59
C. PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif cooperative learning mengacu pada pendekatan pembelajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu
dalam belajar. Banyak terdapat variasi dalam pendekatan kooperatif yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda Slavin, 1995 dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda Cohen, 1994; Johnson Johnson, 1994; Kagan, 1992;
Sharan Sharan, 1992. Dalam kelompok tersebut, siswa dilatih keterampilan-keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerjasama, sebagai pendengar yang baik, memberikan
penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik dan benar. Menurut Slavin 1995, pendekatan pembelajaran kooperatif dapat dibedakan atas dua
kategori besar. Satu kategori dapat disebut pendekatan belajar kelompok group study method,
dimana siswa terutama bekerjasama saling membantu mempelajari informasi atau keterampilan yang relatif telah didefinisikan dengan baik, yang oleh Cohen 1994 disebut
well structure problems. Kategori yang lain disebut pembelajaran berbasis proyek project
based learning, yang oleh Stern 1996 disebut sebagai active learning. Pendekatan
pembelajaran berbasis proyek melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun suatu laporan, percobaan, atau proyek yang lain. Metode pembelajaran berbasis proyek
seperti dibahas oleh Krajcik: 1994, dan Sharan: 1992 memusatkan pada masalah-masalah yang belum tersusun dengan baik ill structure problems.
Teknik-teknik pembelajaran kooperatif memiliki landasan teoretik menurut perspektif filosofis, psikologi kognitif, psikologi sosial, dan psikologi behavioristik. Teknik Group
Investigation GI misalnya, memiliki landasan filosofi John Dewey, teknik MURDER
memiliki landasan psikologi kognifif, teknik MURDER memiliki landasan psikologi sosial, dan teknik STAD memiliki landasan psikologi behavioristik Jacob: 1996. Masing-masing
teknik memiliki ciri khas sehingga diduga akan memberikan dampak berbeda terhadap proses dan hasil belajar siswa.
60
Teknik kooperatif Group Investigation didasari oleh gagasan John Dewey tentang
pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium
untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata. Jacob: 1996. Dewey mengungkapkan
bahwa: a siswa hendaknya aktif, learning by doing; b belajar hendaknya didasari oleh
motivasi intrinsik, c pengetahuan bersifat tidak tetap; d aktivitas belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; e belajar saling memahami satu sama lain; f belajar tentang
dunia nyata. Gagasan Dewey dikembangkan oleh Herbert, bahwa kelas merupakan miniatur demokrasi untuk mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi Arends, 1998. Kerja
kelompok-kelopok kooperatif yang dilukiskan oleh Dewey dan Thelan memberikan dampak melampaui hasil belajar akademik Arends, 1998. Dalam diskusi kelopok kooperatif
diutarakan keterlibatan higher order thinking, learning by doing, membangun motivasi intrinsik, mengutamakan pilihan siswa, memperlakukan siswa sebagai orang yang
bertanggung jawab, pertanyaanpertanyaan terbuka, saling menghormati, dan membangun konsep diri yang positif Jacob: 1996.
