BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar  Belakang  Masalah
Perkembangan kognisi, emosi, dan keterampilan anak tidak bisa lepas dari peran karya sastra. Buktinya, sekalipun dalam gempuran budaya elektronik Barat,
sampai saat ini sastra masih digunakan  guru dan orangtua, sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai edukasi dan moral pada anak. Sastra anak merupakan salah
satu jenis satra yang ditujukan kepada anak. Sebagai media tersebut, cenderung dilupakan  karena anak sering disuguhkan dengan televisi, yang secara langung dapat
menarik perhatian anak. Sastra anak yang meliputi beragam jenis dan bentuk, baik syair maupun prosa, contohnya hikayat, beragam pantun, dongeng, legenda, dan
mitos. Ternyata karya-karya itu telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Berikut pernyataan yang menyatakan bahwa Indonesia kaya akan karya sastra,
“Kita sudah mempunyai pengalaman bersastra yang lama, paling tidak selama seribu tahun kita sudah memiliki sastra tulis. Jika bertolak dari
kehidupan sastra lisan, pengalaman kita lebih panjang lagi. Jadi, kita sudah bersastra mulai pada milenium pertama, dan terus berlangsung
pada milenium kedua. Dalam sepanjang pengalaman itu kita sudah memiliki hasil sastra yang cukup banyak. Kita memiliki khasanah
sastra klasik yang tersimpan dalam berbagai bahasa daerah di seluruh Indonesia”Rusyana,1999:2.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan survey terhadap penjualan buku anak di Tokoh Buku Gramedia
Matraman Jakarta, dari 100 persen buku anak dan remaja, 52 persen penjualan komik dan sisanya buku fiksi anak. Buku fiksi ini belum terbagi lagi menjadi fiksi modern,
terjemahan, dan klasik. Penjualan komik bisa mencapai 32.000 eksemplar setiap bulan meskipun terkadang turun menjadi 12.000. Menurut pengelola toko, hampir 80
persen dari total komik yang laku terjual adalah komik Jepang Kulsum, 2008:1 dalam www.kompas.com.
1
Kenyataan di atas menunjukkan bahwa karya sastra merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak. Anak dengan dunianya yang
penuh imajinasi menjadi begitu bersahabat dengan sastra cerita, karena dengan cerita, dunia imajinasi anak bisa terwakili. Oleh karena itu Nurgiyantoro 2005: vi
mengatakan,” bahwa penyediaan buku bacaan sastra kepada anak-anak yang tepat sejak dini, sejak masih bernama anak, diyakini akan membantu literasi dan kemauan
membaca anak pada perkembangan usia lanjut.” Sebagai karya ciptaan manusia, hakikatnya karya sastra itu berfungsi sebagai
media komunikasi antara penulis writer dengan pembaca reader. Hal ini berarti, sastra sebagai karya mempunyai isi content, yang berupa pesan-pesan dan makna
yang digambarkan dalam kehidupan dunia dalam kata dengan media bahasa yang estetis, yaitu bahasa yang indah dan berbeda dengan bahasa sehari-hari.
Bahasa yang digunakan dalam sastra anak adalah bahasa yang mudah dipahami oleh anak, yaitu bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
Universitas Sumatera Utara
pemahaman anak. Pesan yang disampaikan berupa nilai-nilai moral dan pendidikan yang disesuaikan pada tingkat perkembangan dan pemahaman anak.
Dengan demikian, sastra anak adalah sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkatan perkembangan intelektual dan emosional anak, karena anak
masih mempunyai tingkatan keterbatasan kreativitas berhubungan dengan mencipta dan memahami kehidupan. Pada aspek pembaca, sastra anak boleh, bahkan
mengharuskan untuk dibaca orang dewasa, khususnya para orangtua, guru, atau pemerhati anak. Dengan dibaca oleh orangtua dan orang yang berhubungan dengan
anak, maka mereka bisa lebih memahami dunia anak dan bisa menyampaikan isi karya itu sebagai bahan pengajaran.
Tentunya, dengan apresiasi yang baik, maka masyarakat akan semakin bisa memahami dan meningkatkan kemampuan kognisi, emosi, dan psikomotorik anak.
