2.3 Landasasan Teoretis
2.3.1 Sastra Anak
Sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak “dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan
oleh orang dewasa” Sarumpaet 1976:23. Dengan demikian, secara praktis, sastra anak adalah satra terbaik yang mereka baca dengan karateristik berbagai ragam, tema,
dan format. Dilihat dari temanya, karya sastra anak juga beragam. Ditinjau dari ukurannya, kita menemukan bacaan anak dari berukuran mini terkecil hingga raksasa
terbesar. Gaya ilustrasi juga menambah variasi pada sastra anak. Stewig 1980 dalam Nurgiyantoro 2005:4 sebelumnya juga menegaskan bahwa salah satu alasan
mengapa anak diberi buku bacaan sastra adalah agar mereka memperoleh kesenangan. Selain itu, bacaan sastra juga mampu menstimulasi imajinasi anak,
mampu membawa ke pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain bahwa orang tersebut sama dengan kita.
Isi kandungan sastra anak dibatasi oleh pengalaman dan pengetahuan anak, pengalaman dan pengetahuan yang dapat dijangkau dan dipahami oleh anak,
pengalaman dan pengetahuan anak sesuai dengan dunia anak sesuai dengan perkembangan emosi dan kejiwaanya. Nurgiyantoro 2005:6 mengatakan, “satra
anak adalah sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak dan pada umumnya berangkat dari fakta yang kongret dan mudah
diimajinasikan.” Anak sebagai pusat pemilik kebutuhan dan pusat perhatian harus
Universitas Sumatera Utara
mewarnai buku bacaan yang memang ditulis dan disediakan untuknya. Sastra anak tidak harus berkisah tentang anak, tentang dunia anak, tentang berbagai peristiwa
yang mesti melibatkan anak. Satra anak dapat berkisah tentang apa saja yang menyangkut kehidupan, baik kehidupan manusia, binatang, tumbuhan,
maupunkehidupan yang lain termasuk makhluk dari dunia lain.
2.3.2 Genre Sastra Anak
Dalam penulisan ini apa yang disebut dengan genre mengacu kepada jenis, tipe, atau kelompok dalam sastra berdasarkan pada bentuknya : ragam sastra
KBBI, 2003:354. Selain berdasarkan pada bentuk, pengelompokan genre sastra ini juga didasarkan pada bahasa dan isinya. Antara bentuk dan bahasa sepertinya
mengandung pengertian yang sama, tetapi dalam hal ini, penulis membedakannya. Bentuk ini mengacu kepada tipografi, sedangkan bahasa mengacu pada gaya
bahasa yang digunakan dalam sastra. Lukens 2003 dalam Nurgiyantoro 2005:13 mendefenisikan genre sebagai
suatu macam atau tipe kesastraan yang memilki seperangkat karakteristik secara umum. Genre penting diungkapkan dalam sastra anak. Selanjutnya Lukens
memaparkan bahwa : 1 untuk memberi kesadaran kepada kita bahwa kenyataannya terdapat berbagai genre sastra anak selain cerita atau lagu-lagu
bocah yang telah familiar, telah dikenal, dan diakrabi, 2 elemen struktural sastra dalam tiap genre berbeda; 3 memperkaya wawasan terhadap adanya kenyataan
Universitas Sumatera Utara
sastra yang bervariasi, yang kemudian dapat dimanfaatkan memilihkannya untuk anak Nurgiyantoro, 2005 : 13-14.
Dengan demikian, munculnya genre dalam sastra anak ini terjadi karena sastra anak ini jumlahnya sangat beragam secara karakteristik, sehingga genre
sastra anak dengan sastra dewasa tentu saja berbeda. Akan tetapi, dalam genre yang penulis uraikan ini menggunakan dasar genre sastra dewasa, yang
pengelompokannya cenderung berdasarkan pada ragam bentuk dan bahasanya. Harus diakui bahwa sastra anak yang tumbuh dan berkembang di negeri ini
sebenarnya sangat beragam, tetapi penelitian genre setiap karakteristik dalam sastra anak masih sangat kurang, bahkan belum ada. Oleh karena itu, untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi ragam dan jenisnya, penulis menggunakan genre sastra dewasa untuk mengelompokkan ragam dalam sastra anak
Sebagai sebuah bacaan komik hadir dengan keunikannya sendiri, tampil dengan deretan gambar dalam panel-panel kotak gambar dengan sedikit tulisan
tangan yang ditempatkan dalam balon-balon. Gambar-gambar komik itu sendiri pada umumnya sudah “berbicara”, dan dibuat menjadi deretan gambar yang menampilkan
alur cerita. Bagi pembaca anak hal itu terlihat menguntungkan karena tidak harus terfokus membaca tulisan dan lebih banyak menatap gambar-gambarnya daripada
tulisannya. Genre satra anak dalam berbagai hal berbeda dengan satra dewasa , dan salah satunya adalah masih dominannya unsur gambar dalam sastra anak, dan salah
satunya adalah masih sangat dominannya unsur gambar dalam sastra anak. Mengingat buku-buku yang “penuh” gambar tersebut pada umumnya bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
merangsang membaca, mengembangkan daya imajinasi, dan mengembangkan rasa keindahan, sedangakan hal yang kurang lebih sama juga terjadi pada komik, maka
komik pun dapat dikategorikan sebagai salah satu genre sastra anak. Selain itu, di samping untuk menyajikan cerita, komik juga mampu untuk
mengekspresikan berbagai gagasan, pemikiran atau maksud-maksud tertentu sebagai mana halnya dengan karya sastra. Gagasan yang di ungkapkan juga dapat bervariasi:
cerita fiksi, cerita binatang, cerita faktual dan historis, biografi, dan ide-ide faktual untuk menyindir atau menempilkan cerita lucu. Kesemua itu dikemas dalam gambar-
gambar yang berisi tulisan tangan singkat yang ditampilkan secara menarik. Jadi, menikmati komik berarti menikmati gambar dan sekaligus cerita verbal dan keduanya
bersifat saling menguatkan dan melengkapi.
2.3.3 Sosiologi Sastra