Teori Behavioristik TEORI BELAJAR

5 rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dala situasi stimulus atau factor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan belajar. Winkel : belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan , yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Cronbach : belajar merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu mempergunakan panca indera. Gagne : belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan, belajar merupakan peristiwa yang terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu yg dapat diamati, diubah dan dikontrol. Kimpley : belajar adalah suatu proses untuk mengubah performansi yang tidak terbatas pada keterampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi seperti persepsi, emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi. Degeng 1997:3: belajar merupakan pengaitan pengetahuan baru pada struktur kognitif yang sudah dimiliki si belajar. Hal ini mempunyai arti bahwa dalam proses belajar, siswa akan menghubung-hubungkan pengetahuan atau ilmu yang telah tersimpan dalam memorinya dan kemudian menghubungkan dengan pengetahuan yang baru.

D. TEORI BELAJAR

1. Teori Behavioristik

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon Gredler, Margaret Bell, 1986: 42. Menurut behavorisme, reaksi yang begitu kompoleks akan menimbulkan tingkah laku, sebagaimana pendapat R.G Bouring, bahwa: 1 complex system of responses which depend upon meaning involved are better called behavior . 2 Respon is property correlated with stimulus , behaviour with situation. Prinsip-prinsip behaviorisme 6 adalah: 1 objek psikologi adalah tingkah laku 2 semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek, dan 3 belajar mementingkan terbentuknya kebiasaan. Edward L. Thorndike 1911 dari Amerika Serikat dalam teori conectionisme, menyatakan belajar adalah proses interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan respon yang juga berupa pikiran, perasaan atau gerakan. Dasar dari belajar adalah assosiasi antara kesan pancaindera sense impression dan impuls untuk bertindak impuls to action atau terjadinya hubungan antara stimulus S dan Response R disebut Bond, sehingga dikenal dengan teori S – R Bond. Di dalam belajar terdapat dua hukum, yaitu hukum primer Law of Readiness, Law of Exercise and Repetation , dan Law of Effect dan hukum sekunder Law of Multiple Response, Law of Assimilation, dan Law of Partial Activity Watson sebagai pelopor lain yang datang sesudah Torndike, berpendapat bahwa stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati observable Gredler, Margaret Bell, 1986: 49. Dia mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan mengganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum. Penganut aliran tingkah laku lebih suka memilih untuk tidak memikirkan hal-hal yang bisa diukur, meskipun mereka tetap mengakui bahwa semua hal itu penting. Clarh Hull 1943 mengemukakan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusinya Charles Darwin. Tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup, karena di dalam teori Hull kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhannya menempati posisi sentral. Kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan drive, seperti lapar. Haus, tidur dan sebagainya. Stimulus hampir selalu dengan kebutuhan biologis ini, meskipun respon mungkin bermacam-macam bentuknya. Edwin Guthri 1952 mengemukakan teori kontiguiti yang memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu. Selanjutnya dia berpendirian bahwa hubungan antara stimulus dan respon merupakan faktor kritis dalam belajar. Karena itu diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat dan bahkan menjadi 7 kebiasan bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus. Sebagai contoh, orang yang mempunyai kebiasaan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam stimulus misalnya kenikmatan merokok. Tetapi juga dengan stimulus-stimulus lain seperti minum kopi, berkumpul dengan teman-teman, ingin nampak gagah dan lain- lain. MENURUT BEHAVORISME, REAKSI YANG BEGITU KOMPOLEKS AKAN MENIMBULKAN TINGKAH LAKU MENURUT TEORI KOGNITIF , BELAJAR TIDAK HANYA SEKEDAR MELIBATKAN HUBUNGAN ANTARA STIMULUS DAN RESPON, LEBIH DARI ITU BELAJAR MELIBATKAN PROSES BERFIKIR YANG SANGAT KOMPLEKS TEORI HUMANISTIK LEBIH TERTARIK PADA IDE BELAJAR DALAM BENTUKNYA YANG PALING IDEAL DARI PADA BELAJAR SECARA APA ADANYA, SEPERTI APA YANG BIASA KITA AMATI DALAM DUNIA KESEHARIAN MENURUT TEORI SIBERNETIK, ITU BELAJAR ADALAH PENGELOLAAN INFORMASI

2. Teori Kognitif