Standar Pencapaian Kompetensi Membuat Kerah Kemeja
28
Menurut Benyamin Bloom yang dikutip Sudjana 2013: 22-23 mengemukakan pendapatnya bahwa secara garis besar membagi hasil
belajar menjadi 3 aspek yaitu : 1
Aspek kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluas. 2
Aspek afektif berkenaan dengan sikap yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3 Aspek psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Pelaksanaan penilaian pencapaian kompetensi pembuatan kerah
kemeja yang dinilai melalui aspek psikomotor namun untuk mencapai suatu kompetensi pengukuran hasil belajar siswa akan diketahui melalui penilaian
unjuk kerjapenilaian kinerja guna mengetahui hasil belajar secara ranah psikomotor.
Teknik penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar checklist maupun skala penilaian rating scale, dengan menggunakan daftar cek
peserta didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilaian. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, sehingga tidak terdapat nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati
subyek dalam jumlah besar. Penilaian unjuk kerja menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilaian memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu
29
karena pemberian nilai secara kontinu dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat
sempurna, misalnya 1=tidak kompeten, 2=cukup kompeten, 3=kompeten, 4=sangat kompeten Depdiknas, 2006: 96. Teknik penilaian unjuk kerja
untuk mencapai kompetensi yang sudah di tentukan dan digunakan di SMK Negeri 1 Sewon menggunakan skala penilaian rating scale yang terentang
dari tidak kompeten sampai sangat kompeten, 1=tidak kompeten, 2=cukup kompeten, 3=kompeten, 4=sangat kompeten atau menggunakan rating nilai
0-100. Penilaian unjuk kerja terdiri dari persiapan, proses, dan hasil produk
yang masing-masing ditentukan bobot nilainya. Sri Wening 1996: 49 mengemukakan bahwa penentuan standar pembobotan setiap aspek
penilaian tidak mengikat maksudnya pembobotan tergantung dari jenis pekerjaan yang dinilai baik melalui analisis tugas maupun tingkat ketrampilan
yang diajarkan. Kriteria Ketuntasan Minimal KKM adalah batas nilai minimal yang
harus dicapai oleh siswa agar dapat dinyatakan lulus Kompetensi Dasar KD. Suatu sekolah dapat menetapkan KKM sesuai kondisi sekolah, dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa dan kompleksitas serta kemampuan sumber daya pendukung. Pencapaian kompetensi
merupakan hasil belajar yang dicapai siswa sesuai dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam
bentuk nilai atau angka, sehingga siswa yang belum mencapai nilai KKM dan harus melakukan perbaikan. Adapun pengkategorian kompetensi
membuat kerah kemeja di SMK Negeri 1 Sewon.
30
Tabel 2. Pengkategorian Pencapaian Kompetensi Membuat Kerah Kemeja di SMK N 1 Sewon
Kategori Nilai KKM
Belum kompeten belum tuntas 75
Sudah tuntas tuntas 75
sumber : SMK N 1 Sewon Menurut Djemari mandapi 2008 ketuntasan belajar diartikan
sebagai pencapaian kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perorangan maupun kelompok. Standar
kompetensi lulusan yaitu : 1 kemampuan minimal yang harus dimiliki lulusan suatu satuan pendidikan yang mencakup pengetahuan kognitif, sikap
afektif, dan keterampilan psikomotor, 2 sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan, 3 kompetensi
seluruh mata pelajaran atau kelompok pelajaran, 4 untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai
dengan jenjang pendidikan. Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila lebih dari 80
siswa telah mencapai ketuntasan belajar Djemari mantapi, 2008: 61. Adapun teori tersebut dapat dilihat dari tabel 3 berikut:
Tabel 3. Tingkat Ketuntasan Belajar
90 - 100 Baik sekali
80 - 89 Baik
70 - 79 Cukup
70 Kurang
sumber : Djemari Mantapi, 2008: 61
31