persamaannya. Namun yang utama, masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan
perhatian dan tumbuh bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama dan merupakan suatu sistem hidup bersama dimana mereka
menciptakan nilai, norma dan kebudayaan bagi kehidupan mereka Horton, Hunt dan Fairchild dalam Setiadi, 2007:80.
Dengan akhirnya bahwa masyarakat mengandung pengertian yang sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok besar
maupun kecil tergantung pada jumlah anggotanya. Wahyu, 1996:60. Jadi yang dimaksud dengan respon masyarakat adalah tingkah laku balas atau tindakan masyarakat yang
merupakan wujud dari persepsi dan sikap masyarakat terhadap suatu objek yang dapat dilihat melalui proses pemahaman, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak
suka serta pemanfaatan terhadap objek tersebut.
2.2 Pengertian Program
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program
dijelaskan mengenai: 1.
Tujuan kegiatan yang akan dicapai. 2.
Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan. 3.
Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. 4.
Perkiraan anggaran yang dibutuhkan. 5.
Strategi pelaksanaan. Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih
mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.
Universitas Sumatera Utara
“A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” suatu
program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai
sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan. Menurut Charles O. Jones 1996:295, pengertian program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:
1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai
pelaku program. 2.
Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.
3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui
oleh publik. Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang
jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap
bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik.
2.3 Program Beras Miskin Raskin Untuk Keluarga Miskin
Program Beras untuk Keluarga Miskin Raskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan
dan mengurangi beban finansial melalui penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 15 Kg beras setiap bulan dengan harga Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi.
Selain itu tujuan Raskin juga memberikan bantuan pangan beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasi masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan pangan pokoknya penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.
Tujuan program Raskin berdasarkan Pedum adalah menguangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagiam kebutuhan pangan
dalam bentuk beras. Program Raskin memiliki ciri spesifik yaitu :
1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung kepada penerima
manfaat bersubsidi. 2.
Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar, tetapi berdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima manfaat Raskin.
3. Tindak pelaksanaanya, Raskin melibatkan berbagai instansi sehingga untuk
memperlancar operasinya perlu adanya petunjuk pelaksanaan. Program Raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan pangan dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan pemerintahan. Penerima manfaat yaitu keluarga miskin didesakelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi
penerima manfaat dari program ini adalah : a.
Keluarga Prasejahtera KPS alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi indikator KPS yang ditetapkan oleh BKKBN, dengan bobot
pengkategorian lebih ditentukan pada alasan ekonomi indikator keluarga prasejahtera alasan ekonomi yaitu :
1. Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua kali sehari.
2. Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk dirumah,
bekerjasekolah dan berpergian. 3.
Bagian lantai yang terluas dari tanah.
Universitas Sumatera Utara
b. Keluarga Sejahtera 1 KS I alasan ekonomi yaitu keluarga yang belum memenuhi
indikator KS I yang dietapkan oleh BKKBN, dengan bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi, indikatornya adalah :
1. Paling kurang seminggu sekali keluarga makan dagingikantelur.
2. Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian
baru. 3.
Luas tanah rumah paling kurang 8 m
2
untuk tiap penghunijiwa. 2.3.1 Penentuan Pagu dan Alokasi
1. Kuantum Pagu Raskin Nasional ditetapkan berdasarkan besarnya subsidi
Pangan Raskin yang disediakan Pemerintah dalam APBN. 2.
Gubernur selaku penanggung jawab tim koordinasi program Raskin provinsi, mengalokasikan kuantum pagu Raskin kepada masing-masing pada data
kemiskinan BPS yang ditetapkan dalam keputusan Gubernur. 3.
Berdasarkan pagu Raskin kabupaten kota, tim koordinasi program Raskin masing-masing kabupaten kota mengaloksikan kuantum pagu Raskin kepada
masing-masing kecamatan dan desa kelurahan, dengan mengacu pada data RTM dari BPS, dengan mempertibangkan kondisi objektif daerah yang
ditetapkan dalam keputusan Bupati Walikota. 4.
Tim Raskin Provinsi dapat mengusulkan, kepada Gubernur untuk merelokasi pagu Raskin ke kabupaten kota yang dinilai tidak dapat mendistribusikan beras
Program Raskin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
2.3.1.1 Organisasi dan Penanggung Jawab Raskin
Penanggung jawab pelaksanaan dan pemantauan Raskin di tingkat provinsi adalah Gubernur dan di kabupaten kota. Dalam pelaksanaan secara fungsional didukung oleh
Universitas Sumatera Utara
Tim koordinasi Raskin di tingkat provinsi dan tingkat kabupaten kota yang terdiri dari instansi terkait dan berbagai pihak yang dipandang perlu Perguruan tinggi, LSM dan
institusi kemasyarakatan lainnya. Penanggung jawab penyediaan dan pendistribusian beras Raskin dari gudang
Perum Bulog sampai titik ditribusi, maupun penyelesaian administrasi dan penyelesaian pembayaran adalah Kasub Drive Kakanlog sesuai tingkatan wilayah operasionalnya.
