Hygiene Dan Sanitasi Pengelolaan Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010
HYGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
MULVERAWATY SINAGA NIM. 081000291
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
HYGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
MULVERAWATY SINAGA NIM. 081000291
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul
HYGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN
TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : MULVERAWATY SINAGA
NIM. 081000291
Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Januari 2011 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
dr.Devi Nuraini Santi, MKes dr. Wirsal Hasan, MPH NIP. 197002191998022001 NIP. 194911191987011011
Penguji II Penguji III
Ir. Indra Chahaya S, Msi Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 196811011993032005 NIP. 196501091994032002
Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001
(4)
ABSTRAK
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan pasien melalui penyelenggaraan makanan yang hygienis dan sehat. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan makanan yang baik dan memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan yang sesuai dengan standart yang ada.
Instalasi Gizi sebagai unsur utama pelayanan gizi rumah sakit harus mendapat perhatian dari segi sanitasinya yang meliputi aspek kondisi fisik, keadaan penjamah makanan, sistem pengolahan, dan kelengkapan fasilitas sanitasi. Instalasi gizi yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat penularan penyakit dan gangguan kesehatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif sederhana yaitu untuk mengetahui upaya penerapan hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan di lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan dalam pemenuhan standart kualitas hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan sesuai Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 dengan melakukan observasi/pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan wawancara kepada kepala instalasi gizi.
Dari hasil penelitian diperoleh total skor dari seluruh variabel adalah 739,5. Hal ini menunjukkan ternyata Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan sudah memenuhi syarat hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan sesuai Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. Standar minimal sesuai Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah 700.
Untuk itu diharapkan kepada pihak instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan untuk lebih meningkatkan fasilitas yang menunjang hygiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan seperti perhatian terhadap food handler dengan cara pemeriksaan kesehatan minimal 6 (enam) bulan sekali, penyediaan gudang bahan makanan dan gudang peralatan makanan, pemeriksaan kualitas air bersih secara berkala. Selain itu pembuatan pintu rapat serangga dan tikus perlu segera dilakukan serta memperhatikan fasilitas sanitasi baik dari segi jumlah maupun kondisinya.
(5)
ABSTRACT
A Hospital is an healthy service institution whose a task to support an effort healing an recovery of patient by the implementation hygienic food. Therefore, it need a management of good food and it was able to fulfill the terms of hygienic food sanitation which suitable for standard.
Nutrient installation is the main element for nutrient service of hospital has to get the attention of sanitation which involved aspects as physic condition, food handling, processing system, and the completeness of sanitation facility. Nutrient installation which wasn´t able to fulfill the terms of healthy it can be a place of disease spreading and health nuisance.
This research is a descriptive, it is for knowing efforts of hygienic application and sanitation of food management at nutrient installation of Martha Friska Hospital Medan in fulfillment of hygienic standart quality and sanitation handling food based on Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 by doing observation to object research and interview food handler of nutrient installation.
The result of this research got score total of all variable is 737,5. This is showing that nutrient installation of Martha Friska Hospital in Medan that was be able the fulfill the terms of hygienic and sanitation of food arrangement according to Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/VII/2003 standart minimal is 700.
It is espected to increase facilities for siding with nutrient installation of Martha Friska Hospital Medan and sanitation of food implementation as nitice to food handler by health check up once six month provision of a food stuff room and food utensil room, checking of cleaning water quality. Beside that it need to make a close door for insect and rat and then to take care on good sanitation facilities of quantity and condition.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mulverawaty Sinaga
Tempat/tanggal lahir : Tamba, 19 Oktober 1984
Agama : Katolik
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat rumah : Jln. Perkutut Gg. Warga No. 7 Medan Helvetia
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Tahun 1992 – 1998 : SD Swasta ST. Thomas 2 Medan
2. Tahun 1998 – 2001 : SLTP Swasta ST. Thomas 3 Medan
3. Tahun 2001 – 2003 : SMU Negeri 15 Medan
4. Tahun 2003 – 2006 : Akademi Keperawatan DEPKES RI Medan
(7)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hygiene Dan Sanitasi Pengelolaan Makanan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Tahun 2010”.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih kepada dr. Devi Nuraini Santi, MKes, selaku dosen pembimbing I serta dr. Wirsal Hasan, MPH, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan, dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, MKes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Rasin selaku Direktur Administrasi dan Keuangan Rumah Sakit Martha
Friska Medan
4. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik
5. Seluruh dosen dan pegawai terutama di Departemen Kesehatan Lingkungan yang
telah banyak memberi masukan dan berkat ilmu pengetahuan selama perkuliahan
(8)
6. Keluargaku tersayang papa, mama, abang, kakak, adik-adik semua yang selalu
memberi motivasi dan berkorban baik moril maupun materil kepada penulis.
7. Rekan-rekan kerja khususnya perawat Rumah Sakit Martha Friska, yang selalu
memberi semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini
8. Rekan-rekan akademik angkatan 2008, khususnya peminatan kesehatan
lingkungan, yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas
dukungan dan bantuannya.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa akan membalas semua kebaikan dan bantuan
yang telah penulis terima selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan
berkat dan rahmatNya bagi kita semua. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Medan, Januari 2010
Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan... i
Abstrak... ii
Abstract... iii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel... x
Daftar Lampiran... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Defenisi Rumah Sakit ... 6
2.2. Tugas Rumah Sakit ... 7
2.3. Fungsi Rumah Sakit ... 7
2.4. Kategori Rumah Sakit ... 8
2.5. Instalasi Gizi Rumah Sakit ... 12
2.6. Defenisi Hygiene ... 12
2.7. Defenisi Sanitasi ... 13
2.8. Manfaat Hygiene dan Sanitasi ... 14
2.9. Defenisi Makanan ... 15
2.10. Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit ... 15
2.11. Penyakit Yang Ditularkan Melalui Makanan ... 16
2.12. Bakteri... 19
2.12.1. Defenisi Bakteri ... 19
2.12.2. Morfologi Bakteri ... 20
2.13. BakteriEscherichia Coli... 21
2.13.1. KlasifikasiEscherichia Coli ... 21
2.13.2. SifatEacherichia Coli... 22
2.13.3. PatogenesisEscherichia Coli... 23
2.14. Kondisi Fisik Bangunan Instalasi Gizi ... 24
2.15. Hygiene Penjamah Makanan ... 27
2.16. Peralatan/perlengkapan Peralatan Makanan ... 28
2.17. Tujuh Prinsip Pengolahan Sanitasi Makanan ... 32
2.17.1. Pemilihan Bahan Makanan ... 32
2.17.2. Penyimpahan Bahan Makanan ... 33
2.17.3. Pengolahan Bahan Makanan ... 38
(10)
2.17.5. Pengangkutan Makanan Jadi ... 40
2.17.6. Pendistribusian Makanan Jadi ... 42
2.17.7. Penyajian Makanan ... 43
2.18. Keadaan dan Kelengkapan Fasilitas Sanitasi ... 44
2.18.1. Penyediaan Air Bersih ... 44
2.18.2. Pembuangan Sampah ……… 44
2.18.3. Pembuangan Air Limbah ……….. 45
2.18.4. Toilet/kamar mandi ………... 46
2.18.5. Pengendalian Serangga dan Binatang Pengganggu .. 46
2.18.6. Fasilitas Sanitasi Lainnya ... 47
2.19. Kerangka Konsep Penelitian ... 48
BAB III METODEPENELITIAN... 49
3.1. Jenis Penelitian ... 49
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 49
3.3. Objek Penelitian ... 49
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 49
3.5. Defenisi Operasional ... 50
3.6. Variabel Pengukuran ... 52
3.7. Analisa Data ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN... 54
4.1. Gambaran Umum RS Martha Friska... 53
4.1.1. Sejarah RS Martha Friska... 54
4.1.2. Jumlah Ketenagaan RS Martha Friska... 56
4.1.3. Jumlah Ketenagaan Instalasi Gizi RS Martha Friska.... 57
4.2. Hasil Penelitian... 57
4.2.1. Lokasi dan Bangunan... 57
