2.6. Sumber Sampah Rumah Sakit
Sampah yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian,
dan laboratorium A.Pruss.A, 2005
2.7. Karakteristik dan Jenis Sampah Rumah Sakit 2.7.1. Karakteristik Sampah Rumah Sakit
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding
dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair A.Pruss , 2005.
2.7.2. Jenis-jenis Sampah Rumah Sakit
Adapun jenis limbah yang dihasilkan dari Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua, seperti :
1 Limbah Medis a Padat
b Cair c Radioaktif
2 Limbah non medis a Padat
b cair
Universitas Sumatera Utara
Limbah padat Medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga
kegiatan medis di ruang Poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboraturium. Limbah padat medis juga sering disebut sebagai sampah biologis. Sampah
biologis terdiri dari : 1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah,
atau ruang kebidanan seperti, misalnya perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas obat injeksi, kateter, swab, plester, masker, dan sebagainya.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang otopsi, misalnya plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.
3. Sampah laboraturium yang dihasilkan dari pemeriksaan lab. Diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sample dan bangkai binatang percobaan.
Limbah padat nonmedis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut :
a. Kantor atau Administrasi b. Unit Perlengkapan
c. Ruang Tunggu d. Ruang Inap
e. Unit gizi atau dapur f. Halaman Parkir dan taman
g. Unit Pelayanan Sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol sisa makanan,
sisa kemasan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah
dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik, atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap
serta mencemari lingkungan. Limbah Cair Nonmedis merupakan limbah rumah sakit yang berupa :
1. Kotoran manusia seperti tinjan dan air kemih yang berasal dari kloset dan peturasan di dalam toilet atau kamar mandi.
2. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory, kitchen sink, atau floor drain dari ruangan- ruangan di rumah sakit Chandra, 2006.
Adapun limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebagai berikut : 1.
Golongan A : a.
Dreesing Bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah b.
Bahan – Bahan kimia dari kasus penyakit infeksi c.
Seluruh jaringan tubuh manusia terinfeksi maupun tidak, bangkaijaringan hewan dari laboraturium dan hal - hal lain yang berkaitan dengan swab dan
dreesing. 2.
Golongan B : Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda- benda tajam lainnya
3. Golongan C : Limbah dari ruangan Laboraturium dan Postpartum kecuali yang
termasuk dalam Golongan A 4.
Golongan D : Limbah bahan kimia dan bahan – bahan farmasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
5. Golongan E : Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach
Wisaksono, 2010. A.Pruss 2005 mengatakan jenis sampah di RS adalah sebagai berikut:
1. Sampah infeksius
Sampah infeksius adalah sampah yang diduga mengandung patogen bakteri, virus, parasit, atau jamur dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk
menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan 2.
Sampah Patologis Sampah limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin
manusia , darah, bangkai hewan, dan cairan tubuh manusia. 3.
Sampah Benda Tajam Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk
antara lain jarum, jarum suntik, scalpel, dan jenis belati lain, pisau, peralatan infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku, baik terkontaminasi atau tidak.
4. Sampah Farmasi
Limbah Farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah kadaluarsa dan ,tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak
diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Termasuk juga produk farmasi misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang
penghubung, dan ampul obat. 5.
Sampah Sitotoksik
Universitas Sumatera Utara
Sampah Limbah sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, atau karsinogenik dan juga menimbulkan persoalan pelik, baik dalam area instalasi
maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus. 6.
Sampah Limbah kimia Merupakan limbah yang mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair
maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostik experimen serta pemeliharaan kebersihan, aktifitas keseharian dan prosedur pemberian desinfektan.
7. Sampah Logam Berat
Merupakan limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik.
8. Limbah Kemasan bertekanan
Berbagai jenis gas yang digunakan dalam kegiatan di Rumah Sakit. 9.
Limbah Radioakdtif Merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan Di Rumah Sakit dan pusat
penelitian yang menggunakan radionuklir dan kegiatan terkait .
2.8. Jumlah Sampah Rumah Sakit
Salah satu langkah pokok pengolahan sampah adalah menentukan jumlah sampah yang dihasilkan. Jumlah ini memnentukan jumlah dan volume sarana penampung local
yang harus disediakan, pemilihan incinerator dan kapasitasnya. 1.
Jumlah menurut berat Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 Kg per orang per hari. Untuk
mendapatkan angka yang lebih tepat sebaiknya dilakukan survei sampah di rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah 3,25 Kg per
pasien per hari Depkes RI, 2002.
