BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat
pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraannya, sehingga menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan disebabkan oleh
terbatasnya sumber daya manusia yang dimiliki dan dimanfaatkan terutama dari tingkat pendidikan formal maupun non formal dan membawa konsekuensi terhadap pendidikan
informal yang rendah Supriatna, 2000:196. Defenisi kemiskinan terbagi atas tiga yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut,
kemiskinan struktural dan kultural. Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan
masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok
minimum. Kemiskinan struktural dan kultural merupakan kemiskinan yang disebabkan kondisi struktur dan faktor-faktor adat budaya dari suatu daerah tertentu yang
membelenggu seseorang Sudantoko, 2009:43-46. Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya membutuhkan
keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan di Indonesia diiringi oleh masalah kesenjangan baik antar golongan penduduk maupun pembangunan antar wilayah, yang diantaranya
ditunjukan oleh buruknya kondisi pendidikan dan kesehatan serta rendahnya pendapatan dan daya beli, sebagaimana tercermin dari rendahnya angka Indeks Pembangunan Manusia
IPM. Penduduk dikatakan miskin apabila memiliki pendapatan berada dibawah garis
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan yang dijadikan sebagai ukuran resmi kondisi kemiskinan di Indonesia Sumodiningrat, 2009:5.
Bank Dunia Situmorang menggambarkan pengertian “sangat miskin” ini sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari USD 1 per hari dan “miskin” dengan
pendapatan kurang dari USD 2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, ternyata 21 dari penduduk dunia berada dalam keadaan “sangat miskin” dan lebih dari setengah penduduk
dunia masih disebut “miskin” pada tahun 2001. Garis kemiskinan Sudantoko, 2009:52 di Indonesia didekati dengan pengeluaran minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo
kalori per hari ditambah pengeluaran minimum bukan makanan berupa perumahan dan fasilitasnya, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi dan barang-barang lainnya.
Tahun 2010 BPS mengeluarkan standar baru indikator kemiskinan nasional sebesar Rp 211.000,- per bulan per orang yang diukur berdasarkan tingkat kebutuhan makanan dan
non makanan. Standarisasi BPS dipandang sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Dimana indikatornya yang pertama adalah bahan
kebutuhan pokok yakni angka kecukupan gizi sebesar 2.100 kilo kalori per hari atau jika diekuivalen dengan rupiah berlaku maka sekira Rp 5.000 per hari per kepala atau Rp
155.615 per bulan per kepala. Indikator yang kedua adalah kebutuhan non makanan yakni sektor kesehatan, pendidikan dan transportasi. Ketiga sektor ini banyak diintervensi
pemerintah melalui program-program seperti Jamkesmas dan Bantuan Operasional Sekolah Okezone, 2010.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2010 sebesar 31,02 juta orang 13,33 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang berjumlah
32,53 juta 14,15 persen, berarti jumlah penduduk miskin berkurang 1,51 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun lebih besar daripada daerah perdesaan.
Selama periode Maret 2009 - Maret 2010, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang
Universitas Sumatera Utara
0,81 juta orang, sementara di daerah perdesaan berkurang 0,69 juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berubah dari Maret
2009 ke Maret 2010. Pada Maret 2009, sebagian besar 63,38 persen penduduk miskin berada di daerah perdesaan begitu juga pada Maret 2010, yaitu sebesar 64,23 persen.
Selama Maret 2009 - Maret 2010, Garis Kemiskinan naik sebesar 5,72 persen, yaitu dari Rp 200.262 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 211.726 per kapita per bulan
pada Maret 2010 BPS, 2010. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas yang dilaksanakan pada bulan
Maret 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.490.900 orang atau sebesar 11,31 persen terhadap jumlah penduduk
seluruhnya. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.499.700. Dengan demikian, ada penurunan
jumlah penduduk miskin sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20 poin. Penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara mengindikasikan
bahwa dampak dari program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini. Jumlah penduduk
miskin di Provinsi Sumatera Utara yang berada di daerah perdesaan pada Maret 2010 sebanyak 801.900 orang dan di daerah perkotaan sebanyak 689.000 orang. Jika
dibandingkan dengan penduduk yang tinggal pada masing-masing daerah tersebut, maka persentase penduduk miskin di daerah pedesaan sebesar 11,29 persen, sedangkan di daerah
perkotaan sebesar 11,34 persen. Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah mereka yang memiliki
rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Pada bulan Maret 2010 garis kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 222.898 per kapita per
bulan. Untuk daerah perkotaan garis kemiskinannya sebesar Rp. 247.547 per kapita per
Universitas Sumatera Utara
bulan dan untuk daerah perdesaan sebesar Rp. 201.810 per kapita per bulan BPS Sumut, 2010.
Melihat masih tingginya angka kemiskinan, penanggulangan kemiskinan adalah sebuah kebijakan strategis yang mau tidak mau diambil oleh pemerintah selaku agen
pembangunan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perbaikan sosial pada segenap lapisan masyarakat. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan
penduduk itu bersegi banyak. Analisis masalahnya tidak hanya layak ditujukan pada perspektif masyarakat yang menerima program perbaikan sosial ekonomi. Tidak kurang
pentingnya adalah perlunya memberi perhatian khusus pada dinamika aparat pelaksana program itu sendiri Sarman, 2000:1.
Salah satu program yan diluncurkan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan adalah program Beras Untuk Keluarga Miskin Raskin. Program Beras untuk Keluarga
Miskin Raskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui
penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 15 Kg beras setiap bulan dengan harga Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi. Selain itu tujuan Raskin juga
memberikan bantuan pangan beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasi masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya
penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan Pemprov Sumut, 2003.
