Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK

MASYARAKAT MISKIN DI DESA LAU GUMBA

KECAMATAN BERASTAGI

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

110903070

SHEILA RAMANI

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Sheila Ramani

NIM : 110903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi.

Medan, Maret 2015

Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Arlina SH M,Hum

NIP. 196110041986011001 NIP. 19640108 199102 1 001 Drs M. Husni Thamrin Nst M.Si

Dekan

FISIP USU MEDAN

NIP. 19680525 199203 1 002 Prof. Dr. Badaruddin, Msi


(3)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROGRAM BERAS UNTUK MASYARAKAT MISKIN DI DESA LAU GUMBA KECAMATAN BERASTAGI

Nama : Sheila Ramani

NIM : 110903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Arlina, S.H, M.Hum

Program Raskin merupakan salah satu program yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam upaya pemberian kompensasi terhadap masyarakat sehubungan dengan adanya kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Sasaran dari program ini adalah masyarakat yang termasuk dalam kategori miskin dan rentan terhadap kemiskinan yang disebut dengan Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat (RTS-PM). Program Raskin direalisasikan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah sebanyak 15 kilogram untuk setiap RTS-PM setiap bulannya dengan harga jual Rp.1.600/ kilogram di titik distribusi. Tujuan dari program ini adalah untuk menanggulangi kemiskinan atas dasar penghormatan pada pemenuhan hak masyarakat miskin akan pangan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses implementasi program Raskin di Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Adapaun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat penerima Raskin di Desa Lau Gumba berjumlah 72 Kepala Keluarga, dan yang menjadi sampel adalah 10 Kepala Keluarga yang menerima Raskin.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa proses implementasi program Raskin di Desa Lau Gumba berjalan dengan cukup baik, tetapi masih terdapat banyak kekurangan di berbagai aspek. Distribusi Raskin telah dilaksanakan sesuai data yang dikeluarkan oleh BPS dan jumlah beras yang didistribusikan juga sesuai dengan aturan, tanggal distribusi Raskin setiap bulannya juga tidak terlalu jauh perbedannya, tetapi masih ada penyimpangan yang terjadi seperti masalah harga jual Raskin yang tidak sesuai dengan harga yang dianjurkan oleh pemerintah, masalah ketidak rutinan petugas dalam pembuatan dan penyerahan Laporan Realisasi Penjualan Raskin (DPM-2) setiap bulannya, dan masalah kebijakan-kebijakan yang diputuskan secara sepihak yang merugikan RTS-PM. Berdasarkan hasil penelitian diketahui pula bahwa program ini dianggap sangat membantu masyarakat miskin dan mereka berharap besar akan kelangsungan program ini kedepannya.


(4)

KATA PENGANTAR

Bissmillahhirrohmanirrohim

Assalamua’laikum warohmatullahi wabarakaatuh

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt, dimana dengan izin dan segala kemampuan yang diberikan-Nya penulis dapat menjalani segala proses perkuliahan hingga sampai kepada tahap penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi” yang merupakan salah satu persyaratan akademis untuk memperoleh gelar S-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua penulis, Bapak

Syamsul Irwan dan Ibu Citra Nurmala dan kepada kedua adik penulis Ilham

Afwa Shairozy dan Aginta Faza Anugerah. Sesungguhnya tiada pernah

terputus jutaan rasa syukur dan terimakasih penulis telah berada dan telah dibesarkan oleh kedua orangtua yang sangat hebat, sangat tegar, dan sangat memperjuangkan kebahagiaan penulis, terimakasih abah dan bunda atas segala kasih sayang dan perjuanganya selama ini, membimbing, mendidik, dan mendoakan kelancaran kuliah sheila, semoga sheila bisa membahagiakan kalian, dan terus menjadi anak yang kalian banggakan, dan semoga abah dan bunda selalu dilimpahkan kesehatan, keselamatan dunia dan akhirat, dilancarkan segala urusannya, dimurahkan rejekinya, dan diberi kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Terimakasih pula kepada adik-adikku Ilham dan Aginta yang selalu


(5)

mendukung dan mendoakan kelancaran perkuliahan penulis, semoga kita selalu menjadi keluarga yang rukun, saling mengasihi dan menghormati satu sama lain.

Dalam penulisan skripsi ini,penulis sangat banyak menerima saran dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga semangat penulis tetap terjaga hingga akhirnya skripsi ini selesai dikerjakan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si. dan Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, S.H, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis, yang

telah sangat baik dan sangat sabar membimbing penulis dalam proses penyelesaian penulisan skripsi ini. Terimakasih banyak ibu atas masukan dan bimbingannya, semoga ibu selalu sehat dan dalam lindungan Allah SWT.

4. Ibu Dra. Februati Trimurni, M.si selaku dosen Pembimbing

Akademik yang selalu siap menampung aspirasi dan segala keluh kesah penulis, yang selalu memperhatikan IP dan IPK penulis, semoga cepat selesai S3 nya ibu.

5. Kepada seluruh dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU, khususnya kepada Bapak Drs. M.Ridwan Rangkuti, M.Si yang


(6)

selalu menjadi motivasi, dan menjadikan penulis yakin dengan konsentrasi kebijakan publik, dan kepada ibu Dra. Asima Yanti S.

Siahaan, MA, PhD, terimakasih ibu untuk semua ilmu, inspirasi dan

kerendahan hatinya.

6. Terimakasih kepada Bapak Drs. Edison Karo-Karo, M.Si dan Bapak

Mirton Ketaren, S.Sos, selaku Camat Berastagi yang telah

memberikan izin penelitian kepada penulis dan kepada Ibu Yustince

Sembiring selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial dan Lingkungan

Hidup Kecamatan Berastagi yang sangat membantu penulis dalam hal pengumpulan data dan penyelesaian skripsi penulis.

7. Kepada Bapak Sampai Ginting dan Ibu Yunani Br. Perangin-angin, selaku Kepala Desa dan Sekretaris Desa, dan kepada seluruh masyarakat Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang telah dengan sangat baik membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Kepada Bapak Drs. Tulis Ginting, M.Si dan seluruh pegawai Bakesbang Pol & Linmas Kabupaten Karo.

9. Kepada seluruh staf pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Kak Dian dan Kak Mega yang telah banyak membantu penulis dalam

penyelesaian masalah administrasi di kampus.

10.Kepada Pak Tengah Dian Sinuraya, S.H, kepada Pak Uwa Agung

Guliono, S.E dan Idaman Sinuhaji, serta Bapak Drs. Irianto dan


(7)

perhatian yang sangat besar terhadap perkuliahan penulis, terimakasih banyak untuk semua doa dan bantuannya.

11.Kepada sahabat-sahabatku Rima Mustika, Shila, Edi, Abdul, Faisal,

Nano, Jaka dan teman-teman lain yang selalu mendukung dan

mendoakan, semoga kita selalu bersahabat seperti saat ini, jangan lelah dan jangan menjauh, terimakasih untuk setiap tawa dan perhatiannya. 12.Untuk teman-teman terkasih, tempat berbagi tangis, tawa, curahan hati,

Adynda Fathia Ilham, Hanindhita Shandya, Depi Dahniar, Dewi

Anggiati, Zoraya Alfathin, Bunga Octaviani, terimakasih telah

menjadi saudaraku di perantauan, semoga tetap menjaga komunikasi dan tidak terpisahkan oleh wisuda, terimakasih untuk semua bantuannya, aku sayang kalian.

13.Kepada kelompok V Magang Desa Indra Yaman Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, Khainur Rahman, Felix G, Sampai Anugerah, Josua Sitinjak,Daniel Panca, Adynda Fathia, Hanindhita, Depi Dahniar, Dewi Anggiati, Novita Olivia dan

Erlita. Terimakasih sudah menjadi partner yang baik kawan-kawanku.

14.Dan semua kawan-kawan AN 2011 tanpa terkecuali. Terimakasih untuk kebersamaan nya selama ini.