2. Jumlah disposibel Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan meningkatkan penggunaan
barang disposibel. Daftar barang disposibel merupakan indicator jumlah dan kualitas sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran, dan sifat kimiawi barang-barang
disposibel mungkin perlu dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi yang
bermanfaat dalam pengelolaan sampah Depkes RI, 2002.
3. Jumlah menurut volume Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana
pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi
berat total dengan kepadatan Depkes RI, 2002. 2.9.
Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti :
1. Gangguan kenyamanan dan estetika Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan
rasa dari bahan kimia organik. 2. Kerusakan harta benda
Dapat disebabkan oleh garam – garam yang terlarut korosif,karat, air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah
sakit 3. Gangguankerusakan tanaman dan binatang
Universitas Sumatera Utara
Ini dapat dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa – senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian
kedokteran gigi. 4. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem
reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif Wisaksono, 2010 Membahas dampak limbah secara khusus berdasarkan limbah yang dihasilkan.
a. Bahaya Limbah Infeksius dan Benda Tajam Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen.
Patogen tersbut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur : 1
Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit 2
Melalui membran mukosa 3
Melalui pernapasan 4
Melalui ingesti Kekhawatiran muncul terutama terhadap HIV serta virus hepatitis B dan C karena
ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan melalui limbah layanan kesehatan. Penularan umumnya terjadi melalui cedera dan jarum spuit yang
terkontaminasi darah manusia. b. Bahaya Limbah Kimia dan farmasi
Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan kesehatan misalnya zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar,
reaktif, mudah meledak, atau yang sensitif terhadap guncangan. Kuantitas zat tersebut
Universitas Sumatera Utara
umumnya rendah di dalam limbah layanan kesehatan, kuantitas yang lebih besar dalam limbah umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau bahan
farmasi yang sudah tidak terpakai lagi atau sudah kadaluarsa. Kandungan zat itu di dalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat pajanan
secara akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar. c. Bahaya Limbah Genotoksik
Pajanan terhadap zat genotoksik di lingkungan layanan kesehatan juga dapat terjadi selama masa persiapan atau selama terapi yang menggunakan obat atau zat tertentu.
Jalur pajanan utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol, absorbsi melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi obat – obatan sitotoksik,
zat kimia, atau limbah, dan kebiasaan buruk saat makan, misalnya menyedot makanan. Pajanan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan sekret tubuh pasien yang
menjalani kemoterapi. d. Bahaya Limbah Radioaktif
Jenis penyakit yang disebabkan limbah radioaktif bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan
muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif, seperti halnya limbah bahan farmasi, bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai
materi genetik. Penanganan sumber yang sangat aktif, misalnya terhadap sumber tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh lebih parah
misalnya kerusakan jaringan, keharusan untuk mengamputasi bagian tubuh dan karenannya harus dilakukan dengan sangat hati – hati.
Universitas Sumatera Utara
e. Sensivitas publik Selain rasa takut akan dampak kesehatan yang mungkin muncul, masyarakat juga
sangat sensitif terhadap dampak visual limbah anatomi, bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali, termasuk janin A.Pruss, 2005.
2.10. Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan Menurut Mukono 2000 pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif
terhadap masyarakat dan lingkungan. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah ini tampak 3 aspek :
1. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan juga memperoleh dampak negatif dari sampah yaitu dalam hal estetika lingkungan meliputi : Penurunan kualitas udara, pembuangan sampah ke
badan air akan menyebabkan pencemaran air. 2.
Aspek Sosial Masyarakat Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial
masyarakat. Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk berkunjung.
3. Aspek Kesehatan
Slamet 2004 mengatakan pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan sampah dan tidak langsung berupa efek penyakit bawaan vektor yang berkembangbiak dalam sampah
Sampah memiliki dampak positif terhadap masyarakat antara lain : a.
Sampah organik dapat dijadikan pupuk kompos
Universitas Sumatera Utara
b. Sampah organik dapat didaur ulang menjadi suatu kerajinan tangan
c. Sampah yang telah melalui proses daur ulang dapat menghasilkan pemasukan
bagi warga. 2.11. Sarana Pengelolaan Sampah Rumah Sakit
Pengelolaan limbah Rumah Sakit harus dilakukan dengan benar dan efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi. Adapun persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi,
antara lain : 1
Limbah tidak boleh mencemari tanah, air permukaan, atau air tanah, dan juga udara
2 Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus, dan binatang lainnya
3 Limbah tidak menimbulkan bau busuk dan pemandangannya yang tidak
baik. 4
Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair lain dan harus
memiliki tempat penampungannya sendiri Chandra, 2006.