Dalam pelaksanaannya, Kasub Divre Kakanlog membentuk Satgas Raskin, Pemkab Pemko setempat sesuai dengan tingkatan wilayahnya turut bertanggung jawab dalam
penyelesaian administrasi dan pembayaran Raskin. Penanggung jawab data dasar untuk penetapan keluarga Sasaran Penerima Manfaat
Raskin adalah Kepala BKKBN setempat. Penanggung jawab penetapan jumlah kelurga miskin dan kuantum beras adalah Gubernur Bupati Walikota sesuai tingkatan wilayahnya
sebagai hasil konsultasi teknis dengan instansi terkait dengan mempertimbangkan kondisi objektif daerah yang bersangkutan.
Penanggung jawab pengesahan keluarga miskin yang menerima Raskin di setiap titik distribusi adalah camat sebagai hasil musyawarah desa yang ditetapkan oleh kepala
desa yang ditetapkan oleh kepala desa lurah setempat. Penggung jawab penanganan pengaduan masyarakat adalah kepala dinas badan BPM bersama-sama unsur-unsur
inspektorat dan pengawasan Drive Sub Divre Kanlog Bulog.
2.3.1.2 Penentuan Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat
1. Data dasar penentuan RTM sasaran adalah hasil pendapatan sosial ekonomi
BPS. 2.
Prioritas penerima manfaat beras Raskin adalah untuk seluruh RTM dengan kategori sangat miskin, miskin dan untuk seluruh RTM dengan kategori hampir
miskin.
Universitas Sumatera Utara
3. Dalam hal ini penurunan RTM sasaran kategori hampir miskin ditentukan
sesuai kondisi objektif di lapangan dan ditetapkan berdasarkan musyawarah desakelurahan setempat.
4. Identitas RTM penerima manfaat Program Raskin, harus sesuai dengan daftar
nama dan alamat RTM yang telah ditetapkan BPS kabupaten kota.
2.3.1.3 Musyawarah Desa Kelurahan
1. Musyawarah Desa
Kelurahan adalah forum komunikasi ditingkat desakelurahan yang dipimpin Kepala Desa Lurah, dihadiri oleh perangkat
desakelurahan, lembaga pemberdayaan masyarakat dan tokoh agama untuk mendapatkan kesepakatan tentang:
- Daftar nama RTM penerima manfaat
- Jadwal, waktu dan tempat distribusi
- Besaran biaya distribusi dari titik distribusi kepada RTM penerima
manfaat. 2.
Musyawarah desakelurahan dilaksanakan secara periodik minimal 1 satu tahun sekali dan diselenggarakan sebelum beras program Raskin di
distribusikan. 3.
Hasil musyawarah desakelurahan dituangkan dalam berita acara musyawarah desakelurahan yang ditandatangani kepala desalurah, badan permusyawaratan
Desa BPD dan diketahui oleh Camat setempat, dengan melampirkan daftar nama-nama Rumah Tangga Miskin Penerima Manfaat DPM-1 dan daftar
hadir peserta musyawarah. 4.
Daftar nama-nama RTM hasil musyawarah desamusyawarah kelurahan ditempel dalam Papan Pengumuman desa kelurahan dan dilaporkan secara
berjenjang ketingkat kecamatan, kabupaten kota dan Provinsi.
Universitas Sumatera Utara
5. Daftar Rumah Tangga Miskin Sasaran Penerima Manfaat DPM-1 dijadikan
dasar sebagai penerbit Surat Permintaan Alokasi SPA oleh Bupati Walikota kepada perum BULOG melalui Sub Drive setempat.
2.3.1.4 Mekanisme Distribusi
1. Bupati Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi SPA kepada Kepala
Sub Divisi Regional Perum BULOG berdasarkan Alokasi pagu Raskin dan Rumah Tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing kecamatan desa
kelurahan. 2.
SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 tiga bulan, maka pagu dapat direlokasikan kedaerah lain dengan penerbitkan
SPA baru yang menunjukkan pada SPA yang tidak dapat dilayani, 3.
Berdasarkan SPA, Sub Drive menerbitkan SPPB DO beras untuk masing- masing kecamatan kelurahan desa kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat
tunggakan Harga Penjualan Beras HPB pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.
