Landasan konsepsi Penegakan Hukum Dalam Penanganan Gelandangan Dan Pengemis (Suatu Tinjauan Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Dan Hukum Pidana)

dan mendasar pada conscientia nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, dan kasih sayang antar sesama. 47

2. Landasan konsepsi

Penggunaan konsep dalam suatu penelitian adalah untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap kerangka konsep yang dipergunakan penulis merumuskan konsep dengan mempergunakan model definisi operasional, Sehingga penggunaannya di dalam penelitian menjadi sangat penting. 48 Adapun definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Penegakan hukum merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan nilai, ide, cita yang cukup abstrak yang menjadi tujuan hukum, tujuan hukum atau cita hukum memuat nilai-nilai moral, seperti keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai tersebut harus mampu diwujudkan dalam realitas nyata atau dengan kata lain penegakan hukum sebagai sarana untuk mencapai tujuan hukum. Kegagalan hukum untuk mewujudkan nilai hukum tersebut merupakan ancaman bahaya akan bangkrutnya hukum yang ada. 49 b. Pengemis ialah orang-orang yang mendapat penghasilan dengan meminta- meminta ditempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan 47 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 25 48 Universitas Sumatera Utara, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Thesis, Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009, hlm. 72 49 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta: Genta Publishing, 2009, hlm. vii-viii Universitas Sumatera Utara belas kasihan orang, perbuatan tersebut dilakukan tanpa menganggu ketertiban umum, tanpa kekerasan, paksaan dan orang yang melakukan pengemisan layak untuk dikasihani, seperti: orang cacat, orangtua jompo dan anak-anak yatim. Namun, apabila perbuatan dilakukan dengan cara-cara yang tidak menyenangkan maka perbuatan tersebut layak untuk dipidana. c. Gelandangan ialah dapat diartikan sebagai orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak dalam masyarakat pada umumnya serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum d. Undang-Undang Dasar merupakan aturan pokok hukum dasar. Undang-undang Dasar menentukan jenis-jenis peraturan-peraturan manakah yang seharusnya ada, instansi mana yang berwenang membuatnya, mengubahnya, dan Undang-Undang Dasar inilah yang memberikan landasan hukum untuk pembuatan segala peraturan dan untuk berlakunya peraturan-peraturan tersebut. 50 e. Sistem jaminan sosial ialah upaya untuk mewujudkan kesejahteraan, memberikan rasa aman sepanjang hidup manusia. Melalui sistem, Peran negara dalam masyarakat tergantung filosofi buat apa negara ini didirikan. 51 50 M. Solly Lubis, Hukum Tata Negara, Bandung: Mandar Maju, 2008, hlm. 32 51 Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi, Jakarta: Rajawali Pers, 2008, hlm. 5 Universitas Sumatera Utara f. Fungsionalisasi hukum pidana dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat hukum pidana itu dapat berfungsi, beroperasi atau berkerja dan terwujud secara kongkret. Jadi istilah fungsionalisasi hukum pidana dapat diidentikkan dengan istilah operasionalisasi atau konkretisasi hukum pidana yang pada hakikatnya sama dengan pengertian penegakan hukum pidana. 52 g. Kriminalisasi merupakan suatu proses, dimana perbuatan-perbuatan tertentu yang oleh masyarakat atau golongan-golongan masyarakat yang dianggap sebagai perbuatan yang dapat dihukumdipidana. Prose tersebut berakhir dengan terbentuknya peraturan hukum pidana. 53 h. Dekriminalisasi dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana suatu perilaku yang semula dikualifikasikan sebagai peristiwa pidana dan dikenakan sanksi negative di bidang pidana, kemudian dihapuskan kualifikasi pidananya dan sanksi negatifnya. Dalam proses dekriminalisasi tidak hanya kualifikasi pidana yang dihapuskan, akan tetapi juga sifat melanggar hukumnya. 54

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yang mengacu pada norma hukum yang mengatur gelandangan dan pengemis yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang 52 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 1992, hlm. 157 53 Soerjono Soekanto, dkk, Kriminologi Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, hlm. 43 54 Ibid, hlm. 47 Universitas Sumatera Utara Hukum Pidana, Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang No.11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial. Penelitian yuridis normatif merupakan prosedur penelitian untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya. 55 Penelitian normatif selalu mengambil isu dari hukum sebagai sistem norma yang digunakan untuk memberikan justifikasi preskriptif tentang suatu peristiwa hukum. Penelitian ini dilakukan dengan maksud memberikan argumentasi hukum sebagai dasar penentu apakah sesuatu peristiwa sudah benar atau salah serta bagaimana sebaiknya peristiwa itu menurut hukum. 56 Penelitian normatif bertujuan untuk mengetahui atau mengenal apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah tertentu serta untuk dapat menjelaskan atau menerangkan kepada orang lain apakah dan bagaimanakah hukumnya mengenai peristiwa atau masalah hukum didalam suatu lingkungan masyarakat tertentu. 57

1. Sifat Penelitian