4.2.2. Keadaan dan Kelengkapan Fasilitas Sanitasi... 59
4.2.3. Keadaan Dapur, Ruang Makan, Dan Gudang Makanan 62 4.2.4. Penyediaan Bahan Makanan Dan Makanan Jadi... 63
4.2.5. Pengolahan makanan... 64
4.2.6. Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Dan Makanan Jadi... 64
4.2.7. Penyajian Makanan... 65
4.2.8. Keadaan Peralatan Makan Dan Minum... 66
4.2.9. Hygiene Penjamah/Karyawan... 67
BAB V PEMBAHASAN... 71
5.1. Lokasi Dan Bangunan... 71
5.2. Pembagian Ruang... 72
5.3. Lantai... 72
5.4. Dinding Dan Ventilasi... 73
5.5. Pencahayaan/Penerangan... 74
5.6. Atap Dan Langit-langit... 75
(11)
5.8. Penyediaan Air Bersih... 75
5.9. Pembuangan Air Limbah... 76
5.10. Penyediaan Toilet... 77
5.11. Penampungan/pembuangan sampah... 77
5.12. Fasilitas Sanitasi Lainnya... 78
5.13. Pelatihan Tenaga Penjamah Makanan... 78
5.14. Hygiene Tenaga Penjamah Makanan... 79
5.15. Penyimpanan Bahan Makanan... 82
5.16. Perlengkapan/Peralatan... 83
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 85
6.1. Kesimpulan... 85
6.2. Saran... 86
DAFTAR PUSTAKA... 87
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Ketenagaan
RS Martha Friska Medan Tahun 2011... 55
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Instalasi Gizi RS Martha Friska Medan
Tahun 2011... 56
Tabel 4.3. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Keadaan Lokasi Dan Bangunan Instalasi Gizi RS Martha Friska Medan
Tahun 2011... 57
Tabel 4.4. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Kelengkapan Fasilitas Sanitasi Instalasi Gizi RS Martha Friska
Tahun 2010... 58
Tabel 4.5. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Keadaan Dapur, Ruang Makan, Dan Gudang Bahan Makanan Instalasi Gizi
RS Martha Friska Tahun 2011... 62
Tabel 4.6. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Penyediaan Bahan Makanan Dan Makanan Jadi Instalasi Gizi RS Martha Friska
Tahun 2011... 63
Tabel 4.7. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pengolahan Makanan
instalasi Gizi RS Martha Friska Medan Tahun 2011... 64
Tabel 4.8. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Tempat Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi Instalasi Gizi RS Martha
Friska Medan Tahun 2011... 65
Tabel 4.9. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Cara Penyajian Makanan Instalasi Gizi RS Martha Friska Tahun 2011... 66
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keadaan Peralatan Makan
Dan Minum Instalasi Gizi RS Martha Friska Tahun 2011... 67
Tabel 4.11. Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Hygiene Penjamah/Karyawan Instalasi Gizi RS Martha Friska
Tahun 2011... 68
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Penjamah Makanan Berdasarkan Keikutsertaan Kursus/Pelatihan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Makanan Di Instalasi Gizi RS Martha Friska Medan
(13)
Tahun 2011... 69
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Penjamah Makanan Menurut Tindakan Bila Bersin/batuk Di Instalasi Gizi RS Martha Friska
Medan Tahun 2011... 69
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Penjamah Makanan berdasarkan Kepemilikan Buku Kesehatan Karyawan Di Instalasi Gizi
(14)
ABSTRAK
Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan pasien melalui penyelenggaraan makanan yang hygienis dan sehat. Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan makanan yang baik dan memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan yang sesuai dengan standart yang ada.
Instalasi Gizi sebagai unsur utama pelayanan gizi rumah sakit harus mendapat perhatian dari segi sanitasinya yang meliputi aspek kondisi fisik, keadaan penjamah makanan, sistem pengolahan, dan kelengkapan fasilitas sanitasi. Instalasi gizi yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi tempat penularan penyakit dan gangguan kesehatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif sederhana yaitu untuk mengetahui upaya penerapan hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan di lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan dalam pemenuhan standart kualitas hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan sesuai Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 dengan melakukan observasi/pengamatan langsung terhadap objek penelitian dan wawancara kepada kepala instalasi gizi.
Dari hasil penelitian diperoleh total skor dari seluruh variabel adalah 739,5. Hal ini menunjukkan ternyata Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan sudah memenuhi syarat hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan sesuai Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003. Standar minimal sesuai Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah 700.
Untuk itu diharapkan kepada pihak instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan untuk lebih meningkatkan fasilitas yang menunjang hygiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan seperti perhatian terhadap food handler dengan cara pemeriksaan kesehatan minimal 6 (enam) bulan sekali, penyediaan gudang bahan makanan dan gudang peralatan makanan, pemeriksaan kualitas air bersih secara berkala. Selain itu pembuatan pintu rapat serangga dan tikus perlu segera dilakukan serta memperhatikan fasilitas sanitasi baik dari segi jumlah maupun kondisinya.
(15)
ABSTRACT
A Hospital is an healthy service institution whose a task to support an effort healing an recovery of patient by the implementation hygienic food. Therefore, it need a management of good food and it was able to fulfill the terms of hygienic food sanitation which suitable for standard.
Nutrient installation is the main element for nutrient service of hospital has to get the attention of sanitation which involved aspects as physic condition, food handling, processing system, and the completeness of sanitation facility. Nutrient installation which wasn´t able to fulfill the terms of healthy it can be a place of disease spreading and health nuisance.
This research is a descriptive, it is for knowing efforts of hygienic application and sanitation of food management at nutrient installation of Martha Friska Hospital Medan in fulfillment of hygienic standart quality and sanitation handling food based on Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 by doing observation to object research and interview food handler of nutrient installation.
The result of this research got score total of all variable is 737,5. This is showing that nutrient installation of Martha Friska Hospital in Medan that was be able the fulfill the terms of hygienic and sanitation of food arrangement according to Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/VII/2003 standart minimal is 700.
It is espected to increase facilities for siding with nutrient installation of Martha Friska Hospital Medan and sanitation of food implementation as nitice to food handler by health check up once six month provision of a food stuff room and food utensil room, checking of cleaning water quality. Beside that it need to make a close door for insect and rat and then to take care on good sanitation facilities of quantity and condition.
(16)
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang penting untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu kualitas makanan baik
secara bakteriologis, kimiawi, maupun fisik harus selalu dipertahankan. Kualiats
makanan harus senantiasa terjamin setiap saat, agar masyarakat sebagai pemakai produk
makanan tersebut dapat terhindar dari penyakit/gangguan kesehatan serta keracunan
akibat makanan. Masalah sanitasi makanan sangat penting, terutama ditempat-tempat
umum yang erat kaitannya dengan pelayanan untuk orang banyak. Rumah sakit
merupakan salah satu tempat umum yang memberikan pelayanan kesehatan masyarakat
dengan inti pelayanan medis. Agar dapat menunjang kegiatan pelayanan medis
diperlukan tempat pengolahan makanan yang kegiatannya berada di instalasi gizi rumah
sakit. (Depkes RI, 2002)
Untuk mendapatkan makanan yang bermanfaat dan tidak membahayakan bagi
yang memakannya perlu adanya suatu usaha penyehatan makanan dan minuman, yaitu
upaya pengendalian faktor yang memungkinkan terjadinya kontaminasi yang akan
mempengaruhi pertumbuhan kuman dan bertambahnya bahan aditif pada makanan dan
minuman yang berasal dari proses pengolahan makanan dan minuman yang disajikan di
rumah sakit agar tidak menjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguankesehatan.
Dari hasil penelitian 64 % karyawan pengolahan makanan berpendidikan SD
masih tingginya tingkat kontaminasi bakteri makanan yang disajikan di tempat
(17)
penjamah SD. Kejadian luar biasa (KLB) diare masih tinggi 116.075 kasus dan
keracunan makanan 31.919 kasus pada tahun 1995. Penjamah makanan memegang
peranan penting dalam melindungi kesehatan penderita/pasien di rumah sakit dari
penyakit akibat kontaminasi makanan, untuk itu perlu diperhatikan 6 prinsip upaya
sanitasi oleh penjamah makanan dan minuman di rumah sakit, yaitu pengawasan bahan
makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan
makanan matang dan penyajian makanan. Bakteri yang sering mencemari makanan dan
minuman adalah E. Coli, Stapylococus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp dan Proteus sp.