4. Berdasarkan SPPB DO, pelaksanaan Raskin mengambil beras digudang
penyimpanan Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana Distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan
standar kualitas BULOG. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk ditukardiganti.
5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana distribusi di
titik Distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima BAST yang merupakan pengalihan tanggung jawab.
6. Pelaksanaan Distribusi menyerahkan beras kepada Rumah Tangga Miskin.
Universitas Sumatera Utara
7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin
kabupaten kota. Disesuaikan dengan kondisi objektif masing-masing daerah.
2.3.1.5 Administrasi Distribusi
1. Penyerahan beras dititik Distribusi dituangkan dalam Berita Acara Serah
Terima BAST yang ditandatangani oleh Satker Sub Drive sebagai pihak yang menyerahkan dan Pelaksanaan Distribusi Sebagai Pihak yang menerima beras.
BAST tersebut diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Desa Lurah Camat atau pejabat yang mewakili ditunjuk. Nama dan identitas penandatanganan
dicatumkan secara jelas dan dicap stempel desa kelurahan kecamatan. 2.
Berdasarkan BAST, Sub Drive membuat rekapilutasi Berita Acara Raskin masing-masing desa kelurahan MBA-0 yang ditandatangani oleh Satker
Raskin Sub Drive dan Satker Raskin Kecamatan serta serta diketahui dan ditandatangani oleh Camat atau pejabat yang mewakiliditunjuk.
3. Berdasarkan MBA-0, Sub Drive membuat rekapilutasi Berita Acara
Pelaksanaan Raskin Kecamatan MBA-1 yang ditandatangani oleh Kasub Drive dan BupatiWalikota atau pejabat yang mewakili, serta seorang saksi dari
Tim Program Raskin kabupaten kota. Nama dan identitas penandatanganan dicantumkan secara jelas dan dicap stempel.
4. Pembuatan MBA-1 bisa dilakukan secara bertahap tanpa harus menunggu
selesainya seluruh pendistribusian bulan bersangkutan. Dengan demikian dalam satu kabupatenkota untuk bulan alokasi yang sama dimungkinkan dibuat lebih
dari satu satu MBA-1. MBA-1 Asli dikirimkan ke Drive provinsi dengan dilampiri copy SPA dan Rekap SPPB DO Asli MDO. Sebelum MBA-1
berikut lampirannya dikirim ke Drive propinsi, terlebih dahulu dilakukan verifikasi untuk menguji kelengkapan dan ketetapan dokumen administrasi.
Universitas Sumatera Utara
5. Selanjutnya dikirim ke kantor pusat Perum BULOG.\
2.3.1.6 Biaya Operasional Raskin
1. Biaya Operasi raskin disediakan untuk memenuhi kebutuhan biaya yang
berkaitan dengan pelaksanaan Raskin sampai dengan di Titik Distribusi menjadi perum BULOG.
2. Pengeluaran biaya operasional Raskin dilakukan secara efisiensi.
3. Biaya Raskin terdiri dari biaya umum dan biaya operasional, termasuk pajak,
Biaya umum antara lain digunakan untuk pembuatan brosur, poster dan lain- lain.
4. Biaya operasional terdiri dari biaya distribusi dan biaya pendukung. Biaya
distribusi meliputi biaya angkutan, pengemasan bila diperlukan, susut, cadangan resiko uang palsu dll. Biaya pendukung antara lain meliputi biaya
administrasi seperti ATK, materi, biaya transfer dan lain-lain. Biaya pendukung selanjutnya pembuatan laporan, honor, biaya koordinasi dan biaya rapat, biaya
sosialisasi, monitoring dan evaluasi yang tidak dibiayai dari APBN. 5.
Ongkos dari titik distribusi sampai ke penerima manfaat di alokasikan dari APBN setempat atau swadaya masyarakat.
Pengeluaran biaya operasional Raskin harus di pertanggung jawabkan dengan dilengkapi bukti-bukti pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan realisasi
biaya operasional Raskin dilaporkan ke Drive Perum BULOG.
2.3.2 Mekanisme Pembayaran dan Administrasi HPB Raskin
a. Pembayaran Harga Penjualan Beras HPB Raskin dari Rumah Tangga sasaran
penerima manfaat kepada pelaksana Distribusi dilakukan secara tunai Rp. 1.000,00Kg netto.
Universitas Sumatera Utara
b. Uang HPB Raskin tersebut langsung diserahkan kepada Satker Raskin Sub
Drive dan dibuatkan tanda terima pembayaran kuitansi atau TT HPB Raskin rangkap 3 tiga. Selanjutnya oleh Satker Raskin ditransfer di rekening milik
Sub Drive di bank pemerintah yang telah ditentukan. c.