Program Raskin telah dimulai sejak tahun 1998. Program ini dilaksanakan secara lintas sektoral dan dikoordinasikan oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat. Perum Bulog
bertugas melakukan penyediaan dan penyaluran Raskin sampai di titik distribusi. Sasaran Raskin adalah keluarga sangat miskin, miskin dan hampir miskin berdasarkan data dari
BPS. Pemerintah Daerah melaksanakan pengelolaan dan pengawasan penyaluran,
Universitas Sumatera Utara
pengangkutan raskin dari titik distribusi sampai ke titik bagi dan penyaluran sampai penerima manfaat melalui koordinasi oleh Tim Koordinasi Raskin Provinsi, Tim
Koordinasi Raskin kabupaten kota, kecamatan, aparat desa atau kelurahan serta bekerja sama dengan lembaga musyawarah desa, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan tokoh
masyarakat. Tahun 2008 pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat DPR menyepakati kenaikan harga beras untuk rakyat miskin Raskin menjadi Rp 1.600 per
kilogram dari yang berlaku saat ini Rp 1.000. Kenaikan harga Raskin itu disebabkan adanya perluasan jangkauan sasaran Rumah Tangga Miskin RTM penerima Raskin dari
15,8 juta menjadi 19,1 juta pada tahun depan. Kebijakan kenaikan harga ini merupakan penyegaran dari tujuan awal kebijakan dasar yakni harga Raskin ditetapkan 50 dari
harga beras yang berlaku di pasaran umum. Program Raskin tidak hanya membantu ketahanan pangan pada tingkat rumah
tangga tetapi juga pada tingkat nasional dengan pembelian gabah dan beras yang dihasilkan oleh para petani. Melalui pengadaan beras untuk raskin ini kita harapkan dapat
memacu produksi beras dalam negeri, sehingga swasembada beras tetap dapat dipertahankan. Program Raskin serta program penanggulangan kemiskinan yang saat ini
sedang dilaksanakan merupakan bagian dari upaya pencapaian Millennium Development Goals MDG’s. Oleh karenanya keberhasilan program penanggulangan kemiskinan
merupakan tanggung jawab kita bersama, pemerintah pusat dan pemerintah daerah Menko Kesra, 2010.
Salah satu pemerintah daerah di Indonesia, lebih tepatnya salah satu pemerintah daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan.
Menurut data demografis Kabupaten Asahan berdasarkan dari sumber BPS Kabupaten Asahan 2010 pada tahun 2009 setelah terpisah dengan Kabupaten Batu Bara, jumlah
penduduknya diperkirakan 700.606 jiwa yang tersebar pada 25 kecamatan dengan 177
Universitas Sumatera Utara
desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan 3.719,45 Km² 371.945 Ha dengan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 188,36 jiwa per Km
2
. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan sebesar 70,58 persen dan sisanya 29,42
persen tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2000-2009 sebesar 1,71 persen. Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 35,17 persen, persentase penduduk usia 15-
64 tahun sebesar 60,74 persen dan persentase penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar 4,09 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk
usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 64,64 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang penduduk usia non produktif.
Total penduduk keluarga miskin di Kabupaten Asahan diperkirakan sebanyak 36.737 keluarga di tahun 2008 Berita Sore, 2009 atau diperkirakan 14,92 persen di tahun 2008
dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan Kabar Indonesia, 2008. Pengeluaran rata-rata per kapita bulan penduduk Asahan tahun 2009, pada golongan
pengeluaran kurang dari Rp. 200.000 sebanyak 5,11 persen, golongan pengeluaran Rp. 200.000 sampai Rp. 299.999 sebanyak 26,66 persen. Kemudian pada golongan
pengeluaran Rp. 300.000 sampai Rp. 399.999 sebanyak 25,39 persen, golongan pengeluaran Rp. 400.000 sampai Rp. 499.999 sebanyak 15,99 persen dan sebesar 26,85
persen golongan pengeluaran rumah tangga diatas Rp. 500.000. Pola konsumsi rumah tangga berupa pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 274.630 dan pengeluaran untuk
bukan makanan sebesar Rp. 187.974 per kapita bulan BPS, Kab. Asahan,2009. Kecamatan Kisaran Timur menurut sumber resmi Pemerintah Kabupaten Asahan
Pemkab Asahan, 2010 merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten Asahan dengan jumlah penduduk sekitar 69.334 jiwa atau dengan jumlah rumah tangga
Universitas Sumatera Utara
sekitar 14.087 Rumah Tangga yang tersebar di 12 Kelurahan dengan luas wilayah 38,92 Km
2
. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pihak kecamatan dan BPS Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa penduduk yang dikategorikan Rumah Tangga Miskin di
Kecamatan Kisaran Timur diperkirakan sebanyak 2.740 RTM Kabar Indonesia, 2008. Kelurahan Mutiara menurut sumber resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan
BPS. Kab. Asahan, 2010 merupakan salah satu kelurahan dari 12 kelurahan di Kecamatan Kisaran Timur dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sekitar 6.717 jiwa
atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 1.434 Rumah Tangga yang tersebar di 7 Lingkungan dengan luas wilayah 200 Ha 2 Km
2
. Program Raskin Kantor Kelurahan Mutiara, 2009 juga dilaksanakan di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur
sebanyak 269 Kepala Keluarga yang tersebar di 7 Lingkungan, dengan adanya program tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai bagaimana ”Respon Masyarakat
Dalam Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Mutiara Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan“.
1.2 Perumusan Masalah