Sastra bisa dijadikan sebagai salah satu media untuk mendidik dan mencerdaskan anak karena anak dan cerita seperti dunia yang tidak terpisahkan. Dalam
perkembangannya anak selalu menyukai cerita karya sastra karena dengan cerita anak bisa mengembangkan kemampuan imajinasi intelektual, emosional, dan belajar
mengidentifikasi dirinya. Sosiologi dan karya sastra memiliki hubungan yang erat. Yakni sosiologi
adalah ilmu yang objek studinya adalah manusia, sedangkan sastra  merupakan hasil ekspresi kehidupan manusia yang tidak lepas dari akar masyarakatnya Endraswara,
2008: 78. Oleh karena itu, studi sosiologi sastra hakikatnya adalah menerapkan
Universitas Sumatera Utara
seperangkat cara pandang dan paradigma sosiologi untuk menganalisis dan memaknai karya sastra.
Salah satu  aspek   yang  menjadi  objek  realitas peneliti disini adalah  hasil karya  sastra  yang  ditujukan kepada anak.  Sebagaimana  halnya sastra  dewasa,
sastra  anak juga mengenal  apa yang  disebut  genre,  maka  pembicaraan mengenai genre  sastra  anak  juga diberlakukan, karena  sastra  anak  diyakini  memiliki
kontribusi  yang besar  bagi kepribadian   anak  dalam proses  menuju  kedewasaan sebagai  manusia yang mempunyai jati diri yang  jelas. Komik dapat dikategorikan
sebagai kesastraan jenis sastra anak populer yang memiliki keunikan tersendiri karena adanya gambar Nurgiyantoro,2005 : 409. Gambar-gambar komik berbeda dengan
gambar-gambar dalam cerita yang disebut dengan buku cerita bergambar picture- books.
Di abad ke-21 ini, masyarakat terbiasa menikmati atau mengapresiasi suatu karya dengan mudah. Karya fenomenal William Shakespeare Romeo and Juliet kini
jarang diapresiasi di gedung opera, tetapi di gedung bioskop atau melalui Dividi Compact Disk DVD yang bisa diapresiasi secara pribadi. Cerita-cerita rakyat bisa
diapresiasi melalui sarana sinetron atau film layar lebar. Bahkan, salah satunya melalui media komik.
Mengenai komik, sejak lama, menurut Bonnef, komik merupakan bacaan ‘terlarang’. Komik tabu dibaca oleh kalangan dewasa bahkan anak-anak karena
dianggap merusak moral dan mentalitas pembacanya 2008:3. Terlebih catatan Bonnef 1976 yang menunjukkan bahwa komik Indonesia lebih didominasi cerita
Universitas Sumatera Utara
silat yang menonjolkan kekerasan  dan cerita roman remaja yang menonjolkan kisah percintaan 2008:37.
Penelitian wajib menunjukkan sebuah penelitian serius terhadap perkembangan komik Indonesia yang dilkukan Marcell Bonneff. Penelitian lawas
pada tahun 1971 yang dilakukan Marcel Bonnef pada bulan April dan Juli ini, menunjukkan bahwa komik Indonesia lebih didominasi oleh komik dewasa. Kategori
komik dewasa itu adalah komik silat 48,75 persen 427 judul, roman remaja 36,75 persen 322 judul, dagelan 6,40 persen 55 judul, fiksi ilmiah dan cerita fantastik
4,20 persen 37 judul, dan lain-lain seperti komik koboi dan detektif  2,20 persen 20 judul. Kategori komik yang dapat di baca anak-anak seperti komik dongeng dan
legenda anak-anak hanya terhadap komik khusus anak-anak sangatlah minim, jauh lebih sedikit daripada komik dewasa  Bonnef, 2008 : 50 .
Setelah 37 tahun kemudian, kondisi komik Indonesia tidak jauh berbeda, tetapi persentasenya semakin menyusut. Komik dewasa dan komik anak-anak lebih
didominasi oleh komik manga dari Jepang. Data Buku Laris Pustakaloka Kompas menyatakan sebagai berikut,
“Sejak tahun 2003 hingga kini, komik Jepang yang diterbitkan  Elex Media Komputindo menempati urutan teratas atau lima best seller. Ini
membuktikan bahwa komik manga sangat digemari masyarakat. Dominannya komik manga  dalam industri komik Indonesia diakui
oleh Sari, redaksi komik Elex Media Komputindo. Setiap bulan, Elex menerbitkan 60 judul komik, dengan proporsi 52 komik Jepang, 7
komik korea, dan 1 komik Indonesia Kulsum, 2008 dalam
www.kompas.com .”