Apabila uang HPB Raskin disetorkan langsung oleh pelaksana distribusi ke rekening HPB Raskin milik perum BULOG Sub Drive, maka bukti setor asli
harus diserahkan oleh pelaksana distribusi kepada Satker Raskin Sub Drive untuk kemudian diganti dengan tanda terima pembayaran kuitansi atau model
TT HPB Raskin rangkap 3 tiga oleh pelaksana Raskin. Pelaksana raskin berkewajiban melakukan konfirmasi bukti setor tersebut pada Bank yang
bersangkutan. Tanda Terima Pembayaran tersebut dinyatakan sah oleh Bank yang bersangkutan.
d. BupatiWalikota selaku penanggung jawab program Raskin berkewajiban
menyediakan Dana Talangan untuk RTM yang tidak memiliki kemampuan membayar tunai atau pelaksana distribusi yang belum menyetorkan HPB pada
bulan bersangkutan. e.
Pembiayaan distribusi beras Raskin berasal dari gudang perum BULOG sampai titik distribusi menjadi beban perum BULOG sedangkan dari titik distribusi
samapai RTM sasaran penerima menjadi beban Bupati Walikota.
2.3.3 Indikator Keberhasilan Program
Indikator keberhasilan pelaksanaan program Raskin adalah tepat sasaran penerima manfaat, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tempat administrasi. Tepat sasaran
penerima manfaat artinya Raskin hanya diberikan kepada Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat hasil musyawarah desakelurahan yang terdaftar dalam Daftar Penerima
Manfaat DPM-1 dan diberi identitas Kartu Raskin atau bentuk lain. Tepat jumlah
Universitas Sumatera Utara
artinya jumlah beras Raskin yang merupakan hak Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat adalah sebanyak 15 Kg netto per RTM perbulan sesuai dengan hasil musyawarah
desakelurahan. Tepat harga artinya harga beras Raskin adalah Rp. 1.000 Kg Netto sekarang Rp. 1600 Kg di titik distribusi. Tepat waktu artinya pelaksanaan distribusi
beras Rumah Tangga Sasaran penerima manfaat sesuai dengan rencana distribusi. Tepat administasi artinya terpenuhinya persyaratan administrasi secara benar dan tepat waktu.
2.3.4 Pengaduan Masyarakat
a. Pengaduan masyarakat tentang kritik dan saran dan pendapat perbaikan
pelaksanaan program Raskin ditanggapi dan ditindaklanjuti secara fungsional yang dikoordinasikan oleh Tim Program Raskin Provinsi dan Kabupaten Kota tingkatan
wilayahnya. b.
Tindak Lanjutamn pengaduan masyarakat secara teknis diselesaikan oleh masing- masing instansi, SKPD pelaksana program Raskin dan stakeholder sesuai dengan
bidan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. c.
Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan Raskin dapat berasal dari penerima Raskin atau masyarakat umum secara langsung, namun dapat juga melalui media
massa surat kabar, radio, televisi. Pengaduan dapat diperoleh melalui kotak pos, fax, email, telepone, laporan dari institusi kemasyarakatan dan pertemuan dengan
lembaga independen, perguruan tinggiinstitusi kemasyarakatan yang terkait lainnya.
2.3.5 Pengawasan dan Sosialisasi Program
Pengawasan pelaksanaan program Raskin dilakukan secara fungsional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan masyarakat pada
Universitas Sumatera Utara
prinsipnya terbuka dan dilakukan melalui kepedulian dan pengaduan melalui Unit Pengaduan Masyarakat UPM dan media massa.
Sosialisasi program Raskin bertujuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai program Raskin kepada RTM sasaran penerima manfaat, masyarakat dan
pelaksana program di tingkat provinsi, kabupaten kota, kecamatan dan desa kelurahan. Sosialisasi program Raskin dilakukan oleh Tim Program Raskin tingkat pusat, provinsi,
kabupaten kota, desa kelurahan secara berjenjang dan dapat mengikutsertakan pihak lain bilamana diperlukan.