Medan, Maret 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR BAGAN ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Kerangka Teori ... 8

1.6.1 Kebijakan Publik ... 9

1.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 9


(9)

1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik ... 13

1.6.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik ... 13

1.6.2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan ... 15

1.6.3 Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) ... 19

1.6.3.1 Pengertian Raskin ... 19

1.6.3.2 Tujuan dan Sasaran Program Raskin ... 21

1.6.3.3 Penentuan Pagu ... 22

1.6.3.4 Pengelolaan dan Pengorganisasian ... 23

1.6.3.5 Tim Koordinasi Raskin Pusat ... 25

1.6.3.6 Tim Koordinasi Raskin Provinsi ... 26

1.6.3.7 Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota ... 27

1.6.3.8 Tim Koordinasi Raskin Kecamatan ... 29

1.6.3.9 Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kel ... 31

1.6.3.10 Satker Raskin ... 32

1.6.3.11Mekanisme Distribusi Raskin ... 33

1.6.3.12 Pembiayaan Operasional ... 35

1.7 Defenisi Konsep ... 36


(10)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 40

2.1 Bentuk Penelitian ... 41

2.2 Lokasi Penelitian ... 41

2.3 Informan Penelitian ... 42

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

2.5 Teknik Analisa Data ... 44

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 45

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

3.1.1 Luas dan Batas Wilayah ... 45

3.2 Demografi Penduduk ... 46

3.2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin.. 46

3.2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 47

3.2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 47

3.2.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 49

3.3 Sarana dan Prasarana ... 49

3.3.1 Sarana Air Bersih ... 49


(11)

3.3.3 Prasarana Pendidikan ... 51

3.3.4 Prasarana Peribadatan ... 52

3.4 Struktur Organisasi Kepemerintahan Desa Lau Gumba ... 53

3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat Desa Lau Gumba ... 54

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 59

4.1 Identitas Informan ... 60

4.1.1 Identitas Informan Kunci ... 60

4.1.2 Identitas Informan Utama ... 61

4.1.3 Waktu Wawancara Informan Utama ... 66

4.2 Hasil Wawancara ... 67

4.2.1 Hasil Wawancara Informan Kunci ... 67

4.2.2 Hasil Wawancara Informan Utama ... 88

BAB V ANALISIS DATA ... 122

5.1 Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin ... 122

5.1.1 Standar dan Sasaran Kebijakan ... 123

5.1.2 Sumber Daya ... 125


(12)

5.1.4 Disposisi Implementator ... 131

5.2 Harapan Masyarakat Terhadap Implementasi Program Raskin ... 133

BAB VI PENUTUP ... 135

6.1 Kesimpulan ... 135

6.2 Saran ... 138


(13)

DAFTAR BAGAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2.1.1 Disribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 3.2.2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia ... 47

Tabel 3.2.3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 47

Tabel 3.2.4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 49

Tabel 3.3.1.1 Sarana Air Bersih ... 49

Tabel 3.3.2.1 Prasarana Kesehatan ... 50

Tabel 3.3.3.1 Prasarana Pendidikan ... 51

Tabel 3.3.4.1 Prasarana Peribadatan ... 52

Tabel 4.1.1.1 Identitas Informan Kunci ... 60

Tabel 4.1.2.1 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Tabel 4.1.2.2 Distribusi Data Informan Berdasarkan Usia ... 62

Tabel 4.1.2.3 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pendidikan ... 63

Tabel 4.1.2.4 Distribusi Data Informan Berdasarkan Pekerjaan ... 63

Tabel 4.1.2.5 Distribusi Data Informan Berdasarkan Penghasilan ... 64


(15)

Tabel 4.1.2.7 Distribusi Data Informan Berdasarkan Jumlah Anggota

Keluarga ... 66


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 2 : Surat Permohonan Pengajuan Judul Lampiran 3 : Surat Persetujuan Pengajuan Judul Lampiran 4 : Surat Undangan Seminar Proposal Lampiran 5 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran 6 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran 7 : Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran8 : Surat izin Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 9 : Surat Rekomendasi penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karo

Lampiran 10 : Surat Izin penelitian dari Kantor Camat Berastagi

Lampiran 11 : Surat menyatakan telah selesai melakukan penelitian dari Kantor Camat Berastagi

Lampiran 12 : Surat menyatakan telah selesai melakukan penelitian dari Kantor Kepala Desa Lau Gumba


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi semua rakyatnya hingga tercapai masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Welfare State (Negara kesejahteraan), negara tidak lagi hanya bertugas memelihara ketertiban dan menegakkan hukum, tetapi terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya. Dalam pandangan tersebut, negara dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Masalah yang masih terjadi di Indonesia hingga saat ini adalah masalah kemiskinan dan masalah kerawanan pangan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,28 juta orang, jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 0,32 juta orang jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 sebesar 28,60 juta orang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan kepala BPS, Suryamin sebagai berikut:

“Selama periode September 2013-Maret 2014, jumlah penduduk miskin daerah perkotaan turun sebanyak 0,17 juta dari 10,68 juta pada September 2013 menjadi 10,51 juta pada Maret 2014. Sementara itu, penduduk miskin di daerah pedesaan turun sebanyak 0,15 juta orang dari 17,92 orang pada September 2013 menjadi 17,77 juta pada Maret 2014. Suryamin mengatakan, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan September 2013 sebesar 8,55% turun menjadi 8,34% pada Maret 2014, sementara


(18)

persentase penduduk miskin di daerah perdesaan turun dari 14,37% pada September 2013 menjadi 14,17% pada Maret 2014. “Penduduk miskin di Indonesia semakin berkurang, hal tersebut menandakan kesejahteraan masyarakat sudah lebih baik," ujar dia di Gedung BPS, Jakarta (1/7/2014)1

Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Kebijakan Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan, pengembangan ekonomi pedesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Secara khusus kepada Perum Bulog diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi

.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat, program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga telah memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selama pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, telah banyak program yang dibuat dengan tujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program tersebut dilaksanakan dalam 3 klaster, klaster 1 terdiri atas Program Keluarga Harapan (PKH), Program Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), dan Program Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN).Klaster 2 terdiri atas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat Karya Produktif, dan klaster 3 terdiri atas Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Kredit Usaha Bersama (KUBE).

1

http://www.beritasatu.com/nasional/193810-bps-maret-2014-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-capai-28-juta.html


(19)

kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan yang penyediaannya mengutamakan pengadaan beras dan gabah dalam negeri. Pemerintah berupaya menjaga ketersediaan pangan bagi penduduk miskin melalui Program beras untuk keluarga miskin (Raskin) yang dimulai pada Januari 2002 yang merupakan lanjutan dari program Operasi Pasar Khusus (OPK) yang dirancang pemerintah dan dilaksanakan oleh Bulog (pertengahan 1998). Program Raskin adalah program pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan bagi keluarga miskin dan merupakan salah satu bagian dari Program Kompensasi pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKS-BBM). Program ini dilaksanakan di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri dan Perum Bulog sesuai dengan SKB (Surat Keputusan Bersama) Menteri Dalam Negeri dengan Direktur Utama Perum Bulog Nomor : 25 Tahun 2003 dan Nomor : PKK-12/07/2003, yang melibatkan instansi terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Program Raskin bertujuan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok dan untuk mengurangi pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dan bertujuan membantu kelompok miskindan rentan miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat tanpa kendala. Program ini direalisasikan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15kg/bulan untuk setiap Rumah Tangga Miskin dengan masing-masing harga Rp.1.600/kg (netto) di titik distribusi. Berdasarkan data yang ada, hingga tahun 2014, BPS mencatat terdapat 15.530.897 Rumah Tangga Sasaran – Penerima Manfaat (RTS-PM) yang menerima Raskin, jumlah ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2013, dan


(20)

meliputi sekitar 25 persen penduduk dengan peringkat kesejahteraan terendah secara nasional, yang mencakup rumah tangga miskin dan hampir miskin.2 Untuk Provinsi Sumatera Utara, berdasarkan Surat Kemenko Kesra tanggal 16 Desember 2013, Perihal Pagu Raskin Tahun 2014, tercatat terdapat 134.319.600 kilogram untuk 746.220 rumah tangga sasaran penerima manfaat atau RTS-PM.3

Program Raskin seyogyanya memang bertujuan baik, tetapi bila diamati implementasi nya dilapangan, tidak jarang ditemukan adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Jika diamati berdasarkan Indikator Ketepatan program ini, maka ada 6 indikator yang harus dipenuhi yaitu tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat administrasi dan tepat kualitas. Implementasi Raskin tidak jarang rentan terhadap penyimpangan. Menurut Lembaga Penelitian SMERU dalam Skripsi Yohana Maria S.M.H mengatakan bahwa Raskin menjangkau 52,6% rumah tangga miskin, namun rumah tangga tidak miskin yang terjangkau juga relatif tinggi, yakni 36,9%

Jadi, selama tahun 2014, Sumatera Utara akan merealisasikan program raskin ke seluruh Kabupaten/Kota sesuai dengan jumlah RTS-PM dan pagu yang telah ditetapkan.