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses
fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang
dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah.
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain
reduksi limbah waste reduction, minimisasi limbah waste minimization,
Universitas Sumatera Utara
pemberantasan limbah waste abatement, pencegahan pencemaran waste prevention dan reduksi pada sumbemya source reduction.
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah
yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta
mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah:
1. Housekeeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau
kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. 2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut
jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaanpenggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan material inventory, adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan
sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasianpenggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi,
sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.
Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisah-
pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1.
Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.
3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah
klinik. 4.
Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut:
1. Pemisahan limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang
menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.
Universitas Sumatera Utara
Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor dibuat secara lokal sehingga dapat
diperoleh dengan mudah. Kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
Adapun kode, lambang, warna tempat dalam pemilahan sampah adalah :
Tabel 2.1. Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
No Kategori
Warna Kontainer
Kantong Plastik
Lambang Keterangan
1. Radioaktif
Merah Kantong boks timbal
dengan simbol radioaktif
2. Sangat
Infeksius Kuning
Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang
dapat disterilisasi dengan otoklaf
3. Limbah
Infeksius, patologi dan
anatomi Kuning
Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau container
4. Sitotoksis
Ungu Kontainer plastik kuat dan
anti bocor
5. Limbah
kimia dan farmasi
Coklat -
Kantong plastik atau kontainer
Sumber: Kepmenkes RI Nomor: 1204MenkesSKX2004 Gambar 2.1. Kode, lambang, warna tempat dalam pemilahan sampah RS
2. Penyimpanan limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 23 bagian.
Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas
Universitas Sumatera Utara
b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna
yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai d.
Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup b.
Kantung dipegang pada lehernya c.
Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan overal, pada waktu mengangkut
kantong tersebut d.
Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya double
bagging e.
Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di dalma kantung yang salah
f. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung
limbah
4. Pengangkutan limbah
Universitas Sumatera Utara
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah
bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum kendaraan yang digunakan untuk
mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu misalnya bila ada kebocoran kantung limbah dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah land-fill site, limbah klinik harus dibakar
insinerasi, jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya
penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan indoor yang antara lain disyaratkan agar:
a. Tidak berbau terutania oleh gas H2S dan Anioniak;
b. Kadar debu tidak melampaui 150 Ugm3 dalam pengukuran rata-rata selama 24
jam. c.
Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalorim3 udara dan bebas kuman patogen khususnya alpha streptococus haemoliticus dan spora gas
gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan
Universitas Sumatera Utara
bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan yaitu :
1. Bagaimana cara pengelompokan sampah medis dengan non medis? 2. Bagaimana cara pengolahan limbah rumah sakit?
3. Bagaimana sistem sanitasi di rumah sakit? Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri,
insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300 - 1500ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60 panas yang
dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit
yang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun
bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur
dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran liming tersebut meliputi yang berikut: a.
Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter. b.
Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm. Tambahkan lapisan kapur. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih
bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah. c.
Akhirnya lubang tersebut harus ditututup dengan tanah. 6. Teknologi Pengolahan Limbah
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti
Universitas Sumatera Utara
memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa
rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat
medis. Sedangkan incenerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah
medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat
beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh. Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah
ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States
Environmental Protection Agency USEPA pada tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit,
dan lain-lain. Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak
positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang
tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke
pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah
Universitas Sumatera Utara
sakit dan sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah
rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang sosio-ekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan.
Menurut Adisasmito 2007, rumah sakit mempunyai berbagai cara dalam mengolah limbah, namun hal ini membawa konsekuensi besarnya biaya pengadaan
dan operasional yang harus dikeluarkan. Adapun sarana pengolahan limbah padat tersebut adalah melalui pewadahan dan pemilahan pada sumber, pengumpulan,
pemindahan pada trolli bak pengangkut sampah, pengangkutan, pemilahan, pemotongan, pengolahan, dan pembuangan akhir.
Secara skematis penanganan limbah dapat dilihat pada gambar berikut :
Sumber : Adisasmito, 2007 Gambar 2.2. Sarana pengolahan limbah padat sampah RS
Pewadahan dan pemilahan pada
sumber pengumpulan
pengangkutan
pemilahan
pengolahan
Pembuangan akakhir
pemotongan Pemindahan pada
transfer depo
Universitas Sumatera Utara
2.12. Tingkat Pendidikan