Teknik kooperatif MURDER Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review didasari oleh perspektif psikologi kognitif. Fokus dari perspektif ini adalah bagaimana
manusia memperoleh, menyimpan, dan memproses apa yang dipelajarinya dan bagaimana proses berpikir dan belajar itu terjadi. Piaget dan Vygotsky sebagai tokoh dalam psikologi
kognitif menekankan bahwa interaksi dengan orang lain adalah bagian penting dalam belajar Jacob, 1999. Teknik MURDER menggunakan sepasang anggota dyad dari kelompok
beranggotakan empat orang. Pasangan dyad secara verbal mengemukakan, menjelaskan, memperluas, dan mencatat ide-ide utama dari teks. Proses ini memperkuat siswaan melalui
langkah-langkah pendeteksian, pengulangan, dan pengelaborasian Jacob: 1996. Langkah-langkah tersebut memerlukan keterampilan memproses informasi, menuntut
keterlibatan metakognisi, dan membuat keputusan secara rasional. Teknik kooperatif Student Team-Achievement Divisions STAD memiliki landasan
konseptual menurut psikologi behavioristik Jacob: 1996. Teknik STAD dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin Slavin, 1995. Praktek-praktek kerja kelompok
61
kooperatif STAD cenderung bersifat kompetitif. Teknik kooperatif STAD memiliki ciri-ciri: a lebih menekankan motivasi ekstrinsik, b tugas-tugas pada tataran kognitif rendah, c
memandang semua siswa secara seragam, d mengabaikan sikap dan hasil belajar diukur dengan tes obyektif, e berorientasi pada hasil, f dosen memutuskan apa yang akan
dipelajari siswa dan memberikan informasi untuk dipelajari oleh siswa. Berdasarkan komparasi secara teoretik terhadap ketiga teknik belajar kooperatif
tersebut, dapat dikatakan bahwa masing-masing akan memberikan dampak yang berbeda terhadap proses belajar dan hasil belajar. Bertolak dari indikator-indikator berikut: a
pengetahuan keteknikan bersifat tidak tetap, b kebebasan adalah unsur utama dalam belajar
keteknikan, c belajar keteknikan melibatkan pendekatan mind-on dan hand-on, d belajar
keteknikan menghendaki kerja siswa secara kooperatif, dan e belajar keteknikan tidak terlepas dari dunia nyata.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membandingkan pembelajaran kooperatif dengan metode mengajar konvensional kompetitif, hasilnya secara konsisten
menunjukkan keunggulan pembelajaran kooperatif: a penggunaan sepanjang tahun metode pembelajaran kooperatif terbukti memberikan hasil belajar yang lebih baik dari pada siswa
yang diorganisasi secara kompetitif Stevens, 1995; b siswa dalam kelompok kooperatif yang diajarkan keterampilan komunikasi dan memberi bantuan Webb, 1995, atau diajarkan
setrategi strategi pembelajaran kognitif Fantuzzo, 1992 belajar lebih baik dari pada siswa dari pada kelompok biasa; c siswa yang memberikan penjelasan luas dan mendalam atau
ekstensif kepada siswa lain, belajar lebih baik dari pada siswa yang memberikan atau menerima jawaban pendek atau tidak menjawab Nattiv, 1994; Webb, 1994; d ada
pengaruh yang nyata pada tujuan-tujuan level-tinggi Sharan, 1988; e di samping hasil belajar ranah kognitif, pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh positif pada sejumlah
hasil belajar seperti meperbaiki hubungan antar kelompok, percaya diri, dan sikap terhadap
sekolah Slavin, 1995. Di samping itu, pembelajaran kooperatif juga memiliki manfaat lain, di antaranya
adalah: a mampu meningkatkan pencurahan waktu pada tugas; b rasa harga diri menjadi
62
lebih tinggi; c memperbaiki kehadiran; d perilaku mengganggu kelas berkurang; e konflik antar pribadi dan sikap apatis berkurang; f pemahaman lebih mendalam; g
motivasi lebih besar; h hasil belajar lebih tinggi; i retensi lebih lama; dan j meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi Luridgren, 1994.
Menurut Slavin 1995, hasil yang unggul tersebut, dapat terjadi sepanjang dua kondisi dipenuhi. Dua kondisi tersebut adalah: a berbagai bentuk pengakuan atau ganjaran
kecil harus diberikan kepada kelompok yang kinerjanya baik, sehingga anggota kelompok itu dapat melihat bahwa menjadi kepentingan mereka bersama untuk membantu belajar
teman-teman dalam kelompok mereka; b harus ada tanggung jawab individual. Artinya, keberhasilan kelompok itu harus ditentukan oleh hasil belajar individual dari seluruh anggota
kelompok. Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal, diperlukan pendekatan yang
inovatif Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif, dengan memanfaatkan
media internet sebagai pengaktif. Fokus kegiatan ini adalah merancang suatu bahan ajar yang isinya mengadaptasi dari bahan ajar yang sudah ada, namun organisasinya bercirikan model
pembelajaran kooperatif, yang memungkinkan siswa dapat saling berinteraksi, saling membantu, bekerjasama, baik dalam rangka mencapai perolehan kuantitas isimateri, dan
ke-up to date-an informasi pencapaian akademik maupun peningkatan wawasan kerjasamakooperatif pencapaian sosial.
D. PEMBELAJARAN BERBASIS TUGAS, TASK-BASED LEARNING