4

Berdasarkan 6 indikator Raskin, ada beberapa indikator yang bermasalah dalam pengimplementasiannya di Desa Lau Gumba, permasalahan ini diketahui dari pernyataan langsung masyarakat Desa Lau Gumba, diantaranya yaitu pertama masalah tepat sasaran, masalah tepat sasaran sering tidak sesuai dalam

.

2

www.tnp2k.go.id

3

Medanaktual.com

4

Maria, Yohana S.M.H Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. USU Medan hal 18


(21)

pengimplementasiannya akibat kelemahan koordinasi dalam pelaksanaan raskin antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dengan pemerintah kota, kecamatan, kelurahan dan desa yang menyebabakan keusangan data mengenai jumlah warga miskin. Akibatnya, jumlah warga miskin yang didata bisa lebih besar ataupun lebih kecil dari jumlah yang sebenarnya, sehingga raskin yang dibagikan akan berdampak pada kekurangan ataupun kelebihan jatah, di daerah penelitian juga diketahui adanya masalah tidak tepat sasaran dalam pengimplementasian program ini.

Kedua, tepat harga, naiknya harga raskin yang harus ditebus warga disebabkan oleh alasan yang seringkali dimunculkan para petugas untuk menjawab ketidaktersediaan dana untuk pengangkutan (distribusi beras atau biaya transportasi),dan lain-lain. Akibatnya, biaya ini dibebankan kepada warga, sehingga tidak heran kalau harga awal berbeda dengan harga di lapangan. Di Desa Lau Gumba juga terjadi perbedaan harga dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah., harga Raskin yang harus dibayarkan oleh masyarakat adalah bervariasi hingga mencapai Rp.36.000 / karung, hal ini menunjukkan perbedaan harga yang signifikan, karena harga Raskin yang dianjurkan oleh pemerintah adalah Rp. 1.600 / kg atau Rp. 24.000 / karung.

Ketiga, tepat waktu, perbedaan tanggal realisasi raskin tiap bulannya menjadi masalah tersendiri dalam implementasi program ini, tidak adanya ketentuan tanggal per bulannya menyebabkan banyak warga yang tidak mendapat kepastian mengenai program ini. Di Desa Lau Gumba, masalah ini juga sering terjadi, tidak ada tanggal kepastian kapan Raskin dapat diambil setiap bulannya,


(22)

bahkan terkadang realisasi Raskin bisa dirangkap menjadi 2 bulan sekali dan jatah diberikan sebanyak 30kg/RTS, terutama bila memasuki akhir dan awal tahun.

Keempat, tepat administrasi, masalah tepat administrasi menjadi masalah tersendiri dalam pengimplementasian program ini, banyaknya warga yang enggan berurusan dengan administrasi dan tidak tahu dengan mekanisme administrasi seringkali menimbulkan celah-celah untuk memanipulasi data yang ada. Masalah yang terjadi dalam pengimplementasian program Raskin di Desa Lau Gumba yaitu setiap warga yang menerima Raskin rata-rata tidak memiliki kartu Raskin, bahkan hal ini terjadi sejak awal Raskin ini didistribusikan.

Kelima, tepat kualitas, masalah tepat kualitas menjadi masalah tersendiri yang dampak nya langsung dirasakan oleh RTS-PM. Di Desa Lau Gumba masalah tepat kualitas ini juga sering sekali terjadi. Secara kasat mata, setiap warga tidak mengetahui bagaimana kualitas beras yang diberikan kepada mereka, karena jatah 15kg beras diambil dengan menggunakan karung yang tertutup sehingga warga tidak bisa memilih, tidak jarang warga desa Lau Gumba mendapatkan beras yang berbau, beras yang pecah, berwarna kekuningan dan bahkan ada yang berkutu, tetapi tidak jarang pula warga mendapat kualitas beras yang cukup baik. Hal inilah yang terkadang dikeluhkan oleh masyarakat setempat.

Dari paparan implementasi Program Raskin diatas, dapat disimpulkan bahwa penyaluran raskin masih rentan terhadap kesalahan, penyelewengan, dan bahkan manipulasi data. Dengan melihat banyaknya permasalahan dalam penyaluran raskin kepada Rumah Tangga Miskin maka dengan itu penulis merasa


(23)

tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi”.

1.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitan kualitatif ada yang disebut dengan batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualtatif disebut dengan fokus yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Fokus penelitan sangat penting dalam menentukan batasan-batasan atau cakupan yang dilakukan, dimana dengan diterapkannya fokus penelitian akan jelas batasannya dan juga mempertajam dalam analisis pembahasan. Berdasarkan masalah yang dirumuskan dan sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti fokus pada persoalan implementasi program Raskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi.

1.3 Rumusan Masalah

Penelitian pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Kedudukan masalah yang akan diteliti sangat sentral dalam suatu penelitian.Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Proses Implementasi Program Beras untuk Masyarakat Miskin di Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi?”

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan yang hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya yakni:


(24)

1. Untuk mendeskripsikan proses Implementasi Program Beras untuk Masyarakat Miskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang terjadi sehingga masih terdapat banyak kekurangan dalam pengimplementasian program Raskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diberkan setelah terlaksananya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti dalam melatih kemampuan menulis karya ilmiah dan menambah pengetahuan ilmiah pada studi administrasi negara khususnya yang berkaitan dengan program Raskin.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi instansi terkait terhadap proses implementasi program Raskin.

3. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah dan literatur maupun memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

1.6 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang didefenisikan sebagai masalah yang


(25)

penting. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian5

Secara etimologis, istilah kebijakan atau policy berasal dari bahasa Yunani “polis” yang berarti negara. Istilah kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukkan perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

.

Sebagai titik tolak atau landasan berfikir untuk memecahkan masalah, perlu adanya pedoman teoritis yang membantu. Untuk itu perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti. Berdasarkan rumusan diatas, peneliti mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.6.1 Kebijakan Publik

1.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik

6

Namun demikian, kebijakan publik merupakan konsep tersendiri yang mempunyai arti dan defenisi khusus secara akademik. Defenisi kebijakan publik menurut para ahli sangat beragam. Menurut Easton (1969) dalam Hessel N.

Pengertian kebijakan seperti ini dapat kita gunakan dan relatif memadai untuk pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat ilmiah dan sistematis menyangkut analisis kebijakan publik. Sedangkan kata publik sendiri sebagian orang mengartikan sebagai negara.

5

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta, hal 55

6

William N Dunn. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, hal 22-25


(26)

Tangkilisan (2003) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.7

Menurut Anderson, kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini dianggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan atau bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. 8

a. Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan.

Menurut beliau, kebijakan publik adalah pengembangan dari kebijakan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan aparaturnya dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa:

b. Kebijakan berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

c. Kebijakan itu merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

d. Kebijakan pemerintah ini dilandaskan pada perundang-undangan dan bersifat memaksa.

7

Hessel Nogi Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: YPAPI,hal 2

8 Budi Winarno. 2002.


(27)

Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah yang dirumuskan dan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga lain yang mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat, jadi pada dasarnya kebijakan publik berorientasi pada pemecahan masalah riil yang terjadi di tengah masyarakat. Kebijakan dalam konteks program biasanya mencakup serangkaian kegiatan yang menyangkut pengesahan atau legislasi, pengorganisasian, dan pengerahan atau penyediaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Program itu sendiri memiliki ruang lingkup yang relatif khusus dan cukup jelas batasan-batasannya. Program-program dipandang sebagai sarana (instrument) untuk mewujudkan berbagai tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah.

1.6.1.2 Bentuk dan Tahapan Kebijakan Publik

Kebijakan dapat lebih mudah dipahami jika dikaji tahap demi tahap. Inilah yang menjadikan kebijakan publik menjadi “penuh warna” dan kajiannya amat dinamis.9 Adapun kebijakan publik memiliki tahap-tahap yang cukup kompleks karena memiliki banyak proses dan variabel yang harus dikaji. Menurut William Dunn (1998), tahap-tahap kebijakan publik adalah sebagai berikut10

1. Tahap Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

:

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetensi terlebih dahulu

9

Dwiyanto Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analisis. Yogyakarta : Gave Media, hal 20

10 Budi Winarno,


(28)

untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan pada perumusan kebijakan. Pada tahap ini suatu masalah mungkin tidak tersentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama.