Universitas Sumatera Utara
Data lain dari penerbit MC, penerbit komik terkemuka memunculkan data bahwa dari 40 volume yang diterbitkan setiap bulan, 70 persen adalah komik Jepang.
Selebihnya diisi oleh komik Hongkong, Amerika, Eropa, Korea, Mandarin, dan Indonesia. Jika dalam  setiap volume rata- rata dicetak 15.000-20.000, maka setiap
bulan paling tidak MC memproduksi sekitar 420.000 eksemplar komik manga Kulsum,2008 dalam www.kompas.com.  Sastra  diyakini mampu dipergunakan
sebagai  salah  satu  sarana  untuk  menanam,  memupuk, mengembangkan  dengan melestarikan  nilai-nilai yang  diyakini baik dan berharga  oleh keluarga, masyarakat,
dan bangsa. Salah  satu  sarana  sastra  yang  diyakini   melestarikan nilai-nilai  baik dan
berharga  tersebut  adalah nilai moral. Menurut  Nurgiyantoro 2005 : 265 Moral, amanat,  atau messages  dapat  dipahami  sebagai sesuatu yang  ingin  disampaikan
kepada  pembaca. Moral  berurusan dengan masalah  baik  dengan  masalah baik  dan buruk,  namun istilah moral  itu  selalu dikonotasikan dengan hal-hal yang  buruk.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal
itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang antara lain, untuk menawarkan
model kehidupan yang diidealkannya fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil
hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan.
Universitas Sumatera Utara
Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat  universal.
Artinya, sifat-sifat itu memiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad. Ia tidak hanya bersifat kesebangsaan, apalagi keseorangan, walaupun terdapat ajaran
moral kesusilaan yang hanya berlaku dan diyakini oleh kelompok tertentu. Moral dalam karya sastra, atau hikma yang diperoleh pembaca lewat sastra,
selalu dalam pengertian yang baik. Jika dalam sebuah karya ditampilkan sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh yang kurang terpuji, baik mereka berlaku sebagai tokoh
antagonis maupun protagonis, tidaklah berarti bahwa pengarang menyarankan kepada pembaca untuk bersikap dan bertindak secara demikian. Nurgiyantoro, 2009: 232.
Dengan demikian, kehadiran  unsur  moral  dalam  sebuah cerita fiksi,  apalagi  fiksi anak merupakan sesuatu yang  mesti ada. Sebagai cerita  fiksi  bacaan komik
merupakan jenis  bacaan yang digemari  pembaca  anak-anak  tetapi  juga  orang dewasa.  Bacaan komik  hadir  dengan   keunikannya.
Menurut  Franz  dan  Meier  dalam  Nurgiyantoro  2005 : 410, “Komik adalah cerita  yang bertekanan pada  gerak  dan tindakan yang  ditampilkan pada
urutan gambar  yang  dibuat  secara  khas  dengan paduan  kata-kata.” Dewasa  ini Indonesia  kebanjiran komik produk  mancanegara khususnya dari  Jepang   seperti
Serial  Ninja  Hadori,  Kapten Tsubasa,  Dora Emon, Crayon Sinchan,  dan lain-lain. Istilah komik di Jepang disebut sebagai “manga” dan di Cina “Man Hua”Mustaqin,
2004, dalam www.cesb.net.myvaLbelakang.asp.
Universitas Sumatera Utara
Aspek  visual dan verbal  dalam komik   dapat  dipandang  sebagai media representasi yang  menyebabkan komik hadir  dihadapan  pembaca, yang  memiliki
unsur-unsur  struktural  sebagaimana  halnya cerita fiksi. Unsur-unsur  struktural yang  dimaksud  adalah penokohan, alur,  latar,  tema, pesan, bahasa  dan lain-lain.