Materi program Raskin yang disosialisasikan meliputi kebijakan program dan pelaksanaan teknis tentang penetapan RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme
distribusi, tugas dan fungsi serta tanggung jawab masing-masing pelaksana program dan juga kewajiban RTM sasaran penerima manfaat, mekanisme dan administrasi pembayaran,
penyampaian kelurahanpengaduan dari masyarakat serta penanganan tindak lanjutnya. Sosialisasi program Raskin dapat juga dilakukan melalui media massa cetak dan
elektronik, penyebaran pamflet, brosur dan berbagai forum pertemuan sosial kemasyarakatan lainnya. Sosialisasi program Raskin merupakan salah satu kunci
keberhasilan pelaksanaan program Raskin, yang dapat dilakukan melalui berbagai cara mana yang paling efektif dan memungkinkan agar masyarakat umum dan khususnya
masyarakat miskin dapat mengetahui secara persis latar belakang, kebijakan, mekanisme, hak-hak dan kewajibannya. Lebih dari itu, masyarakat harus mengetahui kemana dan
bagaimana cara melaporkan atau mengadukan apabila ditemui adanya indikasi penyimpanan Raskin melalui jalur Unit Pengaduan Masyarakat UPM yang tersedia
Pemprov Sumut, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kemiskinan
Konsepsi umum mengenai kemiskinan biasa terkait dengan masalah ketiadaan sumber daya ekonomi dan sosial kultural karena informasi yang diperoleh hanya dari
dalam dan politik masyarakat tertentu. Ketiadaan modal sosial ekonomi inilah yang kemudian membatasi gerak aktivitas dan aktualisasi diri setiap individu dan dinamika
sosial dalam masyarakat. Kondisi kemiskinan merupakan masalah yang sampai hari ini tidak kunjung
selesai. Sebab memiliki problematika dan dinamika tersendiri dalam masyarakat. Terlebih kemiskinan terkait dengan krisis sosial, ekonomi, dan politik Syaifullah, 2008:9.
Ada 3 jenis kemiskinan yang merupakan suatu masalah di Indonesia: 1.
Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif merupakan kondisi masyarakat karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan. Standar minimum
disusun berdasarkan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen
dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatanpengeluaran. Kelompok ini merupakan penduduk relatif miskin. Dengan demikian ukuran
kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatanpengeluaran penduduk sehingga menggunakan definisi ini berarti “orang miskin selalu hadir
bersama kita”. Dalam prakteknya, negara kaya mempunyai garis kemiskinan relatif yang lebih tinggi dari pada negara miskin seperti yang dilaporkan oleh Ravallion
1998:26. Paper tersebut menjelaskan mengapa, misalnya: angka kemiskinan resmi official figure pada awal tahun 1990-an mendekati 15 persen penduduk
Amerika Serikat dan juga mendekati 15 persen di Indonesia negara yang jauh
Universitas Sumatera Utara
lebih miskin. Artinya banyak dari mereka yang dikategorikan miskin di Amerika Serikat akan dikatakan sejahtera menurut standar Indonesia. Tatkala negara
menjadi lebih kaya sejahtera, negara tersebut cenderung merevisi garis kemiskinannya menjadi lebih tinggi, dengan kekecualian Amerika Serikat, dimana
garis kemiskinan pada dasarnya tidak berubah selama hampir empat dekade. Misalnya, Uni Eropa umumnya mendefinisikan penduduk miskin adalah mereka
yang mempunyai pendapatan perkapita di bawah 50 persen dari median rata-rata pendapatan meningkat, garis kemiskinan juga relatif meningkat. Dalam hal
mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan dan perlu disesuaikan tingkat pembangunan negara
secara keseluruhan. Garis kemiskinan tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat
kesejahteraan yang sama Ravallion dalam Sudantoko, 2009:44. 2.
Kemiskinan Absolut Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk
mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti pangan, sandang, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok
minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis
kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan absolut “tetap tidak
berubah” dalam hal standar hidup, garis kemiskinan absolut dapat membandingkan kemiskinan secara umum. Garis kemiskinan Amerika Serikat
berubah dari tahun ke tahun, sehingga angka kemiskinan sekarang mungkin terbanding dengan angka kemiskinan satu dekade yang lalu, dengan catatan bahwa
Universitas Sumatera Utara
definisi kemiskinan tidak berubah. Garis kemiskinan absolut sangat penting jika seseorang akan mencoba menilai efek dari kebijakan anti kemiskinan antar waktu
atau memperkirakan dampak dari suatu proyek terhadap kemiskinan misalnya: pemberian kartu kredit skala kecil. Angka kemiskinan akan terbanding antara satu
negara dengan negara lain hanya jika garis kemiskinan absolut yang sama digunakan ke dua negara tersebut. Bank Dunia memerlukan garis kemiskinan
absolut agar dapat membandingkan angka kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan sumber daya financial dana
yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam memerangi kemiskinan. Pada umumnya ada dua ukuran yang digunakan oleh Bank Dunia yaitu: a USD 1 per
hari dimana diperkirakan ada sekitar 1,2 miliar penduduk dunia yang hidup di bawah ukuran tersebut; b USD 2 per hari dimana lebih dari 2 miliar penduduk
yang hidup kurang dari batas tersebut. Kedua batas ini adalah garis kemiskinan absolut Sudantoko, 2009:45.