Dari hasil penelitian di 3 (tiga) rumah sakit (RS. Fatmawati, RS Pasar Rebo, dan
RS Persahabatan) ditemukan bahwa proses pengolahan makanan di instalasi gizi belum
memenuhi syarat higiene sanitasi makanan. Pengetahuan dan perilaku penjamah sudah
baik, namun tempat pengolahan belum memenuhi syarat dan kurangnya pengawasan
serta pembinaan terhadap proses pengolahan makanan.
Pengolahan makanan rumah sakit, sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan
di rumah sakit mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan dan pemulihan
penyakitmelalui penyelenggaraan makanan yang higienis dan sehat. Prinsip-prinsip dasar
sanitasi penyelenggaraan makanan di rumah sakit pada dasarnya tidak berbeda dengan
tempat - tempat penyelenggaraan makanan lain, tetapi standar kebersihan dan higiene
pelayanan makanannya lebih tinggi karena rentannya pasien yang masuk rumah sakit dan
ancaman penyebaran kuman pathogen yang tinggi di lingkungan rumah sakit. Makanan
(18)
penyakit dan keracunan akibat bahan kimia, mikroorganisme, tumbuhan atau hewan,
serta dapat pula menimbulkan alergi. (Depkes RI, 2003)
Terdapat 4 (empat) faktor yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit di
rumah sakit melalui makanan, yakni perilaku yang tidak higienis, adanya sumber
penyakit menular, adanya media (makanan dan minuman). Perilaku petugas dalam
penyehatan makanan di rumah sakit meliputi kebiasaan cuci tangan, kebersihan tangan,
penggunaan pakaian pelindung, dan pembersihan peralatan masak/makan. Seperti
diketahui peran dan perilaku tenaga pengolah makanan sangat berpengatuh terhadap
kualitas makanan, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap penyebaran penyakit. Terutama bagi pasien yang sedang dirawat
dirumah sakit yang tubuhnya dalam kondisi lemah sehingga sangat rentan terhadap
berbagai penyakit termasuk penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan. Oleh
karena itu pengelolaan makanan dirumah sakit perlu mendapat perhatian yang lebih
seksama. (Maryati, 2000)
Kegiatan penyehatan makanan dirumah sakit menekankan terwujudnya
kebersihan makanan dalam jalur perjalanan makanan. Karena itu dalam kegiatan
penyehatan makanan perlu dipahami jalur tersebut sehingga diperoleh gambaran yang
jelas tentang titik-titik rawan dalam jalur yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap
makanan hingga menjadi makanan jadi yang siap dikonsumsi.
Tujuan penyehatan makanan dirumah sakit adalah tersedianya makanan yang
berkualitas baik dan aman bagi pasien dan konsumen serta terwujudnya perilaku kerja
yang sehat dan higienis dalam penanganan makanan, sehingga pasien dan konsumen
(19)
makanan. Dalam pengelolaan makanan dirumah sakit proses sanitasi makanan ini
menyangkut banyak faktor, mulai dari asal/sumber bahan makanan, proses hingga
menjadi makanan, penyajian kepada konsumen dan faktor-faktor lingkungan lainnya
yang terkait. (Djojodibroto, 1997)
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan penelitian adalah
Bagaimana penerapan Hygiene Dan Sanitasi Pengelolaan Makanan di Lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan di
Lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kondisi fisik lokasi dan bangunan Instalasi Gizi Rumah Sakit
Martha Friska Medan Tahun 2010
b. Untuk mengetahui penyediaan fasilitas sanitasi di Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha
Friska Medan Tahun 2010
c. Untuk mengetahui keadaan dapur, ruang makan, dan gudang bahan makanan di
Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010
d. Untuk mengetahui keadaan bahan makanan dan makanan jadi di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010
e. Untuk mengetahui keadaan tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi di
(20)
f. Untuk mengetahui cara penyajian makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Martha
Friska Medan Tahun 2010
g. Untuk mengetahui keadaan peralatan makan dan minum di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Martha Friska Tahun 2010
h. Untuk mengetahui hygiene penjamah makanan/tenaga kerja di Instalasi Gizi Rumah
Sakit Martha Friska Tahun 2010
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi pimpinan Rumah Sakit Martha Friska dapat digunakan sebagai masukan untuk
meningkatkan penerapan hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan di instalasi gizi
Rumah Sakit Martha Friska Medan
b. Bagi Kepala Instalasi Gizi dan tenaga pengolah makanan dapat digunakan sebagai
masukan untuk meningkatkan penerapan hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan
di instalasi gizi Rumah Sakit Martha Friska Medan
c. Bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dapat memberi manfaat dan
menambah wawasan tentang hygiene dan sanitasi pengelolaan makanan instalasi gizi.
d. Sebagai pedoman bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Rumah Sakit
(21)
Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (Depkes,
2002)
Permenkes RI No. 986/MENKES/ Per/XI/1992 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, menyatakan Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan
kesehatan untuk pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat
yang memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan atau
dapat menjadi tempat penyebab penularan penyakit.
Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan rumah sakit maka rumah sakit
harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan Kepmenkes RI No: 1204/
MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. (Wiku
Adisasmito, 2006).
Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta
menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah Rumah
sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian. (Wiku
Adisasmito, 2006)
2.2. Tugas Rumah Sakit
Tugas Rumah sakit antara lain adalah sebagai lembaga atau badan yang bertugas
(22)
mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan
jiwa yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan (promotif)
dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan. (Keputusan Menkes. RI
No.983/Menkes/SK/XI/1992)
2.3. Fungsi Rumah sakit
Fungsi rumah sakit antara lain :
a. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pelayanan medis
b. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha rehabilitasi medis
c. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha perawatan medis
d. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pencegahan akibat penyakit dan
peningkatan pemulihan kesehatan.
e. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha sistem rujukan medis
f. Sebagai tempat pendidikan atau latihan tenaga medik dan paramedik
g. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan
(Keputusan Menkes. RI No.983/Menkes/SK/XI/1992)
2.4. Kategori Rumah Sakit
2.4.1. Rumah sakit berdasarkan sistem kepemilikan, terdiri dari : a. Rumah Sakit Pemerintah
(23)
Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh
Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, dan Pemerintah
daerah.
b. Rumah Sakit Perusahaan Negara
Rumah sakit perusahaan negara adalah rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh Perusahaan perkebunan, dan Pertamina.
c. Rumah Sakit Swasta
Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh
Yayasan sosial, Yayasan keagamaan, Yayasan swasta, Pribadi atau kelompok pribadi.
2.4.2. Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pelayanan, terdiri dari : a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan
lebih dari 1 macam spesialistik medik.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus adalah Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan
hanya pada satu macam spesialistik medik.
2.4.3. Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pelayanan Medik, terdiri dari : a. Rumah sakit umum pemerintah, dibagi atas :
1. Kelas A
Rumah sakit umum Kelas A adalah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan
(24)
Kapasitas : lebih dari 1000 tempat tidur
BOR 70 - 80 %
Rujukan : Internasional / nasional
2. Kelas B
Rumah Sakit Kelas B adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan
spesialistik yang luas
Kapasitas : 400 - 1000 tempat tidur
BOR 7 0 - 8 0 %
Rujukan : Nasional / Propinsi
3. Kelas C
Rumah Sakit Kelas C adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan
kesehatan paling sedikit 4 cabang spesialistik yaitu penyakit dalam, bedah,
kandungan dan kebidanan, dan kesehatan anak.
Kapasitas : 100 - 400 tempat tidur
BOR 70 80 %
Rujukan : Propinsi / Kabupaten / Kotamadya
4. Kelas D
Rumah Sakit Kelas D adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan
kesehatan umum
Kapasitas : 25 - 100 tempat tidur
BOR70 - 80 %
(25)
5. Kelas E
Rumah Sakit Kelas E adalah Rumah sakit umum yang memberikan pelayanan
kesehatan terhadap suatu penyakit tertentu.
b. Rumah sakit umum swasta, dibagi atas :
1. Utama
Rumah Sakit Kelas Utama adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum dan spesialistik (penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, kebidanan
dan kandungan) dan subspesialistik (mata, THT, kulit dan kelamin, gigi dan
mulut, neurology, kesehatan jiwa).
2. Madya
Rumah Sakit Kelas Madya adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang (penyakit dalam, kesehatan
anak, bedah, kebidanan dan kandungan).