Aspek  sudut  pandang   lebih  ditekankan pada  siapa  yang  berbicara  dan bukan sudut pandang  persona  karena tokoh  komik mirip dengan tokoh drama. Unsur-
unsur  struktural  penokohan tersebut  ditemukan pada  komik. Adapun yang menjadi objek kajian peneliti adalah Komik  Naruto.
Komik Naruto merupakan karya Mashashi Kishimoto, yang cukup fenomenal. Komik  Naruto pertama kali diterbitkan di Jepang oleh Shueisha pada tahun 1999
dalam edisi ke-43 majalah  Shonen Jump. Di Indonesia komik ini diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Popularitas  Naruto  terutama di Jepang menyaingi
Dragon Ball karya Akira Toriyama. Karena keberhasilan komik Naruto di Jepang, dibuat versi animasi dan versi layar lebar, serta dan permainan game.
Sejak awal penerbitannya, Naruto telah memancing munculnya ribuan situs penggemar yang berisi tentang informasi rinci, panduan dan forum internet tentang
komik ini. Beberapa situs terkenal muncul setelah versi Inggrisnya di terbitkan pada Agustus 2003. Selain itu muncul pula situs-situs yang menyediakan pindaian komik
versi Jepang yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris yang dapat di unduh secara gratis. Volume 7 dari serial ini berhasil memenangkan Quill Award untuk
kategori  best graphic novel di Amerika Utara. Sementara, dalam sebuah poling 100 animasi versi TV Asahi, Naruto menempati peringkat pertama.
Universitas Sumatera Utara
Sejatinya,  Naruto Uzumaki hanyalah seorang tokoh utama dalam komik Jepang. Karya masterpiece Masashi Khisimoto, yang mempunyi potensi besar untuk
mempengaruhi pola hidup siapapun, maka Naruto  menjelma menjadi salah satu referensi hidup, karena mengandung berbagai nilai, baik positif maupun negatif.
Kisah petualangan yang berliku itu ditulis secara menarik, melibatkan banyak tokoh dan karakter, dengan alur cerita yang kompleks.
Pada  waktu  menciptakan karakter  Naruto,  Masashi   Kishimoto membayangkan  seorang  laki-laki  yang   nakal,  tetapi  tidak  gampang  menyerah
seperti dirinya. Masashi juga  terkenal  sebagai salah  satu  mangaka  pengarang komik  terhebat  sepanjang  sejarah,  hanya  dalam beberapa tahun, dengan
komiknya  yang  sangat  disukai dan populer   yaitu  Naruto. Komik  Naruto  lantas menjadi salah  satu  komik yang  terpopuler  dan best seller,  dibaca  oleh jutaan
pembaca diberbagai belahan dunia. Karena dapat dinikmati dalam berbagai ragam produk, baik berupa komik, animasi, film, suvenir, poster dan lain-lainnya maka
Naruto menjadi salah satu karya yang paling digemari di seluruh dunia Alfi Satiti, 2009:12.
Dibalik kemunculan yang fenomenal ini, ternyata karya fiksi Masashi Kishimoto tersebut mulai mendapatkan berbagai reaksi positif maupun reaksi negatif
dari berbagai macam kalangan masyarakat luas. Dari sisi positif, komik dan animasi Naruto di dalamnya banyak mengajarkan nilai moral, menyangkut  kebersamaan atau
kekompakan suatu tim. Selain itu, juga mengenalkan tentang berbagai macam karakter tertentu dari anak. Salah satu nilai moral yang bisa diambil dari komik
Universitas Sumatera Utara
Naruto adalah semangat hidup. Semangat hidup merupakan alasan mendasar bagi seseorang untuk tetap bertahan hidup dan memperjuangkan cita-cita hidupnya di
dunia ini.Dalam komik Naruto pelajaran tentang semangat hidup ditampilkan oleh tokoh-tokoh protagonis berkarakter baik, dalam porsi yang relatif besar. Misalnya,
Sang Tokoh utama, Naruto Uzumaki, sosok yang mempunyai semangat hidup. Sejak kecil, Naruto telah menjadi anak yatim piatu. Mayoritas penduduk
Konohagakure membencinya karena ditubuhnya bersemayam monster Kyuubi Rubah Ekor Sembilan. Selain itu mereka membecinya karena Naruto merupakan