3. Kemiskinan Struktural dan Kultural
Terminologi lain yang juga dikemukakan sebagai wacana adalah kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Soetandyo Wignjosoebroto dalam “Kemiskinan
Struktural : Masalah dan Kebijakan” yang dirangkum oleh Suyanto 1995:59 mendefinisikan “kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang ditengarai atau
dialihkan bersebab dari kondisi struktur atau tatanan kehidupan yang tidak menguntungkan”. Dikatakan tidak menguntungkan karena tatanan itu tidak hanya
menerbitkan, akan tetapi lebih lanjut dari itu juga melanggengkan kemiskinan di dalam masyarakat. Di dalam kondisi struktur yang demikian itu kemiskinan
menggejala oleh sebab-sebab yang alami atau oleh sebab-sebab yang pribadi, melainkan oleh sebab tatanan sosial yang tidak adil. Tatanan yang tidak adil ini
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan banyak warga masyarakat gagal memperoleh peluang dan akses untuk mengembangkan dirinya serta meningkatkan kualitas hidupnya, sehingga
mereka yang malang dan terperangkap ke dalam perlakuan yang tidak adil ini menjadi serba kekurangan, tidak setara dengan tuntutan untuk hidup yang layak
dan bermartabat sebagai manusia. Salah satu contoh adalah kemiskinan karena lokasi tempat tinggal yang terisolasi misalnya: orang Mentawai di Kepulauan
Mentawai, orang Melayu di Pulau Christmas, suku Tengger di Pegunungan Tengger Jawa Timur dan sebagainya. Sedangkan kemiskinan kultural diakibatkan
oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indikator kemiskinan. Padahal indikator
kemiskinan tersebut seyogyanya bisa dikurangi atau bahkan secara bertahap bisa dihilangkan dengan mengabaikan faktor adat dan budaya tertentu yang
menghalangi seseorang melakukan perubahan-perubahan ke arah tingkat kehidupan yang lebih baik. Kemiskinan karena tradisi sosio-kultural terjadi pada suku-suku
terasing seperti halnya suku Badui di Cibeo Banten Selatan, suku Dayak di pedalaman Kalimantan dan suku Kubu di Jambi. Soetandyo Wignjosoebroto dalam
“Kemiskinan, Kebudayaan dan Gerakan Membudayakan Keberdayaan” yang dirangkum oleh Suyanto 1995:59 mendefinisikan “kemiskinan adalah suatu
ketidakberdayaan”. Artinya, berdaya tidak dalam kehidupan bermasyarakatnya itu dalam kenyataan akan banyak ditentukan dan dipengaruhi oleh determinan-
determinan sosial budayanya seperti misalnya posisi, status dan wawasan yang dipunyainya. Sebaliknya, semua fasilitas sosial yang teraih dan dapat
didayagunakan olehnya akan ikut pula menentukan keberdayaannya kelak di dalam pengembangan dirinya di tengah masyarakat. Acapkali timbul suatu rasa pesimis di
kalangan orang miskin dengan merasionalisasi keadaan hal itu ”sudah takdir” dan
Universitas Sumatera Utara
bahwa setiap orang itu sesungguhnya sudah mempunyai suratan nasibnya sendiri- sendiri yang mestinya harus disyukuri. Oleh karena itu, Soetandyo menyarankan
ditingkatkan “Gerakan Membudayakan Keberdayaan” pada lapisan masyarakat bawah. Melek huruf, melek bahasa, melek fasilitas, melek ilmu, melek informasi,
melek hak dan melek-melek yang lainnya adalah suatu keberdayaan yang harus terus dimungkinkan kepada lapisan-lapisan masyarakat bawah agar tidak terjebak
ke dalam kemiskinan struktural Suyanto dalam Sudantoko, 2009:45. 2.4.1 Indikator Kemiskinan di Indonesia
Menurut Chazali H. Situmorang dalam tulisannya yang berjudul “Penanganan Masalah Kemiskinan di Sumatera Utara Poverty Reduction At North Sumatera” yang
salah satu sub bagian didalamnya menjelaskan tentang indikator kemiskinan, penduduk miskin di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu penduduk miskin yang
diakibatkan oleh kemiskinan kronis atau kemiskinan struktural yang terjadi terus-menerus sebagaimana defenisi ini telah dikemukakan dan kemiskinan sementara yang ditandai
dengan menurunnya pendapatan masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan siklus ekonomi dari kondisi normal menjadi kondisi krisis.