2. Tahap Formulasi Kebijakan (Policy Formulation)

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternative yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternative bersaing untuk memecahkan masalah.

3. Tahap Adopsi Kebijakan (Policy Adoption)

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4. Tahap Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jia program tersebut tidak dilaksanakan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah


(29)

diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa impementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

5. Tahap Evaluasi (Policy Evaluation)

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang diambil telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik yang pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan,. Dalam hal ini memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik

1.6.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya meraih tujuan-tujuan kebijakan dan program-program.


(30)

Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome).

Implementasi dikonseptualisasikan sebagai suatu proses, atau sebagai rangkaian keputusan dan tindakan yang ditujukan agar keputusan yang diterima oleh lembaga legislatif bisa dijalankan. Implementasi diartikan dalam konteks keluaran, atau sejauh mana tujuan-tujuan yang telah direncanakan mendapat dukungan, seperti tingkat pengeluaran belanja bagi suatu program. Akhirnya, pada tingkat abstraksi yang paling tinggi, dampak implementasi mempunyai makna bahwa telah ada perubahan yang bisa diukur ke dalam masalah11

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi sebuah keputusan adalah

. Implementasi kebijakan adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan-tujuan program dan hasil-hasil yang diinginkan oleh para pejabat pemerintah.

12

1. Penafsiran, yaitu kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

:

2. Organisasi merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.

11

Budi Winarno, op. cit, hal 144


(31)

3. Jadi, implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus-menerus untuk mencari usaha apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program kedalam tujuan kebijakan yang diinginkan.

1.6.2.2 Model-model Implementasi Kebijakan

Pada prinsipnya terdapat 2 pemilahan jenis atau model implementasi kebijakan. Pemilahan pertama adalah implementasi yang berpola “dari atas ke bawah” (top-bottomer) versus “dari bawah ke atas” (bottom-topper) dan pemilahan implementasi yang berpola paksa (command-and-control) dan mekanisme pasar (economic incentive). Sekalipun banyak dikembangkan model-model tentang implementasi kebijakan, namun dalam hal ini hanya akan menguraikan beberapa model implementasi kebijakan yang relative baru dan banyak mempengaruhi berbagai pemikiran maupun tulisan para ahli.

a. Model yang dikembangkan oleh Van Meter dan Van Horn

Model kebijakan ini berpola “dari atas ke bawah” dan lebih berada di “mekanisme paksa” daripada di “mekanisme pasar”. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi kebijakan yang pada dasarnya sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini mengandalkan bahwa


(32)

implementasi kebijakan berjalan linear dari keputusan politik, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.13

Menurut Van Meter dan Van Horn ada enam variabel yang memepengaruhi kinerja, yakni14

1. Standar dan Sasaran Kebijakan :

Standar dan Sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila tujuan dan ukuran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen pelaksana.

2. Sumber Daya

Keberhasilan implementasi kebijakan sangat bergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkannya oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam implementasi kebijakan.

3. Komunikasi Antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi sangat penting terdapat dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu kebijakan.

13

Budi Winarno, op. cit, hal 156

14

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Pustaka Pelajar. Hal 99


(33)

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik agen ini dibutuhkan agar pelaksanaan mencakup semua struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu kebijakan.

5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memeberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi Implementator

Disposisi implementator ini mencakup tiga hal, yakni : (a) respon implementator terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisis, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementator, yakni prefesisi nilai yang dimiliki oleh implementator.

b. Model yang Dikembangkan Oleh George C.Edwars III

Dalam pandangan George C.Edwars III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor, yakni:


(34)

1. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi sasaran dan tujuan harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumber Daya

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tapi apabila implementator kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementator dan sumber daya finansial. Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar berjalan efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya akan tinggal dikertas menjadi dokumen saja.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran dan sikap demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementator memiliki sikap atau persfektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak akan efektif.


(35)

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang disusun secara standard. SOP menjadi pedoman bagi setiap impementator dalam bertindak, struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, ini pada gilirannya akan menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

1.6.3 Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)

1.6.3.1 Pengertian RASKIN

Program Raskin (Program Penyaluran Beras Untuk Keluarga Miskin) adalah sebuah program dari pemerintah. Program tersebut adalah sebuah upaya untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg/rumah tangga miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp. 1.600,00 per kg (netto) di titik distribusi.Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang oleh Perum Bulog (Badan Urusan Logistik). Menurut Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Program Raskin adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan dan perlindungan sosial di bidang pangan yang


(36)

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat berupa bantuan beras bersubsidi kepada rumah tangga berpendapatan rendah (rumah tangga miskin dan rentan miskin).

Istilah-istilah yang digunakan dalam petunjuk teknis antara lain:

1. Tim Koordinasi program Raskin tingkat Provinsi adalah tim koordinasi yang ditetapkan berdasarkan keputusan Gubernur dan terdiri dari unsur pemerintah daerah Provinsi (Biro Sarana Perekonomian, Biro Bina Produksi, BPMD, Bappeda, BPS (Badan Pusat Statistik), BKKBN, Perum Bulog, Divisi Regional, Kepolisian, Kejaksaan serta stakeholders yang terkait.

2. Tim Koordinasi Divisi Regional (Divre) Provinsi adalah satuan kerja Perum Bulog Divre Provinsi yang dibentuk Kadivre yang bertugas dan bertanggung jawab mengkoordinasi dalam pelaksanaan Program Raskin di Sub Divre.

3. Satker Raskin adalah satuan kerja Perum Bulog Sub Divre yang dibentuk Kasub Divre yang bertugas dan bertanggung jawab mengangkut beras dari gudang Perum Bulog sampai dengan titik distribusi dan menyerahkan kepada pelaksana distribusi.

4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah tim yang dibentuk di tingkat Kecamatan yang dipimpin oleh Camat sebagai ketua yang beranggotakan unsur Kecamatan, Polsek, Pengelola Program KB Kecamatan dan Koordinator Sensus Kecamatan (KSK) yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan Program Raskin di Kecamatan.

5. Pelaksana Distribusi adalah Kelompok Kerja (Pokja) di titik distribusi yang dibentuk berdasarkan musyawarah Desa/Kelurahan yang ditetapkan


(37)

dengan Keputusan Kepala Desa/Lurah, terdiri dari Aparat Desa/ Kelurahan, Lembaga Masyarakat, dan unsur-unsur masyarakat yang bertugas dan bertanggung jawab mendistribusikan Raskin kepada penerima manfaat Raskin.

6. Titik Distribusi (TD) adalah tempat atau lokasi penyerahan beras oleh Satuan Kerja (Satker) Raskin Sub Divre kepada pelaksana distribusi di Desa. Kelurahan yang dapat dijangkau penerima manfaat Raskin atau lokasi lain yang ditetapkan atas dasar kesepakatan secara tertulis antara Pemerintah Daerah dan Sub Divre.

7. Rumah Tangga Miskin (RTM) adalah penerima manfaat Program Raskin di Desa/Kelurahan sesuai hasil pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 BPS dengan kategori sangat miskin, miskin, dan sebagian hampir miskin. 8. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah forum komunikasi di tingkat

Desa/Kelurahan untuk menetapkan RTM yang berhak menerima Raskin. 9. Beras Standar Kualitas Bulog adalah beras kualitas medium, kondisi baik

dan tidak berhama.

10.Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) adalah lembaga yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur di Provinsi dan Keputusan Bupati/Walikota di Kabupaten/Kota yang berfungsi menerima dan menindak lanjuti pengaduan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung termasuk media cetak dan elektronik.


(38)

1.6.3.2 Tujuan dan Sasaran Program RASKIN

1. Tujuan

Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Lebih jauh, program raskin bertujuan untuk membantu kelompok miskindan rentan miskin mendapat cukup pangan dan nutrisi karbohidrat tanpa kendala.

2. Sasaran

Sasaran dari program RASKIN ini adalah Rumah tangga yang dapat menerima beras Raskin, atau juga disebut Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) Program Raskin, yaitu rumah tangga yang terdapat dalam daftar nama dan alamat RTS-PM program Raskin.

