juga diharapkan senantiasa melihat dan memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat. Sehingga satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal, merupakan kebutuhan bentuk pendidikan saat ini. Agar percepatan pembangunan di daerah berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal dapat segera terwujud. Dalam hal ini pewilayahan komoditas harus dibarengi dengan lokalisasi pendidikan dengan basis keunggulan lokal. Arifin 2003 Seperti yang ditegaskan oleh Suryadi yaitu, bahwa perbaikan mutu pendidikan itu sesungguhnya mutu pendidikan terkait erat dengan usaha pemberdayaan sekolah, guru, dan masyarakat dalam mendukung pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak bisa dilakukan hanya dengan memperbaiki 14 kurikulum, menambah buku pelajaran, dan menyediakan laboratorium di sekolah. Suryadi, 2001 Jika dilihat dari perspektif sejarah persekolahan, kebermaknaan sekolah selalu dilihat sebagai institusi yang menopang kehidupan masyarakat, yaitu untuk memenu- hi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kemilikan kemampuan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Satori 2006 Oleh karena itu terkait de- ngan desentralisasi pendidikan, perencanaan, pengembangan, dan pelaksanaan pendi- dikan merupakan hasil kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Pelaksanaan pendidikan tidak dapat diberlangsungkan secara terpisah, jauh dari realitas kebutuhan riil masyarakat. Suryadi, 2001 Sejalan dengan pemikiran tersebut, Tilaar 2000 : 105 menegaskan bahwa pendidikan yang benar adalah pendidikan yang hidup dari dan untuk masyarakat. Pendidikan yang berdasar pada masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang sebe- narnya. Pendidikan akan menjadi terasing dari konteks tujuannya apabila partisipasi masyarakat diabaikan, karena pendidikan tidak mampu menjawab kebutuhan dan ke- budayaan yang nyata. Pendidikan yang terlepas dari masyarakat dan budaya yang ada didalamnya adalah pendidikan yang tidak memiliki akuntabilitas tanggungjawab.

2.2.2 Konsep Pendidikan Berbasis Masyarakat