Dalam hal ini, karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh ketidakberdayaan ketidakmampuan powerlessness dalam hal :
1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, sandang, papan,
pendidikan, dan kesehatan 2.
Melakukan kegiatan usaha produktif 3.
Menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi 4.
Menentukan nasibnya sendiri serta senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik
Universitas Sumatera Utara
5. Membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa
mempunyai martabat dan harga diri yang rendah. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan ini menumbuhkan perilaku miskin yang
bermuara pada hilangnya kemerdekaan untuk berusaha, meningkatkan pendapatan dan minkmati kesejahteraan secara bermartabat. Indikator nasional dalam menentukan jumlah
penduduk yang dikategorikan miskin ditentukan oleh standar garis kemiskinan dari Badan Pusat Statistik BPS dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan minimum. Baik
berupa kebutuhan makanan dan non-makanan yang harus dipenuhi seseorang untuk hidup layak. Penetapan nilai standar inilah yang digunakan untuk membedakan antara penduduk
miskin dan tidak miskin. Apabila penduduk dalam pengeluaran tidak mampu memenuhi kecukupan makanan setara 2100 kalori hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok
minimum non-makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar, pendidikan dasar, transportasi dan aneka barangjasa lainnya maka ia dapat dikategorikan miskin BPS,
1999. Sementara penduduk yang tidak mampu memenuhi kecukupan konsumsi makanan setara 1800 kalori hari dikategorikan fakir miskin. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
1981 mendefenisikan, fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak memiliki sumber daya hidup berupa mata pencaharian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok yang
layak bagi kemanusiaan atau seseorang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya yang layak bagi kemanusiaan.
Selain indikator-indikator kemiskinan diatas, indikator kemiskinan lainnya yaitu: 1.
Angka buta huruf dewasa adalah proporsi seluruh penduduk berusia 1 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya.
2. Penolong persalinan oleh tenaga tradisional adalah penolong persalinan oleh
dukun, keluarga atau tenaga tradisionil lainnya.
Universitas Sumatera Utara
3. Penduduk tanpa akses air bersih adalah proporsi penduduk yang tidak mempunyai
akses air bersih. Yang termasuk air bersih disini adalah air kemasan, air leding PAM, pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung dengan jarak ke tempat
penampungan lebih dari 10 meter. 4.
Penduduk tanpa akses sanitasi adalah proporsi penduduk yang menggunakan jamban umum atau lainnya sebagai tempat buang air bersih.
5. Angka kesakitan adalah proporsi penduduk yang mempunyai gangguan kesehatan
sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. 6.
Angka pengangguran adalah proporsi penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha, tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan, dan sudah punya pekerjaan namun belum mulai bekerja.
2.4.2 Dimensi Kemiskinan di Indonesia
Menurut Bank Dunia World Bank, 2006 ada tiga ciri yang menonjol dari
kemiskinan di Indonesia :
1. Banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang setara
dengan AS1,55 per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.
2. Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan
batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar
kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.
3. Mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah
merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan. Angka kemiskinan
nasional menyembunyikan sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat Indonesia hidup di antara garis
kemiskinan AS 1 dan AS 2 perhari, suatu aspek kemiskinan yang luar biasa dan menentukan di Indonesia.
Analisis kemiskinan dan faktor-faktor penentunya di Indonesia, dan juga belajar dari sejarah pengentasan kemiskinan di Indonesia, menunjuk kepada tiga cara untuk
mengentaskan kemiskinan. Cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan
adalah: a.
Melalui Pertumbuhan Ekonomi Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin Pertumbuhan ekonomi telah dan akan tetap menjadi landasan bagi pengentasan
kemiskinan. Pertama, langkah membuat pertumbuhan bermanfaat bagi rakyat miskin merupakan kunci bagi upaya untuk mengkaitkan masyarakat miskin dengan
proses pertumbuhan, baik dalam konteks pedesaan dan perkotaan ataupun dalam berbagai pengelompokan berdasarkan daerah dan pulau. Hal ini sangat mendasar
dalam menangani aspek perbedaan antar daerah. Kedua, dalam menangani ciri kerentanan kemiskinan yang berkaitan dengan padatnya konsentrasi distribusi
pendapatan di Indonesia, apapun yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat akan dapat dengan cepat mengurangi angka kemiskinan serta kerentanan
kemiskinan. b.