3. Pratama
Rumah Sakit Kelas Pratama adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
medik bersifat umum
(Dirjen Pelayanan Medik No.0072/YANMED/RSKS/SK/1988)
2.4.4. Rumah Sakit Berdasarkan Pengelolaan
a. Rumah Sakit Publik
Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola
(26)
Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
b. Rumah Sakit Privat
Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hokum dengan
tujuan provit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
2.4.5. Rumah Sakit Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit
a. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Pendek
Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita
selama rata-rata kurang dari 30 hari. Misalnya penderita dengan penyakit akut dan
kasus darurat. Rumah sakit umum pada umumnya adalah rumah sakit perawatan
jangka pendek
b. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Panjang
Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita
dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyai kesakitan
jangka panjang, seperti kondisi psikiatri. Contoh rumah sakit ini adalah Rumah Sakit
Rehabilitasi dan Rumah Sakit Jiwa.
2.4.6. Rumah Sakit Berdasarkan Afiliasi Dengan Lembaga Pendidikan a. Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang dipergunakan sebagai tempat
pendidikan tenaga medis.
(27)
Rumah Sakit Non Pendidikan adalah rumah sakit yang tidak dipergunakan untuk
tempat pendidikan medis.
2.5. Instalasi Gizi Rumah Sakit
Instalasi gizi rumah sakit adalah unit yang mengelola pelayanan gizi bagi pasien
rawat jalan, rawat inap, maupun keluarga pasien dengan kegiatan, yaitu :
a. Pengadaan/penyajian makanan
b. Pelayanan gizi ruang rawat inap
c. Penyuluhan, konsultasi, dan rujukan gizi
d. Penelitian dan penyelenggaraan gizi terapan
Instalasi gizi rumah sakit sebagai tempat pengolahan makanan dirumah sakit
sering disebut juga dapur. Dapur rumah sakit sangat berperan dalam menghasilkan
makanan yang berkualitas baik. Kondisi fisik dapur harus memenuhi persyaratan sanitasi
sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003.
2.6. DefenisiHygiene
Hygiene ialah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha-usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan hidup manusia.
(Kusnoputranto, 2000)
Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang membantu atau mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
melalui masyarakat. (Mukono, 2000)
Hygiene is the practice of keeping yourself and your living and working areas clean in order to prevent illness and disease.(Chandra, 2007)
(28)
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan Hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang membantu atau mendukung adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
masyarakat, Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci
piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
2.7. Defenisi Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan kepada
usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. (Kusnoputranto, 2000)
Sanitasi adalah “Suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatannya pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. (Mukono, 2000)
Ehlers’ & Steel dalam Sudiara dan Sabudi menyebutkan bahwa Sanitasi adalah
usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor-faktor lingkungan yang
merupakan mata rantai penularan penyakit.
Dari ketiga pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya
kepada usaha-usaha lingkungan hidup manusia.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala
bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan,
sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan
(29)
keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah
penjualan makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan
makanan.
2.8. Manfaat Hygiene dan Sanitasi
Mukono (2000) mengatakan manfaat hygiene dan sanitasi dalam pengolahan makanan adalah :
a. Menjamin tempat kerja dan lingkungan yang bersih, nyaman dan aman.
b. Mencegah timbulnya berbagai penyakit menular (commuicable diseases) dan penyakit akibat kerja (occupational diseases).
c. Mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja.
d. Mencegah timbulnya penyakit menular.
e. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap.
f. Menghindari pencemaran.
g. Mempertinggi gairah kerja karyawan, berarti menambah produktivitas dan
efisiensi kerja karyawan.
h. Merupakan alat propaganda dalam penjualan hasil produksi
2.9. Defenisi Makanan
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut
WHO, yang dimaksud makanan adalah semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali
air dan obat–obatan dan substansi-substansi yang digunakan untuk pengobatan.
(30)
alamiah maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan
obat-obatan.
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan
tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
2.10. Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit dan Keracunan
Menurut Anwar (2000), dalam hubungannya dengan penyakit / keracunan,
makanan dapat berperan sebagai :
a. Agent
Makanan dapat berperan sebagai agent penyakit, contohnya : jamur, ikan, dan
tumbuhan lain yang secara alamiah memang mengandung zat racun.
b. Vehicle
Makanan juga dapat sebagai pembawa (vehicle) penyebab penyakit, seperti bahan
kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga beberapa
mikroorganisme yang pathogen, serta bahan radioaktif. Makanan tersebut dicemari
(31)
c. Kontaminan yang jumlahnya kecil, jika dibiarkan berada dalam makanan dengan
suhu dan waktu yang cukup, maka bisa menyebabkan wabah yang serius.
2.11. Penyakit yang ditularkan melalui makanan
Yang dimaksud dengan penyakit-penyakit karena makanan adalah gangguan pada
saluran pencernaan yang ditandai dengan gejala-gejala mual, muntah, perut mules, diare.
Sumber kontaminasi mikoorganisme pada makanan umumnya berasal dari tanah, air,
udara, hewan dan manusia. Sedang saat kontaminasi dapat terjadi pada berbagai tahap,
baik selama maupun setelah pengolahan bahan makanan. Kontaminasi yang terjadi pada
tahap sebelum pengolahan antara lain sejak dari permanenan, penyembelihan, dan selama
penyimpanan.
Pada hakekatnya bahan makanan yang berasal dari tanaman dan hewan atau
produk-produknya, sulit dihindari dan hadirnya mikroorganisme secara alamiah pada
bahan makanan. Selama proses pengolahan makanan dan sesudah pengolahan, dapat
terjadi kontaminasi antara lain berasal dari perabotan, air, dan penjamah makanan.
Menurut Depkes RI (2000) penyakit-penyakit yang ditularkan melalui makanan
dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar, yaitu :
1. INFEKSI
Penyakit ini disebabkan karena didalam makanan terdapat kuman atau
mikroorganisme pathogen sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti
cholera, disentri, typhus abdominalis, paratyphus A dan B.
Penyebaran penyakit ini dapat disebabkan karena :
a. Makanan diolah oleh petugas pengolah makanan yang sebelumnya pernah terkena
(32)
b. Makanan yang kotor karena sudah terkontaminasi atau terjamah oleh tikus atau
serangga lain.
c. Cara memasak yang kurang baik atau kurang sempurna.
Disamping itu manusia bisa sebagai pembawa kuman atau penderita infeksi, yaitu
a. Pembawa kuman
- Staphylococcus aureus : dihidung, tenggorokan, perineum
- E. Coli : di usus
- Pseudomonas sp : dihidung, tenggorokan, usus
b. Sebagai penderita infeksi
Penderita penyakit saluran pernafasan : TBC, difteri, pertusis, influenza yang
ditularkan melalui sekret hidung, dahak, percikan ludah
2. KERACUNAN MAKANAN
Keracunan makanan adalah timbulnya sindroma gejalan klinik disebabkan karena
memakan makanan tertentu. Kelainan ini dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Keracunan karena memakan makanan yang mengandung zat kimia beracun misalnya
kacang kaster, cendawan, solain (sejenis kentang), kerang, dan yang mengandung
toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme.
b. Infeksi karena bakteri yang membuat enterotoksin selama masa kolonisasi dan
pertumbuhan mukosa usus.
c. Infeksi karena mikroorganisme yang mengadakan infasi dan berkembangbiak di
mukosa usus atau jaringan lainnya.