1.6.3.3 Penentuan Pagu

Pagu Raskin adalah alokasi jumlah Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat Raskin (RTS-PM) atau jumlah beras yang dialokasikan bagi RTS-PM Raskin untuk tingkat nasional, provinsi atau kabupaten/kota pada tahun tertentu. Pagu Raskin nasional dialokasikan ke provinsi di seluruh Indonesia oleh Tim Koordinasi Raskin Pusat berdasarkan data RTS dari BPS. Pagu Raskin nasional merupakan hasil kesepakatan pembahasan antara pemerintah dan DPR yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2014.Besaran Pagu


(39)

Raskin Nasional tahun 2014 yaitu 2,79 juta ton beras selama 12 bulan untuk 15.530.897 RTS-PM atau sebanyak 15 kg/RTS/bulan atau 180 kg/RTS/tahun.

Pagu Raskin untuk setiap provinsi ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Pagu Raskin untuk setiap Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Gubernur.Pagu Raskin untuk setiap Kecamatan dan Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat ditetapkan oleh Bupati/Walikota.Apabila terjadi pemekaran wilayah administrasi pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan, maka Menko Kesra, atau Gubernur, atau Bupati/Walikota segera mengalokasikan Pagu Raskin sesuai dengan alamat RTS-PM di wilayah administrasi pemerintahan yang baru, dan melaporkan ke Tim Koordinasi Raskin secara berjenjang.

1.6.3.4 Pengelolaan dan Pengorganisasian

Prinsip pengelolaan Raskin adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Raskin. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan Raskin. Keberpihakan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM), yang maknanya mendorong RTM untuk ikut berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Raskin baik di desa dan kecamatan, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya. Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku Raskin terutama masyarakat penerima Raskin, yang harus tahu, memahami dan mengerti. Adapun


(40)

prinsip-prinsip dalam pengelolaan dan pengorganisasian Raskin tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keberpihakan kepada RTS-PM Raskin, bermakna mengusahakan RTS-PM Raskin dapat memperoleh beras kualitas baik, cukup sesuai alokasi dan terjangkau.

b. Transparansi, bermakna membuka akses informasi kepada pemangku kepentingan Raskin terutama RTS-PM Raskin, yang harus mengetahui dan memahami adanya kegiatan Raskin serta dapat melakukan pengawasan secara mandiri.

c. Partisipatif, bermakna mendorong masyarakat terutama RTS-PM Raskin berperan secara aktif dalam setiap tahapan pelaksanaan program Raskin, mulai dari tahap perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan dan pengendalian.

d. Akuntabilitas, bermakna bahwa setiap pengelolaan kegiatan Raskin harus dapat dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat setempat maupun kepada semua pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.

Dalam pelaksanaan program Raskin dipandang perlu mengatur organisasi dari pelaksana program Raskin tersebut. Untuk mengefektifkan pelaksanaan program dan pertanggungjawabannya, dibentuk Tim Koordinasi Raskin di tingkat pusat sampai kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di tingkat Desa/Kelurahan serta tim lainnya sesuai kebutuhan yang diatur dan ditetapkan melalui keputusan pejabat yang berwenang. Penanggung jawab pelaksanaan


(41)

program Raskin di pusat adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, di Provinsi adalah Gubernur, di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota, di Kecamatan adalah Camat dan di Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah.

1.6.3.5 Tim Koordinasi Raskin Pusat

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin Nasional dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Pusat.

a. Tugas

Melakukan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi dan pengendalian dalam perumusan kebijakan, perencanaan, penganggaran, sosialisasi, penanganan pengaduan, serta monitoring dan evaluasi.

b. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Pusat mempunyai fungsi:

1. Koordinasi perencanaan dan penganggaran Program Raskin. 2. Penetapan Pagu Raskin

3. Penyusunan Pedoman Umum Penyaluran Raskin. 4. Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin

5. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di provinsi dan kabupaten/kota.


(42)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kepmenko Kesra) No.57 Tahun 2012, Tim Koordinasi Raskin Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan Sekretariat. Pengarah terdiri atas: Ketua dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Anggota terdiri dari unsur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Perum BULOG.

1.6.3.6 Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Provinsi sebagai berikut:

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah pelaksana Program Raskin di provinsi, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan distribusi, monitoring dan evaluasi, menerima dan menangani pengaduan dari masyarakat serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat.


(43)

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai fungsi:

1. Koordinasi perencanaan dan penyediaan APBD untuk mendukung pelaksanaan Program Raskin di provinsi.

2. Penetapan Pagu Raskin kabupaten/kota.

3. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Program Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah 2014 (Raskin).

4. Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin.

5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di kabupaten/kota.

6. Penanganan Pengaduan di provinsi.

7. Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

8. Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat. d. Struktur Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Tim Koordinasi Raskin Provinsi terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan, yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur.

1.6.3.7 Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota sebagai berikut:


(44)

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksana Program Raskin di kabupaten/kota, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, penanganan pengaduan, memilih dan menentukan salah satu dari empat alternatif pola penyaluran Raskin (Penyaluran Raskin Reguler, Warung Desa, Kelompok Masyarakat, Padat Karya Raskin), serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:

1. Koordinasi perencanaan dan penyediaan APBD untuk mendukung pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten/Kota.

2. Penetapan Pagu Raskin Kecamatan.

3. Pelaksanaan validasi dan pemutakhiran daftar RTS-PM.

4. Penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Program Raskin di Kabupaten/Kota

5. Sosialisasi Program Raskin di wilayah Kabupaten/Kota. 6. Perencanaan penyaluran Raskin.


(45)

8. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di kecamatan, desa/kelurahan/pemerintahan setingkat.

9. Penanganan pengaduan.

10.Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Raskin Kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di desa/ kelurahan/pemerintahan setingkat.

11.Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi.

d. Struktur Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan, yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.

1.6.3.8 Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Camat bertanggungjawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kecamatan, sebagai berikut:

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana Program Raskin di kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Camat.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring dan evaluasi


(46)

Program Raskin di tingkat kecamatan serta melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai fungsi:

1. Perencanaan penyaluran Raskin di kecamatan. 2. Sosialisasi Raskin di wilayah kecamatan. 3. Pendistribusian Raskin.

4. Penyelesaian HTR dan administrasi.

5. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Raskin di desa/kelurahan/pemerintahan setingkat.

6. Pembinaan terhadap Pelaksana Distribusi Raskin di desa/kelurahan/pemerintahan setingkat.

7. Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/kota, termasuk pelaporan hasil pemutakhiran data dari tingkat desa/kelurahan dan pelaporan realisasi penyaluran Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin kepada RTS-PM.

d. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan, yang ditetapkan dengan keputusan Camat. Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari unsur-unsur instansi terkait di tingkat Kecamatan


(47)

antara lain Sekretariat Kecamatan, Seksi Kesejahteraan Sosial, Kepala Seksi PMD dan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK).

1.6.3.9 Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan

Kepala Desa/Lurah/Kepala pemerintahan setingkat bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya, dan membentuk Pelaksana Distribusi Raskin di wilayahnya, sebagai berikut:

a. Kedudukan

Pelaksana Distribusi Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa/Lurah/Pemerintahan setingkat.

b. Tugas

Pelaksana Distribusi Raskin mempunyai tugas memeriksa, menerima dan menyerahkan beras, menerima uang pembayaran HTR, dan menyelesaikan administrasi.

c. Fungsi

Pelaksana Distribusi mempunyai fungsi:

1. Pemeriksaan dan penerimaan/penolakan Raskin dari Perum BULOG di TD. Untuk desa/kelurahan/pemerintahan setingkat yang TD-nya tidak berada di desa/kelurahan/pemerintahan setingkat, maka petugas yang memeriksa dan menerima/menolak Raskin diatur dalam Petunjuk Teknis (Juknis).

2. Pendistribusian dan penyerahan Raskin kepada RTS-PM yang terdapat dalam DPM-1 di Titik Bagi (TB).

3. Penerimaan HTR Raskin dari RTS-PM secara tunai untuk disetorkan ke rekening Bank yang ditunjuk oleh Perum BULOG.


(48)

Apabila tidak tersedia fasilitas perbankan maka dapat disetor langsung secara tunai kepada Perum BULOG.

4. Penyelesaian administrasi penyaluran Raskin yaitu penanda tanganan Berita Acara Serah Terima (BAST) beras di TD.

5. Membuat Daftar Realisasi Penjualan Beras sesuai Model DPM-2 dan melaporkan ke Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Raskin Kecamatan.