pribadi yang cenderung hiperaktif, ambisius dan identik dengan karakter negatif, seperti banyak bicaraberisik, gegabahtidak sabaran, sok tahu dan sok usil. Naruto
sering membuat keributan di desanya karena ingin mendapatkan perhatian dari penduduk setempat, yang membenci dan menjauhinya karena di dalam tubuhnya
bersemayam monster Kyuubi. Namun, Naruto tidak mengeluh dengan semua keadaan itu. Justru, dengan
segala kelemahan yang dimilikinya, dia tetap mempunyai semangat hidup, yang mampu memperteguh tekadnya untuk terus memperjuangkan cita-citanya, yaitu
menjadi hokage di desanya Naruto, volume 1. Adapun dari sisi negatifnya, karya fiksi Naruto ini banyak mengandung
kekerasan, sehingga anak yang notabene masih sulit membedakan antara rekayasa dan fakta, mereka biasanya akan mudah meniru gaya Naruto yang didalamnya ada
kekerasan ataupun persaingan. Inilah hal yang dikhawatirkan sebagian orang yang
Universitas Sumatera Utara
menganggap bahwa  komik bisa berdampak buruk bagi perkembangan jiwa anak. Musbikin, 2009: 7.
Pada  dasarnya, komik  Naruto  bercerita  tentang  kehidupan tokoh utamanya, Naruto  Uzumaki   yaitu ninja  remaja  dan liku-liku petualangannya dalam mencapai
cita-cita  memperoleh  gelar Hokage,  yakni posisi ninja  terkuat di desanya. Fenomena merebaknya kebiasaan  membaca komik di kalangan anak-anak
dan remaja menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang nilai moral pada komik Naruto, disamping itu dapat dijadikan celah sarana apresiasi satra.
Lewat resepsi pembaca anak, yang peneliti lakukan khususnya pecinta komik Naruto, yang peneliti klasifikasikan berdasarkan gender yaitu anak laki-laki  dan anak
perempuan ternyata dari sepuluh nilai moral yang disebarkan dalam bentuk angket yang terdapat dalam komik Naruto ditemukan nilai moral tentang semangat hidup
memiliki persentase yang cukup tinggi yakni 100 persen, baik pembaca anak laki-laki maupun anak perempuan setujuh bahwa semangat hidup merupakan nilai moral yang
bisa diambil oleh pembaca komik anak Indonesia. Sedangkan persentase terendah bagi pembaca anak laki-laki adalah nilai moral kebencian sebesar 50 persen,
sedangkan persentase terendah bagi pembaca anak perempuan adalah nilai moral balas dendam sebesar 63 persen. Jadi dari hasil resepsi pembaca anak dapat diambil
kesimpulan bahwa nilai moral yang ada dalam komik Naruto banyak memberikaan contoh yang positif bagi anak.
Dengan memusatkan perhatian  pada nilai moral dalam Komik Naruto, mengarahkan penulis  untuk  menguraikan nilai moral dalam karya yang  mungkin
Universitas Sumatera Utara
saja  bertentangan dengan teori sosiologi sastra serta bagamana hasil resepsi pembaca anak Indonesia tentang komik Naruto, melihat nilai moral yang ada dalam komik
Naruto yang ditulis oleh mangaka Jepang mendapat respon yang positif jika dibandingkan dengan pembelajaran lewat televisi. Komik  Naruto  yang  akan
dianalisis pada kesempatan ini adalah Naruto Uzumaki Vol.1, The  Worst  Client Vol. 2, For  Your  Dreams  Vol. 3, dan Heroes Brid Vol.4, Para Peserta Ujian
Vol. 5, Sakura’s Decision Vol. 6, Jalan yang harus Kau tempuh Vol. 7, Pertarungan mempertaruhkan nyawa Vol. 8, Neji and Hirarki Vol. 9, dan a great
Ninja Vol. 10. Adapun alasan penulis memilih ke 10 jenis volume komik tersebut, karena selain sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ke 10 komik tersebut
sudah dapat mewakili nilai moral dan cukup representatif untuk memahami bentuk nilai moral yang terdapat dalam sastra anak dengan genre komik.
1.2 Perumusan  Masalah