Manifestasinya gejala klinik yang ditimbulkan dapat bervariasi dari yang sangat
(33)
yang disebabkan makanan sebagai pembawa agen dapat berupa faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Faktor kimia, seperti logam berat dan pestisida
b. Faktor makanan beracun berupa jamur dan hasil-hasil laut
c. Faktor biologis berupa bakteri, virus, produk dari kuman berupa toksin
Beberapa contoh yang sering terjadi kontaminasi kuman dan menyebabkan
keracunan makanan adalah sebagai berikut :
a. Bacillus Cireus, masa inkubasi 1-16 jam dengan gejala klinik mual, muntah,
mendadak, pada beberapa kasus terjadi kolik perut hebat dan diare, biasanya tidak
lebih dari 24 jam dan jarang fatal. Keracunan makanan ini biasanya ada hubungan
dengan nasi, sayur-sayuran, daging yang terkontaminasi setelah dimasak.
b. Staphylococcus Aureus, masa inkubasi 1-7 jam dengan gejala klinik mendadak,
mual-mual yang hebat, sakit perut, muntah, diare, kadang-kadang dengan suhu tubuh
subnormal dan tekanan darah yang rendah. Keracunan akibat jenis ini biasanya akibat
dari makanan yang terkontaminasi dengan toksin kuman yang berasal dari manusia,
misalnya nanah penderita yang infeksi, mata yang terinfeksi, sekresi hidung dan susu
yang terkontaminasi.
c. Clostridium Botulinum, masa inkubasin 12-36 jam dengan gejala secara klinis
ditandai dengan gangguan sistem syaraf, kelopak mata tertutup, penglihatan kabur,
mulut kering, dan radang tenggorokan. Keracunan akibat jenis ini biasanya dari
makanan kaleng yang diproses tidak baik antara lain : kaleng kembung, segel rusak,
(34)
d. Clostridium Perfringens, masa inkubasi 8-24 jam, rata-rata 10-12 jam dengan gejala
kolik perut yang diikuti diare, mual kadang-kadang disertai muntah. Jarang
menyebabkan kematian pada orang sehat, pada orang lemah atau berpenyakit kronis
dapat terjadi penyakit yang berat. Keracunan jenis ini biasanya dari makanan daging
atau kuah daging yang dicemari oleh bakteri. Bakteri ini terdapat pada tinja, kotoran
atau sampah dan tanah, sumber penularan berasal dari saluran pencernaan makanan
manusia ataupun binatang.
e. Vibrio parahaemolitikus, masa inkubasi 12-24 jam, dengan gejala secara klinis
dengan ditandai diare, perut kram disertai mual, muntah, panas dan sakit kepala.
Penyakit ini berlangsung 1-7 hari, tetapi jarang menimbulkan kematian. Keracunan
akibat jenis ini biasanya dari makanan jenis kerang-kerangan / ikan yang dimasak
tidak sempurna.
2.12. Bakteri
2.12.1. Defenisi Bakteri
Nama bakteri berasal dari bahasa yunani , yaitu bakterion yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme
yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada kecualinya), berbiak dengan
pembelahan diri serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop.
Berbagai jenis bakteri dapat dibedakan menurut bentuknya yang kadang tercermin pada
namanya (Purnawijayanti, 2001).
2.12.2. Morfologi Bakteri
Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas tiga golongan
(35)
Basil (dari bacillus) berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagian besar
bakteri berupa basi. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil,
bergandengan dua disebut diplobasil.
Kokus (dari coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil.
Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan
panjang serupa tali leher disebut streptococcus, ada yang bergandengan dua disebut
dicoccus, ada yang mengelompok berempat disebut tetracoccus, kokus yang
mengelompok merupakan suatu untaian disebut stafilococcus, sedang kokus yang
mengelompok seperti kubus disebut sarsina.
Spiril (dari sprilium) atau vibrio ialah bakteri yang bengkok atau
berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral tidak banyak terdapat. Golongan ini
merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus
maupun golongan basil.
Pada umumnya bakteri itu kecil sekali, sehingga kita memerlukan mikroskop
untuk mengamatinya. Kokus berdiameter antara 0.5-2.5. basil lebarnya antara 0,2-2.0 ,
sedang panjangnya antara 1-1.5. sel bakteri ini terdiri atas dinding sel, sitoplasma dan
bahan inti (nukleus).
Kebanyakan dari bakteri mati jika tidak ada makanan atau dalam keadaan yang
tidak cocok. Tetapi bakteri tertentu dapat membentuk spora. Istilah spora pada bakteri
mempunyai arti yang lain. Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar atau bentuk tidak aktif dari bakteri
apabila lingkungannya tidak sesuai. Misalnya, suhu tinggi atau rendah, kondisi kering
(36)
Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi bakteri, maka pecahlah bungkus spora dan
tumbuhlah bakteri sebagaimana biasanya (Purnawijayanti, 2001).
2.13. Escherichia Coli
2.13.1. KlasifikasiEscherichia Coli Divisi : Protophyta
Klas : Schizomycetes
Ordo : Eubacterilaes
Family : Enterobactericiae
Genus : Escherichia
Escherichia coli terdapat secara normal dalam saluran pencernaan manusia dan
hewan. Walaupun bakteri ini secara normal hidup di saluran pencernaan, tetapi dapat
bersifat enteropatogenic, memberikan pertumbuhan yang serius atau infeksi yang fatal
pada beberapa bagian di dalam tubuh.
Pada saat ini dikenal 3 (tiga) macam escherichia coli yang dianggap patogen untuk manusia yaitu Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC), Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) danEnteroinvasive Escherichia coli (EIEC).
1.Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC)
Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) ditemukan pada tahun 1945 dari
penderita kolera anak. Bakteri ini mengeluarkan cairan yang berbau spesifik seperti
sperma. Di dalam usus halus bakteri ini membentuk koloni yang tidak mampu menembus
dinding usus.
(37)
Srikandi (2000) menemukan adanya golongan Escherichia coli patogen pada babi yang mempunyai plasmit yang mudah dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri yang lain.
Patogenesis terjadinya diare oleh ETEC sama seperti yang terjadi pada kolera.
3. Enteroinvasive Escherichia coli (EIEC)
Beberapa jenis Escherichia dapat menyebabkan diare yang disertai darah. Strain ini dapat dibedakan dengan strain EPEC dan ETEC. DisebutEnteroinvasive Escherichia coli
(EIEC) karena strain dapat menembus sel mukosa usus besar (kolon) menimbulkan
kerusakan jaringan mukosa sehingga dapat ditemukan eritrosit dan leukosit dalam tinja
penderita.
2.13.2. SifatEscherichia coli
Escherichia coli mempunyai bentuk batang, gram negatif, mobile/bergerak, bersifat anaerob fakultatif dan termasuk golongan Enterobacteriaceae. Escherichia coli
berkembang biak pada suhu 46 , dan bakteri ini akan mati pada suhu 60 C selama 30
menit, dan tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi kuman
(Dwijoseputro, 2000).
Bila dilihat di bawah mikroskop maka kumpulan Escherichia coli berwarna merah, sedangakan secara makroskopik terlihat kilau metalik di sekitar media.
2.13.3. PatogenesisEscherichia coli
Escherichia coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare) pada manusia.
Enteropathogenic Escherichia coli menyebabkan diare, terutama pada bayi dan anak-anak di negara sedang berkembang dengan mekanisme yang belum jelas diketahui.
Frekuensi penyakit diare yang disebabkan oleh strain kuman ini sudah jauh berkurang
(38)
Enteroinvasive Escherichia coli menyebabakan penyakit diare seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella. Kuman menginvasi sel mukosa, menimbulkan kerusakan
sel dan terlepasnya lapisan mukosa. Ciri khas diare yang disebabkan oleh strain
Enteroinvasive Escherichia coli adalah tinja mengandung darah mukus dan pus.
Kolitis hemoragik disebabkanEscherichia coliserotipe 0157, H7, tinja bercampur darah banyak. StrainEscherichia coli ini menghasilkan substansi yang bersifat sitotoksik terhadap sel Vero dan Hela. Identik dengan toksin dari Shigella dysenteriae. Toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi perdarahan yang kemudian masuk ke dalam
kuman usus.
Penyakit-penyakit yang disebabkan olehEscherichia coli adalah :
1. Infeksi saluran kemih mulai dari sistisis sampai pielonefritis. Escherichia coli
merupakan penyebab dari lebih 85 % kasus.
2. Pneumonia, di rumah sakit Escherichia coli menyebabkan 50 % dari primary nesocomial pneumonia.
3. Meningitis pada bayi baru lahir.
4. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen.
Cara pencegahan penyakit yang disebabkan olehEscherichia coli :
1. Sebelum makan atau mengolah makanan sebaiknya tangan dicuci terlebih dahulu.
2. Menjaga kebersihan misalnya : tidak buang air besar di sembarang tempat.
3. Mengolah makanan harus memakai air yang bersih.
(Dwijoseputro, 2000)
2.14. Kondisi Fisik Lokasi dan Bangunan Instalasi Gizi a. Lokasi Dapur
(39)
Terhindar dari sumber pencemaran, terutama yang berasal dari tempat sampah,
WC, debu, asap, bengkel cat, dan sumber pencemaran lain.
b. Bangunan dan fasilitas dapur
1) Halaman
Halaman bersih, tidak banyak lalat, dan tersedia tempat sampah yang memenuhi
syarat kesehatan, tidak terdapat tumpukan barang-barang yang dapat menjadi
sarang tikus. Pembuangan air kotor(limbah dapur dan kamar mandi) tidak
menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara
kebersihannya. Pembuangan air hujan lancar, tidak menimbulkan
genangan-genangan air.