1.6.3.10 Satker Raskin

a. Kedudukan

Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya. b. Organisasi

Satker Raskin terdiri dari : 1. Ketua

2. Anggota :

a. Pegawai Perum BULOG yang ditetapkan melalui Surat Perintah (SP) Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.

b. Tenaga bantuan yang ditetapkan oleh ketua satker atas sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG. c. Tugas dan Kewenangan

Satker Raskin mempunyai tugas, kewenangan dan tanggung jawab : 1. Ketua :


(49)

a. Mempunyai kewenangan mengangkat dan memberhentikan tenaga bantuan di wilayah kerjanya atas sepengetahuan Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG.

b. Mempunyai tugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan distribusi, penyelesaian HPB, dan administrasi Raskin.

2. Anggota mempunyai tugas membantu dan bersama ketua sebagai berikut:

a. Mendistribusikan beras dari gudang Perum BULOG sampai dengan TD dan menyerahkan kepada Pelaksana Distribusi Raskin di TD.

b. Menerima uang HPB atau bukti setor bank dari Pelaksana Distribusi Raskin dan menyetorkan ke rekening HPB Bulog. c. Menyelesaikan administrasi distribusi Raskin yaitu Delivery

Order (DO), BAST, Rekap BAST di kecamatan (model MBA-0) dan pembayaran HPB (Tanda Terima/kuitansi dan Bukti Setor Bank) serta mengumpulkan DPM-2 dari TD.

d. Melaporkan pelaksanaan tugas antara lain : realisasi jumlah distribusi beras, setoran HPB dan BAST di wilayah kerjanya kepada Kadivre/Kasubdivre/ Kakansilog Perum BULOG secara periodik setiap bulan.

1.6.3.11 Mekanisme Distribusi Raskin

Berdasarkan Buku Petunjuk Umum Raskin tahun 2010, berikut adalah mekanisme distribusi raskin:


(50)

1. Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) kepada kepala Sub Divisi Regional Perum Bulog berdasarkan alokasi pagu Raskin dan rumah tangga sasaran penerima manfaat di masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan.

2. SPA yang tidak dapat dilayani sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, maka pagu dapat direlokasikan ke daerah lain dengan menerbitkan SPA baru yang menunjuk pada SPA yang tidak dapat dilayani.

3. Berdasarkan SPA, Sub Divre menerbitkan SPPB DO beras untuk masing-masing Kecamatan/Desa/Kelurahan kepada pelaksana Raskin. Apabila terdapat tunggakan Harga Penjualan Beras (HPB) pada periode sebelumnya maka penerbitan SPPB DO periode berikutnya ditangguhkan sampai ada pelunasan.

4. Berdasarkan SPPB DO, pelaksana Raskin mengambil beras di gudang penyimpanan Perum Bulog, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi. Kualitas beras yang diserahkan, sesuai dengan standar kualitas Bulog. Apabila tidak memenuhi standar kualitas Bulog. Apabila tidak memenuhi standar kualitas maka beras dikembalikan kepada pelaksana Raskin untuk ditukar/diganti.

5. Serah terima beras Raskin dari pelaksana Raskin kepada pelaksana distribusi di titik distribusi dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) yang merupakan pengalihan tanggung jawab.


(51)

7. Mekanisme distribusi secara rinci diatur dalam Pedoman Teknis Raskin Kabupaten/Kota dengan kondisi objektif masing-masing daerah.

1.6.3.12 Pembiayaan Operasional

Pemerintah Provinsi menyediakan anggaran untuk pembinaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin dari APBD setempat. Pemerintah Kabupaten/Kota mengalokasikan anggaran untuk biaya operasional dari Titik Distribusi sampai di tangan Rumah Tangga Miskin (Penerima Manfaat Raskin) yang bersumber dari APBD dengan tetap mendorong keterlibatan atau partisipasi masyarakat. Disamping itu, anggaran daerah hendaknya diarahkan juga untuk pembinaan UPM, koordinasi, monitoring dan evaluasi Raskin di tingkat Kabupaten/Kota.

Sedangkan sesuai pedoman umum Raskin tahun 2014, pembiayaan Raskin diatur dengan:

1. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Tata Cara Penyediaan, Penghitungan, Pembayaran dan Pertanggung jawaban Subsidi Beras Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mengatur mekanisme pembayaran subsidi Raskin.

2. Biaya penyelenggaraan dan pelaksanaan Program Raskin, seperti: biaya distribusi, sosialisasi, koordinasi, monev, dan pengaduan bersumber dari APBN, APBD dan/atau Perum BULOG.


(52)

1.7 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Sehingga dengan konsep, maka peneliti dapat memahami unsur-unsur yang ada dalam penelitian baik variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dikehendaki di dalam penelitian15

1. Kebijakan publik adalah suatu keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah dan diangkat berdasarkan isu-isu krusial yang terjadi di masyarakat.

. Adapun defenisi konsep dari penelitian ini, yaitu:

2. Implementasi kebijakan publik adalah proses pengaplikasian atau pelaksanaan suatu kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya dengan tujuan mendapat dampak yang positif dan merata ke seluruh target kebijakan.

3. Program Beras Miskin (RASKIN) adalah suatu program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi.

Jadi, pengertian implementasi program beras untuk keluarga miskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi adalah proses pelaksanaan program Raskin yang dilaksanakan oleh Desa Lau Gumba yang dibuat oleh pemerintah dan ditujukan kepada rumah tangga miskin dan rentan miskin.

Adapun yang menjadi indikator dari implementasi Program Raskin adalah:

15 Singarimbun, Masri & Effendi Sofian. 2006.


(53)

1. Standar dan Sasaran Kebijakan meliputi:

a. Tingkat kesesuaian data RTS (Rumah Tangga Sasaran) penerima raskin sesuai dengan daftar penerima manfaat yang dikeluarkan BPS.

b. Tingkat kesesuaian jumlah raskin yang diterima RTS-PM berdasarkan pedoman umum raskin yakni sebesar 15Kg/RTS-PM/Bulan selama 12 bulan.

c. Tingkat kesesuaian harga tebus raskin oleh RTS-PM berdasarkan standar pedoman umun Raskin yakni Rp. 1600/Kg atau Rp. 24.000/Karung.

d. Kelayakan Beras Raskin untuk dikonsumsi, yaitu beras berkualitas baik yang tidak berbau dan tidak berkutu.

2. Sumber Daya, yaitu meliputi:

a. Sumber daya manusia yaitu kemampuan para pengelola Program Raskin untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.

b. Sumber daya finansial yaitu merupakan dana yang disediakan pemerintah untuk pengadaan Raskin dan ketersediaan dana dari masyarakat penerima manfat itu sendiri untuk menebus Beras Raskin ini.

3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas yaitu meliputi sosialisasi internal (komunikasi antara pelaksana/pengelola Program Raskin), dan sosialisasi eksternal (sosialisasi antara pelaksanan program dengan masyarakat penerima raskin), serta koordinasi antara instansi terkait.


(54)

4. Disposisi yaitu karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti kejujuran dan kemauan dalam menjalankan dan mengimplementasikan kebijakan Raskin.

Mengenai teori implementasi yang saya gunakan dalam penelitian ini merupakan teori Implementasi yang dikemukakan oleh Van Mater dan Van Horn, beliau menyatakan ada 6 indikator yang mempengaruhi implementasi, dan pada kesempatan kali ini saya membatasi penelitian dengan hanya menggunakan 4 indikator, yaitu Standar dan Sasaran Kebijakan, Sumber Daya, Komunikasi, dan Dispososisi Implementator.


(55)

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari Latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan data tentang gambaran umum, karakteristik lokasi penelitian yang relevan dengan topik penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini menyajikan data yang diperoleh selama penelitian dilapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang kajian dan analisa data yang diperoleh pada saat penelitian dilapangan dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diteliti.


(56)

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap perlu sebagai rekomendasi kebijakan.


(57)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskiptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisis untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.16

16 Danin, Sudarman. 2002.

Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung. Pustaka Setia. Hal 41

Dalam penelitian ini, bentuk yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara secara mendalam. Peneliti memilih penelitian ini karena bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak menggeneralisasi. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian dalam melihat bagaimana implementasi program beras untuk keluarga miskin di Desa Lau Gumba Kecamatan Berastagi yang merupakan fenomena sosial yang memerlukan informasi mendalam dan menyeluruh dari masing-masing informan agar terlihat jelas apa yang sebenarnya terjadi dilapangan.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena Desa Lau Gumba merupakan salah satu daerah target program Raskin.


