BAB III PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. Perceraian Pegawai Negeri Sipil
Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 telah diatur tentang perkawinan yang berlaku bagi segenap warga negara dan penduduk
Indonesia. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Karena tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, maka perceraian sejauh mungkin dihindarkan dan hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat
terpaksa. Perceraian hanya dapat dilakukan apabila ada alasan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam Perundang-undangan.
131
Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku, tindakan, dan
ketaatan terhadap perundang-undangan yang berlaku. Sehubungan dengan contoh dan keteladanan yang harus diberikan oleh Pegawai Negeri Sipil kepada bawahannya dan
masyarakat, maka kepada Pegawai Negeri Sipil dibebankan ketentuan disiplin yang tinggi. Untuk melakukan perkawinan lebih dari seorang dan perceraian, maka Pegawai Negeri Sipil
harus memperoleh izin terlebih dahulu kepada pejabat yang bersangkutan, Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristri lebih dari seorang, Pegawai Negeri Sipil wanita yang akan
menjadi istri keduaketigakeempat dari seorang yang bukan Pegawai Negeri Sipil diharuskan
131
Soegeng Prijodarminto, Duri dan Mutiara dalam Kehidupan Perkawinan PNS, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1994, hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat. Demikian juga Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian harus memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat setempat.
132
Keharusan adanya izin terlebih dahulu tersebut dipersyaratkan mengingat Pegawai Negeri Sipil mempunyai kedudukan, peran, tugas, dan kewajiban yang berbeda dengan warganegara
atau penduduk biasa. Ketentuan berupa keharusan memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat bagi perkawinan dan perceraian Pegawai Negeri Sipil tersebut, tidak mengurangi
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi lembaga perkawinan dan perceraian itu sendiri. Ketentuan izin yang dimaksud bagi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 dan berlaku pada tanggal 21 April 1983. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur tentang kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bagi Pegawai
Negeri Sipil dalam hal perkawinan pertama, hendak melangsungkan perkawinan lebih dari seorang, hendak melakukan perceraian, dan bagi Pegawai Negeri Sipil wanita dilarang untuk
menjadi istri keduaketigakeempat dari seorang yang bukan Pegawai Negeri Sipil harus memperoleh izin terlebih dahulu kepada pejabat setempat.
133
Disamping itu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tersebut juga diatur kewajiban bagi atasan dan pejabat di dalam hal menghadapi masalah permintaan izin bercerai
dari bawahannya dan permintaan izin beristri lebih dari seorang serta diatur pembagian gaji akibat terjadinya perceraian. Kewajiban dan larangan tersebut apabila dilanggar diancam
dengan hukuman disiplin. Materi Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang izin Perkawinan dan
Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
132
Ibid.
133
Ibid, hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
a. Ketentuan Pasal 1, mengatur siapa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri Sipil dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tersebut. Pegawai Negeri Sipil dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tersebut adalah Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Kepegawaian.
Sedang yang dipersamakan dengan Pegawai Negeri Sipil, yang oleh karenanya diperlukan pula ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 adalah :
1 Pegawai Bulanan disamping Pensiun
2 Pegawai Bank Milik Negara
3 Pegawai Badan Usaha Milik Negara
4 Pegawai Bank Milik Daerah
5 Pegawai Badan Usaha Milik Daerah
6 Kepala Desa, Perangkat Desa, dan petugas yang meyelenggarakan urusan
pemerintah di desa. b.
Pegawai Negeri Sipil yang melangsungkan perkawinan pertama wajib memberitahukannya secara tertulis kepada pejabat melalui saluran hirarki dalam waktu
selambat-selambatnya 1 satu tahun setelah perkawinan dilangsungkan. Kewajiban ini perlu dan penting untuk kepentingan Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan, agar dengan demikian suami atau istrinya tercatat secara resmi, dan juga dapat memperoleh haknya sebagai suami istri berupa tunjangan suami istri sebesar 5
dari gaji pokok. Sebaliknya pihak instansidepartemen akan mengurus kartu suamiistri karsikarsul.
Dengan dipenuhinya kewajiban ini, atasan Pegawai Negeri Sipil juga mengetahui perubahan status bawahannya, dari status seorang bujangan lajang menjadi status telah
bersuamiistriberkeluargaberumah tangga. c.
Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin terlebih dahulu dari pejabat, yang harus diajukan secara tertulis dengan mencantumkan alasan
Universitas Sumatera Utara
lengkap yang mendasari permintaan izin perceraian tersebut Pasal 3. Kewajiban ini dimaksudkan sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil
sebagai aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat, agar dengan demikian suatu perceraian hanya akan ditempuh sebagai upaya akhir apabila usaha-usaha lain tidak
berhasil. Kewajiban ini juga dimaksudkan agar menyadarkan Pegawai Negeri Sipil bahwa prinsip perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan
kekal, oleh karena itu perceraian sangat dipersulit. Dengan kewajiban mengajukan izin tersebut juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada atasan, serta pejabat untuk
mengupayakan rukun kembali.
134
B. Syarat- syarat Perceraian Pegawai Negeri Sipil