2) Konstruksi
Bangunan untuk kegiatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan
teknis konstruksi bangunan yang berlaku.
3) Lantai
Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin dan mudah
dibersihkan.
4) Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering atau tidak menyerap air dan
mudah dibersihkan. Pada permukaan dinding yang sering terkena percikan air,
harus dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan debu,
setinggi 2 m, dan berwarna terang.
(40)
Langit-langit harus menutup seluruh atap bangunan, tinggi langit-langit
sekurang-kurangnya 2,4 m diatas lantai.
6) Pintu dan jendela
Seluruh pintu dan jendela pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak
harus membuka kearah luar. Semua pintu dibuat menutup sendiri dan dilengkapi
peralatan anti lalat, seperti kasa, tirai, pintu rangkap.
7) Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan
pembersihan serta melakukan pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Desetiap
ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan intensitas
pencahayaan sedikitnya 200 lux pada bidang kerja. Semua pencahayaan tidak
tidak boleh menimbulkan silau dan distribusinya sedemikian sehingga sejauh
mungkin menghindarkan bayangan.
8) Ventilasi/penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang dapat menjaga kenyamanan suhu dan kelembapan dalam ruangan,
ventilasi juga harus cukup untuk mencegah udara dalam ruangan terlalu panas,
mencegah kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit,
membuang bau, asap dan pencemaran lain dalam ruangan. Tungku dapat
dilengkapi dengan sungkup asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta
pengumpul lemak. Semua tungku terlrtak dibawah sungkup asap.
(41)
Atap harus kuat, tidak bocor, cukup landai, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga dan tikus.
10) Cerobong Asap
Dapur harus dilengkapi dengan sungkup asap, perangkap asap/penyedot,
cerobong asap, saringan/saluran serta pengumpul minyak/lemak.
11) Ruangan pengolahan makanan
Luas ruang pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja agar terhindar dari
kemungkinan terkontaminasinya makanan dan memudahkan pembersihan,
dengan luas 2m² untuk setiap pekerja. Ruang pengolahan makanan tidak boleh
berhubungan langsung dengan WC, peturasan, dan kamar mandi.Untuk kegiatan
pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari tempat penyimpanan bahan
dan makanan jadi yang terlindung dari gangguan serangga, tikus dan hewan
lainnya.
12) Tempat cuci tangan
Tersedia tempat cuci tangan yang bersih dan terpisah dengan tempat cuci
peralatan maupun bahan makanan yang dilengkapi dengan kran, saluran
pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun, dan pengering. Jumlah tempat
cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan (penjamah makanan).
Untuk sebuah tempat cuci tangan dipergunakan maksimal 10 orang, dengan
tambahan 1 buah setiap penambahan 10 orang atau kurang, dan terletak sedekat
mungkin dengan tempat kerja.
(42)
2.15. Hygiene penjamah makanan
Hal-hal yang diperhatikan dalam kebersihan pribadi :
1) Mencuci tangan, hendaknya tangan selalu dicuci dengan sabun : sebelum bekerja,
sesudah menangani bahan makanan mentah/kotor atau terkontaminasi, setelah
dari kamar kecil, setelah tangan digunakan untuk menggaruk batuk atau bersin
dan setelah makan atau merokok.
2) Pakaian, hendaknya memakai pakaian khusus untuk bekerja. Pakaian kerja harus
bersih, yang sudah usang jangan dipakai lagi.
3) Kuku dan perhiasan, kuku hendaknya dipotong pendek dan dianjrkan untuk tidak
memakai perhiasan sewaktu bekerja.
4) Topi/ penutup rambut, semua penjamah hendaknya memakai topi atau penutup
rambut untuk mencegah jatuhnya rambut kedalam makanan dan mencegah
kebiasaan mengusap/menggaruk rambut.
5) Merokok, penjamah makanan sama sekali tidak diijinkan merokok selama bekerja
baik waktu mengolah maupun mencuci peralatan. Merokok merupakan mata
rantai antara bibir dan tangan dan kemudian ke makanan disamping sangat tidak
etis.
6) Lain-lain, kebiasaan seperti batuk-batuk, menggaruk-garuk, memencet jerawat
merupakan tindakan yang tidak higienis. Kebiasaan ini akan mengkontaminasi
tangan dan pada gilirannya mengkontaminasi makanan. (Depkes RI, 2002)
2.16. Peralatan/perlengkapan pengolahan makanan a. Peralatan makanan dan minuman
(43)
Peralatan ini digunakan untuk menyajikan makanan yang langsung dimakan oleh
karyawan, penderita maupun pengunjung dirumah sakit, maka perlu diperhatikan:
1) Bahan peralatan
a) Bahan untuk peralatan makanan haruslah terbuat dari bahan yang kuat dan
bagian permukaan tempat makanan atau yang kontak dengan makanan
haruslah permukaannya halus, tidak ada sudut mati, mudah dibersihkan,
tidak mudah larut dalam makanan, tidak mengandung bahan beracun atau
logam berat lain :
- Timah (Pb)
- Arsen (As)
- Tembaga (Cu)
- Seng (Zn)
- Cadmium (Cd3)
b) Bahan dasar harus kuat sehingga tidak mudah retak, penyok, gompel ,
robek atau pecah.
c) Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan
boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak
boleh mengandung E. Coli per cm² permukaan alat
d) Kebersihan Peralatan
Kebersihan peralatan makanan dan minuman harus dijaga dengan baik.
Indikasi kebersihan makanan secara fisik dapat diketahui dari tidak adanya
kotoran atau noda, tidak bau (amis, tengik, atau bau makanan). Kebersihan
(44)
b. Peralatan masak dan wadah makanan
Peralatan ini digunakan untuk mengolah makanan mentah atau membawa
makanan matang :
1) Peralatan makanan mentah terpisah dengan peralatan makanan jadi.
2) Peralatan masak dan wadah makanan sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan
tidak larut dalam makanan seperti stainless steel.
3) Semua peralatan harus mempunyai tutup.
4) Peralatan yang bukan logam harus dari bahan yang kuat dan setelah yang rusak
langsung dibuang.
5) Penyimpanan peralatan masak dan wadah pada rak-rak yang teratur, sebaiknya
mendapatkan sinar matahari.
c. Pencucian Peralatan
Pencucian yang benar akan memberikan hasil akhir pencucian yang sehat dan
aman. Untuk pencucian yang perlu diikuti adalah :
1) Pisahkan segala kotoran atau sisa-sisa makanan yang terdapat pada alat/ barang
seperti, gelas, mangkok ke tempat yang telah disediakan untuk itu. Selanjutnya
sampah tersebut dibuang bersama sampah dapur lainnya.
2) Piring dan alat yang telah dibersihkan sisa makanan, ditempatkan pada tempat
piring kotor.
3) Setiap piring/alat yang dicuci direndam pada bak pertama. Cara ini dimaksudkan
untuk memberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan yang masih
(45)
4) Setelah direndam untuk selama beberapa saat, maka piring mulai dibersihkan
dengan menggunakan detergen pada bak pencuci tersebut. Penggunaan sabun
sebaiknya dihindarkan karena sabun tidak dapat menghilangkan lemak.
5) Cara pencucian dilakukan dengan menggosok bagian-bagian yang terkena
makanan, dengan cara menggosok berulang kali sampai tidak terasa licin lagi.
Bilamana masih licin akan menempel sisa-sisa bau yang belum bersih.
6) Setelah pencucian dirasa cukup, maka langsung dibilas dengan air
pembersih/pembilas yang mengalir, sambil digosok dengan tangan dan tidak lagi
tersa sia-sia makanan atau sisa-sisa detergen.
7) Piring atau gelas yang telah dicuci dibilas dengan air kaporit untuk desinfeksi,
langsung direndam ke dalam air bak kaporit 50 ppm selama 2 menit kemudian
ditempatkan pada tempat penirisan.
8) Sedangkan untuk desinfeksi dengan air panas, disyaratkan suhu 82˚C untuk selama 2 menit atau 100˚C selama 1 menit.