(58)

2.3 Informan Penelitian

Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. 17

1. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Camat Berastagi, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial dan Lingkungan Hidup Kecamatan Berastagi, Kepala Desa Lau Gumba, Kepala Dusun di Desa Lau Gumba.

2. Sedangkan yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat yang mendapat Raskin karena mereka adalah orang-orang yang terlibat langsung dan merasakan program Raskin.

Penentuan jumlah informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

snowball sampling atau teknik bola salju. Teknik sampling bola salju adalah teknik penarikan sampel yang pada awalnya sangat kecil jumlahnya, lalu kemudian jumlah responden semakin banyak18

Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan informan kunci adalah Camat Berastagi selaku penanggung jawab kegiatan pengimplementasian Raskin di . Hal ini ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Penarikan sampel dilakukan secara berantai, mulai dari responden yang dianggap paling tahu mengenai masalah yang akan diteliti oleh peneliti.

17

Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Kencana Prenada Media Group

18 Singarimbun,


(59)

wilayah penelitian, dan Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial dan Lingkungan Hidup selaku pelaksana distribusi Raskin di wilayah penelitian, setelah itu dilanjutkan dengan Kepala Desa Lau Gumba yang dan Kepala Dusun di Desa Lau Gumba selaku pelaksana program Raskin di wilayah ini dan dilanjutkan dengan menarik informan utama yaitu masyarakat yang menerima Raskin di Desa Lau Gumba untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam mendukung penelitian.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder.

1. Metode pengumpulan data primer yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung di lokasi penelitian. Pengumpulan data primer ini dilakukan melalui:

a. Metode wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang secara langsung terkait dengan penyelenggaraan program beras miskin.

b. Pengamatan/ observasi, yaitu teknik pengumpula data dengan melakukan kegiatan pengamatan secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dalam interaksi sosial di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Metode pengumpulan data sekunder yaitu metode/ teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kepustakaan yang dapat


(60)

mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut:

a. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang menggunakan catatan-catatan atau foto dan rekaman video yang ada di lokasi penelitian atau sumber lain yang terkait dengan obyek penelitian. b. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku, karya ilmiah serta pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metodologi penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik kualitatif. Analisa kualitatif adalah analisa terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi.Jadi, teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan menyajikan hasil wawancara, observasi dan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan.Sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan.


(61)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

3.1.1 Luas dan Batas Wilayah

Desa Lau Gumba merupakan salah satu desa baru yang merupakan hasil pemekaran dari Desa Sempajaya pada tahun 2011. Secara administratif, desa ini tercakup dalam Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Luas Desa Lau Gumba secara keseluruhan adalah 160 Ha, letak ketinggian dari permukaan laut sekitar 1200 meter serta memiliki koordinat Garis Lintang Utara/Selatan 03.2029 dan koordinat Garis Bujur Timur 098.5108. Desa ini terdiri dari 4 dusun, yang masing-masing memiliki kepala dusun yaitu:

1. Dusun I 2. Dusun II 3. Dusun III 4. Dusun IV

Desa Lau Gumba memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Hutan Negara

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tambak Lau Mulgap I 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sempajaya


(62)

Desa Lau Gumba merupakan daerah yang beriklim tropis seperti daerah lainnya di Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Kondisi inilah yang membuat daerah ini berpotensi sebagai daerah pertanian dan perkebunan sehingga sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani maupun buruh tani, karena memang sebagian besar tanah di Kabupaten Karo merupakan tanah yang sangat subur dan sangat cocok untuk dijadikan tanah pertanian. Sedangkan orbitrasi dan jarak tempuh di Desa Lau Gumba berjarak 2 km dari Ibukota Kecamatan, 13 km dari Ibukota Kabupaten dan 62 km dari Ibukota Provinsi.

3.2 Demografi Penduduk

3.2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 3.2.1.1 Disribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-laki 696

2 Perempuan 731

Jumlah 1427

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan data pada Kantor Kepala Desa Lau Gumba tahun 2014, jumlah penduduk Desa Lau Gumba adalah sebanyak 1.427 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 696 jiwa dan perempuan 731 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 352 KK dan kepadatan penduduk 3,36 per km.


(63)

3.2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

Tabel 3.2.2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

No Tingkat Usia Laki-laki Perempuan

1 0-12 Bulan 12 8

2 1-10 Tahun 101 105

3 11-20 Tahun 94 88

4 21-30 Tahun 64 68

5 31-40 Tahun 90 98

6 41-50 Tahun 116 118

7 51-60 Tahun 105 106

8 61-70 Tahun 85 95

9 Lebih dari 70 Tahun 29 45

Jumlah 696 731

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa penduduk yang paling banyak adalah penduduk kelompok usia 41-50 tahun yaitu berjumlah 234 jiwa, dengan komposisi laki-laki 116 jiwa dan perempuan 118 jiwa, sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah kelompok usia 0-12 bulan yaitu berjumlah 20 jiwa dengan komposisi laki-laki 12 jiwa dan perempuan 8 jiwa.

3.2.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok


(64)

No Mata Pencaharian Pokok Jumlah (Jiwa)

1 Petani 800

2 Buruh Tani 150

3 PNS 8

4 Peternak 200

5 Montir 3

6 TNI 1

7 Polri 1

8 Dosen Swasta 1

9 Karyawan Perusahaan Swasta 35

Jumlah 1199

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Lau gumba memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani yaitu 800 orang, hal ini disebabkan karena memang wilayah Kabupaten Karo merupakan wilayah dataran tinggi dengan tingkat kesuburan tanah yang sangat baik. Diketaui bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah pengekspor sayur-sayuran dan buah-buahan baik kedalam maupun keluar negeri. Sedangkan mata pencaharian pokok yang paling sedikit adalah TNI, Polri dan Dosen Swasta yang masing-masing berjumlah 1 jiwa. Disisi lain tidak tertutup kemungkinan adanya penduduk yang memiliki 2 mata pencaharian sekaligus, seperti penduduk yang bertani juga sekaligus memiliki ternak.


(65)

3.2.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 3.2.4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa)

1 Islam 800

2 Kristen Protestan 612

3 Kristen Katolik 15

4 Hindu -

5 Budha -

Jumlah 1427

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Lau Gumba beragama Islam berjumlah 800 jiwa, sedangkan minoritas penduduk beragama Kristen Katolik berjumlah 15 orang. Meskipun didalam masyarakat terdapat perbedaan keyakinan yang dianut, tapi masyarakat tetap hidup secara damai dan saling menghargai satu dengan lainnya.

3.3 Sarana dan Prasarana

3.3.1 Sarana Air Bersih

Tabel 3.3.1.1 Sarana Air Bersih

No Prasarana Air Bersih Jumlah (Unit) Pengguna (Jiwa)

1 Mata Air 2 350


(66)

3 Hidran Umum 1 600

4 PAM 1 400

Jumlah 5 1.357

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Desa Lau Gumba menggunakan Hidran Umum sebagai sumber air bersih yaitu sebanyak 600 jiwa, penduduk pengguna PAM sebanyak 400 jiwa, penduduk pemanfaat sumur pompa sebanyak 350 jiwa dan sebagian kecil masyarakat menggunakan sumur pompa yang hanya dimanfaatkan oleh 7 jiwa.

3.3.2 Prasarana Kesehatan

Tabel 3.3.2.1 Prasarana Kesehatan

No Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)

1 Puskesmas Pembantu 1

2 Posyandu 1

3 Praktek Dokter 1

Jumlah 3

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa di Desa Lau Gumba terdapat 1 puskesmas pembantu, 1 posyandu dan 1 praktek dokter. Hal ini masih mencerminkan jumlah prasarana kesehatan yang minim, disebabkan karena desa ini merupakan desa baru hasil dari pemekaran dari Desa Sempajaya, diketahui


(67)

bahwa di Desa Sempajaya terdapat lebih banyak prasarana kesehatan yang tersedia, khususnya puskesmas pembantu.