Membuat Layanan Sosial Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin Penyediaan layanan sosial bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun
sektor swasta adalah mutlak dalam penanganan kemiskinan di Indonesia. Pertama, hal itu merupakan kunci dalam menyikapi dimensi non pendapatan kemiskinan di
Indonesia. Indikator pembangunan manusia yang kurang baik, misalnya angka
Universitas Sumatera Utara
kematian ibu yang tinggi, harus diatasi dengan memperbaiki kualitas layanan yang tersedia untuk masyarakat miskin. Hal ini lebih dari sekedar persoalan yang
berkaitan dengan pengeluaran pemerintah, karena berkaitan dengan perbaikan sistem pertanggungjawaban, mekanisme penyediaan layanan, dan bahkan proses
kepemerintahan. Kedua, ciri keragaman antar daerah kebanyakan dicerminkan oleh perbedaan dalam akses terhadap layanan, yang pada akhirnya mengakibatkan
adanya perbedaan dalam pencapaian indikator pembangunan manusia di berbagai daerah. Dengan demikian, membuat layanan masyarakat bermanfaat bagi rakyat
miskin merupakan kunci dalam menangani masalah kemiskinan dalam konteks keragaman antar daerah.
c. Pengeluaran Pemerintah Bermanfaat Bagi Rakyat Miskin
Disamping pertumbuhan ekonomi, dengan menentukan sasaran pengeluaran untuk rakyat miskin, pemerintah dapat membantu mereka dalam menghadapi kemiskinan
baik dari segi pendapatan maupun non pendapatan. Pertama, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk membantu mereka yang rentan terhadap
kemiskinan dari segi pendapatan melalui suatu sistem perlindungan sosial modern yang meningkatkan kemampuan mereka sendiri untuk menghadapi ketidakpastian
ekonomi. Kedua, pengeluaran pemerintah dapat digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator pembangunan manusia, sehingga dapat mengatasi kemiskinan
dari aspek non pendapatan. Membuat pengeluaran bermanfaat bagi masyarakat miskin sangat menentukan saat ini, terutama mengingat adanya peluang dari sisi
fiskal yang ada di Indonesia saat kini. Masing-masing cara tersebut menangani minimal satu dari tiga ciri utama
kemiskinan di Indonesia, yaitu: kerentanan, sifat multi dimensi dan keragaman antar daerah.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Sasaran dan Fokus Penanggulangan Kemiskinan
Penduduk miskin dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu : 1.
Usia lebih dari 55 tahun, yaitu kelompok masyarakat yang tidak lagi produktif usia sudah lanjut, miskin, dan tidak produktif, untuk kelompok ini program
pemerintah yang dilaksanakan bersifat pelayanan sosial, 2.
Usia di bawah 15 tahun, yaitu kelompok masyarakat yang belum produktif usia sekolah, belum bisa bekerja, program yang dilaksanakan bersifat penyiapan
sosial, dan 3.
Usia antara 15-55 tahun, yaitu usia sedang produktif usia kerja tapi tidak mendapat pekerjaan, menganggur, program yang dilaksanakan bersifat investasi
ekonomi, kelompok inilah yang seharusnya menjadi sasaran utama penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan pengelompokan tersebut maka program penanggulangan kemiskinan harus difokuskan kepada penanganan penduduk miskin dalam usia produktif melalui
peningkatan kesempatan kerjaberusaha, peningkatan kapasitaspendapatan, dan untuk selanjutnya mampu mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan sosial secara mandiri dan
berkelanjutan Sumodiningrat, 2009:49-50.
2.5 Rumah Tangga Miskin
Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar yang berlaku. Saat ini sudah cukup banyak ukuran dan
standar yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan.
Kriteria Rumah Tangga Miskin sebagai berikut: 1.
Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m
2
per orang. 2.
Lantai tempat tinggal terbuat dari tanah bambu kayu murahan.
Universitas Sumatera Utara
3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bumbu rumbia kayu berkualitas
rendahtembok tanpa diplaster. 4.
Tidak memiliki fasilitas buang air besarbersama-sama dengan rumah tangga lain. 5.
Penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 6.
Sumber air minum berasal dari sumur mata air tidak terlindung sungai air hujan. 7.
Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar arang minyak tanah. 8.
Hanya mengonsumsi daging susu ayam satu kali dalam seminggu. 9.
Hanya membeli satu stel pakian baru dalam setahun. 10.
Hanya sanggup makan sebanyak satu dua kali dalam sehari. 11.
Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas poliklinik. 12.
Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan,buruh perkebunan, atau pekerja lainnya
dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,00 per bulan. 13.
Tidak Memiliki Tabungan barang yang mudan dijual dengan nilai minimal Rp. 500.000,00, seperti sepeda motor kredit non kredit,emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya Provinsi Babel, 2009.
2.6 Kesejahteraan Sosial 2.6.1 Pengertian Kesejahteraan