9) Cara memasukkan piring/gelas ke dalam air panas, tidak boleh langsung dengan
tangan, tetapi sebelumnya dimasukkan ke dalam rak-rak khusus untuk
didisenfeksi.
10) Piring dan alat makan yang telah selesai melalui proses disenfeksi ditempatkan
pada rak-rak anti karat (stainless steel) sebagai tempat penirisan/pengeringan
dengan cara terbalik atau miring sampai kering dengan bantuan sinar matahari
atau sinar buatan dan tidak boleh di lap dengan kain. Untuk itu bagian yang
menempel ke permukaan piring atau bibir gelas harus dijaga kebersihannya
(46)
11) Piring atau gelas yang akan dipakai tidak perlu di lap atau digosok kain lap,
karena menjadi kotor kembali. Bilamana di lap gunakan kain lap (tissue) sekali
pakai.
d. Penyimpanan Peralatan
Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
1) Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan
kering dan bersih.
2) Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpannya harus dibalik.
3) Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
4) Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.
5) Ruang penyimpanan peralatan tidaklembab, terlindung dari sumber pencemaran
dan binatang perusak.
(Depkes RI, 2002)
2.17. Tujuh Prinsip Pengelolaan Hygiene dan Sanitasi Makanan
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan
kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya yang
dapat mengganggu atau merusak kesehatan, melalui dari sebelum makanan itu diproduksi
selama dalam proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan sampai pada saat
dimana makanan tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen.
Sanitasi pengelolaan makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang
menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang berhubungan dengan pengadaan/pemilihan
bahan makanan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, dan penyajian makanan.
(47)
Semua jenis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta
kesegarannya terjamin, terutama bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau
rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam kaleng, dan buah. Bahan makanan
yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan makanan yang
begitu panjang dan melalui jaringan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya
mendapatkan bahan makanan yang baik adalah menghindari penggunaan bahan makanan
yang berasal dari sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan
secara kualitasnya. Bahan makanan yang akan diolah terutama daging, susu, telor,
ikan/udang dan sayuran harus baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan
rasa, sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.
Bahan makanan kemasan (terolah), bahan tambahan, bahan penolong yang
dipergunakan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah terdaftar pada Departemen
Kesehatan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
1) Makanan kemasan (terolah) : · mempunyai label dan merk
· terdaftar dan mempunyai nomor daftar · kemasan tidak rusak/pecah atau kembung · belum kadaluarsa
· kemasan digunakan hanya untuk satu kali penggunaan 2) Makanan yang tidak dikemas :
· baru dan segar
· tidak basi, busuk, rusak dan berjamur · tidak mengandung bahan yang dilarang.
(48)
(Depkes RI, 2002)
2.17.2. Penyimpanan Bahan Makanan
Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat.
Bahan makanan yang tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan
makanan RS perlu penyimpanan yang baik, mengingat sifat bahan makanan yang
berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat terjaga. Cara
penyimpanan yang memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi
syarat.
b. Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi
kesempatan serangga atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk
produk yang mudah busuk atau rusak agar disimpan pada suhu yang dingin.
Penyimpanan bahan makanan yang tidak baik, terutama dalam jumlah yang
banyak (untuk katering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan
tersebut. Adapun tata cara penyimpanan bahan makanan yang baik menurut higiene dan
sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1. Suhu penyimpanan yang baik
Setiap bahan makanan mempunyai spesifikasi dalam penyimpanan tergantung kepada
besar dan banyaknya makanan dan tempat penyimpanannya. Sebagian besar dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Makanan jenis daging, ikan, udang dan olahannya § Menyimpan sampai 3 hari : -50 sampai 00 C § Penyimpanan untuk 1 minggu : -190 sampai -50 C
(49)
§ Penyimpanan lebih dari 1minggu : dibawah -100 C b. Makanan jenis telor, susu dan olahannya
§ Penyimpanan sampai 3 hari : -50 sampai 70 C § Penyimpanan untuk 1 minggu : dibawah -50 C
§ Penyimpanan paling lama untuk 1 minggu : dibawah -50 C
c. Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan paling lama 1
minggu yaitu 7º Csampai 10˚C.
d. Tepung, biji-bijian dan umbi kering pada suhu kamar (250C).
2. Tata cara Penyimpanan
a. Peralatan penyimpanan
1) Penyimpanan suhu rendah dapat berupa:
a) Lemari pendingin yang mampu mencapai suhu 100 – 150 C untu
penyimpanan sayuran, minuman dan buah serta untuk display penjualan
makanan da minuman dingin.
b) Lemari es (kulkas) yang mampu mencapai suhu 10- 40 C dalam keadaanisi
bisa digunakan untuk minuma, makanan siap santap dan telor.
c) Lemari es (Freezer) yang dapat mencapai suhu -50 C, dapat digunakan untuk penyimpanan daging, unggas, ikan, dengan waktu tidak lebih dari 3
hari.
d) Kamar beku yang merupakan ruangan khusus untuk menyimpan makanan
beku (frozen food) dengan suhu mencapai -200 C untuk menyimpan daging dan makanan beku dalam jangka waktu lama.
(50)
Untuk makanan kering dan makanan terolahan yang disimpan dalam
suhu kamar, maka rang penyimpanan harus diatur sebagai berikut:
a) Makanan diletakkan dalam rak-rak yang tidak menempel pada dinding,
lantai dan langit-langit, maksudnya adalah untuk sirkulasi udara agar
udara segar dapat segera masuk keseluruh ruangan, mencegah
kemungkinan jamahan dan tempat persembunyian tikus, untuk
memudahkan pembersihan lantai, untuk mempermudah dilakukan stok
opname
b) Setiap makanan ditempatkan dalam kelompoknya dan tidak bercampur
baur
c) Untuk bahan yang mudah tercecer seperti gula pasir, tepung, ditempatkan
dalam wadah penampungan sehigga tidak mengotori lantai.
TABEL 2.1 Persyaratan penyimpanan bahan makanan mudah membusuk
Digunakan Untuk No Jenis Bahan Makanan 3 hari / kurang
(ºC)
1 minggu /kurang (ºC)
1 minggu (ºC)
1 Daging, ikan, udang, dan
olahannya
-5 s/d 0 -10 s/d -5 -10
2 Telur, susu, dan olahannya 5 s/d 7 -5 s/d 0 -5
3 Sayur, buah, dan minuman 10 10 10
4 Tepung dan biji-bijian 25 25 25
(51)
3. Cara penyimpanan
a. Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu dapat
merata keselutuh bagian
b. Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam wadah
(container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau lemari
yang berbeda.
c. Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi sirkulasi
udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari yang terlalu
padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak sesuai dengan
kebutuhan.
d. Penyimpanan didalam lemari es:
a. Bahan mentah harus terpisah dari makanan siap santap
b. Makanan yang berbau tajam harus ditutup dalam kantong plastik yang rapat dan
dipisahkan dari makanan lain, kalau mungin dalam lemari yang berbeda, kalau
tidak letaknya harus berjauhan.
c. Makanan yang disimpan tidak lebih dari 2 atau 3 hari harus sudah dipergunakan
d. Lemari tidak boleh terlalu sering dibuka, maka dianjurkan lemari untuk keperluan
sehari-hari dipisahkan dengan lemari untuk keperluan penyimpanan makanan
e. Penyimpanan makanan kering
a. Suhu cukup sejuk, udara kering dengan ventilasi yang baik
b. Ruangan bersih, kering, lantai dan dinding tidak lembab
c. Rak-rak berjarak minimal 15 cm dari dinding lantai dan 60cm dari langit-langit
(52)
e. Penempanan dan pengambilan barang diatur dengan sistem FIFO (firsin first out) artinya makanan yang masuk terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu.
4. Administrasi penyimpanan
Setiap barang yang dibeli harus dicatat dan diterima oleh bagian gudang untuk
ketertiban adminisrasinya. Setiap jenis makanan mempunyai kartu stock, sehingga bila
terjadi kekurangan barang dapat segera diketahui.
2.17.3. Proses pengolahan Makanan
Pada proses/cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu :
a. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat
pengolahan ini sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam
proses pengolahan makanan, karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya
harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur yang baik harus memenuhi persyaratan
sanitasi.
b. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan
makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan
pengangkutan sampai penyajian. Dalam proses pengolahan makanan, peran dari
penjamah makanan sangatlah besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai
peluang untuk menularkan penyakit. Banyak infeksi yang ditularkan melalui
penjamah makanan, antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan, kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan
(53)
melalui kulit. Oleh sebab itu penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan
terampil.