3.3.3 Prasarana Pendidikan

Tabel 3.3.3.1 Prasarana Pendidikan

No Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit)

1 Play Group 1

2 TK -

3 SD / Sederajat -

4 SMP / Sederajat -

5 SMA / Sederajat -

6 Perguruan Tinggi Swasta 1

Jumlah 2

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa Desa Lau Gumba hanya memiliki 2 Prasarana Pendidikan yaitu Play Group dan Perguruan Tinggi Swasta, diketahui belakangan bahwa sekarang play group sudah bersifat tidak aktif, hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran warga dan juga fasilitas yang kurang layak serta tenaga pengajar yang dianggap kurang berpengalaman. Sedangkan Perguruan Tinggi Swasta, baru beroperasi beberapa tahun terakhir, karena merupakan PTS pindahan dari Ibu Kota Kabupaten Karo, yaitu Kabanjahe.


(68)

3.3.4 Prasarana Peribadatan

Tabel 3.3.4.1 Prasarana Peribadatan

No Prasarana Peribadatan Jumlah (Unit)

1 Masjid / Surau 3

2 Gereja Kristen Katholik 1

3 Gereja Kristen Protestan 1

Jumlah 4

Sumber : Kantor Kepala Desa Lau Gumba Tahun 2014

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa prasarana peribadatan yang paling banyak di Desa Lau Gumba adalah Masjid / Surau berjumlah 3 unit, hal ini disebabkan karena masyarakat desa ini memang mayoritas beragama Islam, dan untuk sarana peribadatan masyarakat Katholik dan Kristen Protestan masing-masing terdapat 1 gereja.


(1)

dengan baik, menginformasikan kepada RTS-PM mengenai kedatangan beras sehingga RTS-PM dapat dengan segera mengambil jatah berasnya, ada pula aparatur yang bersedia mengantarkan raskin ke masing-masing rumah RTS-PM, dan ada aparatur yang membolehkan RTS-PM yang belum memiliki uang untuk mengambil jatah berasnya dan baru akan dibayar ketika warga tersebut sudah memiliki uang. Hal yang kurang baik yaitu adanya aparatur yang memberikan batasan waktu kepada RTS-PM untuk mengambil jatah berasnya, hal ini yang menyebabkan disposisi implementator di desa ini belum bisa sepenuhnya dikatakan sudah baik, karena masih ada hal-hal yang tidak sesuai dengan pedoman umum Raskin.

6.2 Saran

Adapun yang menjadi saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil wawancara dan observasi penulis dilapangan yaitu:

1. Pembenahan penyaluran Program Raskin kedepannya dapat dilakukan melalui pembenahan oleh pihak BPS agar dapat melaksanakan pendataan warga miskin setiap tahunnya, jika setiap tahunnya tidak ada pendataan, maka data yaang dikeluarkan oleh BPS mengenai penerima Raskin bisa berubah menjadi data yang tidak sesuai dengan kriteria, karena ada warga dengan kondisi ekonomi yang cukup mapan tapi masih mendapatkan Raskin, dan ada pula warga dengan kondisi ekonomi yang kurang baik tetapi sama sekali tidak mendapatkan Raskin, jika hal ini terus terjadi,


(2)

maka lama-kelamaan akan terjadi kecemburuan sosial antara masyarakat yang tidak menerima raskin dengan masyarakat yang menerima Raskin. 2. Instansi terkait dalam pelaksanaan Program Raskin perlu meningkatkan

koordinasi agar program Raskin dapat berjalan lancar dan tidak ada lagi perbedaan pendapat antar instansi yang berdampak langsung kepada masyarakat penerima Raskin.

3. Perlu adanya kebijakan dan sanksi yang tegas kepada Pemerintah Daerah selaku pendukung pelaksanaan Raskin di wilayahnya, agar bisa merealisasikan dana dari APBD untuk keperluan biaya angkut dan transportasi dari titik distribusi ke setiap RTS-PM, jika hal ini dapat terjadi tentu akan mengurangi beban RTS-PM dalam mengurangi biaya transportasi.

4. Perlu adanya kegiatan sosialisasi, pengawasan maupun evaluasi dari pihak Kecamatan yang dilakukan ke Desa secara langsung, karena pengawasan dan evaluasi yang selama ini hanya dilakukan melalui berita acara dianggap kurang efektif untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan ataupun kekurangan apa yang terkadi dilapangan dalam pendistribusian Raskin kepada RTS-PM.

5. Aparatur Desa Lau Gumba baiknya melaksanakan program Raskin sesuai dengan aturan dari pemerintah dan aturan yang terdapat di buku pedoman umum, karena kebijakan-kebijakan pribadi yang diambil secara sepihak oleh aparatur dalam pengimplementasian program Raskin dapat merugikan masyarakat, selain itu aparatur juga perlu menciptakan transparansi mengenai harga Raskin dan biaya transportasi yang


(3)

seharusnya dibayar oleh masyarakat untuk menghindari adanya kecurigaan oleh pihak lain.

6. Untuk setiap aparatur diharapkan agar lebih bertanggung-jawab kepada tugasnya, sangat baik sekali bila aparatur tidak mengaharapakan balas jasa dan memunculkan persepsi bahwa dalam menjalankan tugas ini mereka tidak digaji, hal ini dapat diwujudkan dalam pelaksanaan pembuatan dan penyerahan laporan realisasi penjualan Raskin kepada pihak Kecamatan setiap satu bulan sekali, sesuai dengan realisasi penjualan Raskin kepada RTS-PM setipa bulannya.

7. Saran-saran yang muncul dari masyarakat mengenai Implementasi Program Raskin di Desa Lau Gumba ini yaitu, masyarakat mengharapakan agar Program Raskin terus berjalan kedepannya, dan mereka terus menjadi sasaran dalam program ini, hal ini menunjukkan bahwa RTS-PM sudah mencapai tingkat ketergantungan terhadap program ini, selain itu pemerintah baik Dinas Sosial maupun Bulog sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki kuaitas Raskin yang dibagikan kepada RTS-PM, meskipun selama ini Raskin yang didistribusikan adalah Raskin yang masih layak konsumsi, tetapi sering sekali masyarakat mendapat Raskin yang berkualitas kurang bagus, baik dari warna nya, keadaan nya maupun aroma dari Raskin yang sudah berbau. Selain itu masyarakat juga berharap agar harga Raskin bisa lebih diturunkan dari harga jual saat ini, karena harga Raskin yang harus mereka bayar dianggap memiliki selisih yang besar dengan harga yang dianjurkan oleh pemerintah, mereka juga berharap akan adanya penambahan kuota Raskin setiap bulannya, mereka


(4)

berharap Raskin dapat didistribusikan sebanyak 30 kilogram setiap bulannya kepada setiap RTS-PM, karena jatah 15 kilogram tidak sanggup memenuhi kebutuhan akan pangan selama 1 bulan, sehingga mereka harus menambah pengeluaran dengan membeli beras yang harga nya semakin lama semakain mahal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Danin, Sudarma. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta. Gajah Mada : Gava Media

Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakarta : Gave Media

Maria, Yohana S.M.H Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.Medan : Universitas Sumatera Utara

Moleong L.J, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Singarimbun, Masri & Effendi Sofian. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori & Aplikasi. Jakarta : Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Suyanto. 2005. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Kencana Prenada Media Group

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta : YPAPI


(6)

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pressindo Media

Sumber Perundang-Undangan

Republik Indonesia. 2008. Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pebijakan Pangan. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta

Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. 2014. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat tentang Pedoman Umum Raskin 2014. Jakarta

Sumber Internet

Berita Satu. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia,

(http://www.beritasatu.com/nasional/193810-bps-maret-2014-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-capai-28-juta.html, diakses pada Rabu, 15 Oktober 2014 pada pukul 17.10)

tnp2k. Raskin-Beras Bersubsidi Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah, (http://www.tnp2k.go.id/id/tanya-jawab/klaster-i/beras-bersubsidi-bagi-masyarakat-berpenghasilan-rendah-raskin/, diakses pada minggu 19 Oktober 2014 pada pukul 10:46)

Badan Urusan Logistik. Sekilas Raskin,

(http://www.bulog.co.id/sekilas_raskin.php, diakses pada Minggu 19 Oktober 2014 pada pukul 10:56)

tnp2k. Data RTS Penerima Raskin, (http://www.tnp2k.go.id/id/artikel/data-rts penerima-raskin-2014-tekirim-pedoman-umum-raskin-2014-diterbitkan/, diakses pada Sabtu 25 Oktober 2014 pada pukul 14.15)