Pengolahan harus dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan perilaku
yang hygienis :
a) Tidak merokok selama mengolah makanan.
b) Tidak makan atau mengunyah.
c) Tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin.
d) Tidak menggunakan peralatan atau fasilitas kerja yang bukan peruntukannya.
e) Tidak mengerjakan kebiasaan yang menjijikan selama mengolah makanan seperti
mengorek, mencungkil, menggaruk, menjilat atau meludah.
f) Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari
kontak langsung dengan tubuh.
g) Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan makanan
jadi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan,
sendok, garpu dan sejenisnya.
h) Tenaga pengolah makanan harus selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara
rutin/berkala minimal 6 bulan sekali.
c. Cara pengolahan makanan
Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan
(54)
higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP(good manufacturing practice).(Depkes RI, 2002)
2.17.4. Penyimpanan makanan jadi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan matang
adalah sebagai berikut :
a. Makanan yang disajikan panas harus tetap disimpan dalam suhu diatas 600C
b. Makanan yang akan disajikan dingin disimpan dalam suhu dibawah 40C
c. Makanan yang disajikan dalam kondisi panas yang disimpan dengan suhu dibawah
40C harus dipanaskan kembali sampai 600C sebelum disajikan.
Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat
penyimpanan makanan pada suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin.
Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan pada suhu dingin yaitu < 40C.
Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -10C
(Depkes RI, 2002)
2.17.5. Pengangkutan makanan jadi
Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau
penyimpanan perlu mendapat perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga,
debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau
bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan panas
60˚C atau tetap dingin 4˚C.
Makanan yang telah matang atau siap disaji, tidak semuanya langsung dikonsumsi
(55)
memiliki resiko pencemaran bakteriologis terutama bila dalam pengangkutannya tidak
memenuhi prinsip hygiene dan sanitasi makanan.
Suhu makanan yang diangkut dari tempat pengolahan ke tempat penyajian harus
dipertahankan, yaitu:
a. Makanan yang akan disajikan lebih dari 6 jam dari waktu pengolahan harus diatur
suhunya pada suhu dibawah 40C atau dalam keadaa beku 00C
b. Makanan yang akan disajikan kurang dari 6 jam dapat diatur suhunya dengan suhu
kamar asal makanan segera dikonsumsi dan tidak menunggu
c. Pemanasan kembali makanan beku (reheating) dengan pemanasan biasa atau
microwave sampai suhu stabil terendah 600C
Hindari suhu makanan berada pada suhu antara 240C sampai 600C, karena pada
suhu tersebut merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhan bakteri pathogen dan puncak
optimalnya pada suhu 370 C.
Prinsip pengangkutan makanan matang / siap saji adalah sebagai berikut:
a. Setiap makanan mempunyai wadah masing-masing. Isi makanan tidak terlampau
penuh untuk mencegah tumpah. Wadah harus mempunyai tutup yang rapat dan
tersedia lubang hawa (ventilasi) untuk makanan panas. Uap makanan harus dibiarkan
terbuang agar tidak terjadi kondensasi. Air uap kondesasi merupakan media yang baik
untuk pertmbuhan bakteri sehingga makanan menjadi basi.
b. Wadah yang dipergunakan harus utuh, kuat dan ukurannya memadai dengan makanan
yang ditempatkan dan tidak berkarat atau bocor.
c. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur suhunya dalam keadaan tetap
(56)
d. Wadah selama perjalanan tidak dibuka sampai tempat penyajian
e. Kedaraan pengangkut disediakan khusus dan tidak bercampur dengan keperluan
mengangkut bahan lain.
(Depkes RI, 2002)
2.17.6. Pendistribusian makanan jadi
Untuk sampai kepada pasien, makanan setelah mengalami proses pemasakan
harus didistribusikan menurut ketentuan yang telah ditetapkan. Umumnya ada dua cara
distribusi / pembagian makanan yang banyak dilakukan pada rumah sakit, yaitu :
a. Distribusi makanan yang dipusatkan
Cara ini lazim disebut cara distribusi ”Sentralisasi”. Dengan ketentuan ini,
makanan tiap pasien langsung dibagikan pada masing-masing alat makan pasien di
pusat penyelenggaraan makanan (tempat pengolahan makanan).
b. Distribusi makanan tidak dipusatkan
Cara ini disebut ”Desentralisasi”. Semua makanan dalam jumlah banyak/besar
dibawa kedapur ruangan perawatan pasien. Selanjutnya dibagikan petugas gizi ke alat
makan pasien didapur ruangan tersebut.
Kedua cara diatas dapat pula digunakan bersama-sama pada suatu rumah sakit
bila dianggap perlu. Makanan yang dibagikan petugas dapur kepada masing-masing
unit perawatan harus dengan cara hygienis.
(Depkes RI, 2002)
(57)
Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut
terhindar dari pencemaran, peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih,
petugas yang menyajikan harus sopan serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan
pakaiannya. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat mengurangi
selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip
hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup. Tujuannya adalah :
1) Makanan tidak terkontaminasi silang
2) Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
3) Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
b. Prinsip Kadar air atinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi
(kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah)
lebih mudah menjadi rusak (basi)
c. Prinsip Edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastik.
d. Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti
makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar
(58)
e. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu
makanan sebelum ditempatkan dalamfood warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji panas)
f. Prinsip Alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih
artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau
cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan
memberikan penampilan yang estetis.
g. Prinsip Handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah:
1) Mencegah pencemaran dari tubuh
2) Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi
(Depkes RI, 2002)
2.18. Keadaan dan Kelengkapan Fasilitas Sanitasi 2.18.1. Penyediaan Air Bersih
a. Menggunakan sistem perpipaan
b. Ada bak persediaan air, konstruksinya aman, mudah dibersihkan dan tertutup
c. Harus memenuhi syarat secara fisik, kimia, dan bakteriologis
(59)
a. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, mempunyai
tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan
makanan jadi yang cepat membusuk
b. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
c. Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah
d. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam
e. Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga, tikus,
atau hewan lain dan terletak ditempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkut sampah.
2.18.3. Pembuangan Air Limbah
a. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap air,
tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai saluran tertutup,
septic tank dan riol.
b. Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus memenuhi persyaratan
menurut Pedoman Plumbing Indonesia
c. Saluran air limbah dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak (grease trap)
2.18.4. Toilet/kamar mandi
a. Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur, ruang persiapan makanan,
ruang tamu dan gudang makanan
b. Toilet pria terpisah dengan toilet pria
(1)
8. Bila ya, apakah anda dapat menggunakannya?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah di instalasi tersedia kotak P3K?
a. Ya
(2)
Kepmenkes 1098/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Instalasi Gizi Rumah Sakit
FORM PENILAIAN PEMERIKSAAN HYGIENE DAN SANITASI
PENGELOLAAN MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT
1.
Nama Rumah Sakit : RS. Martha Friska
2.
Alamat Rumah Sakit :
Jl. Komodor Laut Yos Sudarso Km 6 No.
3.
Tanggal Pemeriksaan : Desember 2010
NO VARIABEL BOBOT KOMPONEN YANG DINILAI NILAI SKOR
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Lokasi dan Bangunan
a. Tidak berada padaarah angin dari sumber pencemaran debu, asap, bau, dan cemaran lainnya.
6
1 Lokasi 2
b. Tidak berada pada jarak ‹ 100 meter dari sumber pencemaran debu, asap, baud an cemaran lainnya.
4
a. Terpisah dengan tempat tinggal termasuk tempat tidur
4
b. Kokoh/kuat/permanen 2
c. Rapat serangga 2
2 Bangunan 2
d. Rapat tikus 2
a. Terdiri dari dapur dan ruang makan 4
b. Ada toilet/jamban 2
c. Ada gudang bahan makanan 1
d. Ada ruang karyawan 1
e. Ada ruang administrasi 1 3 Pembagian Ruang 1
f. Ada gudang peralatan 1
a. Bersih 4
b. Kedap air 2
c. Tidak licin 1
d. Rata 1
e. Kering 1
4 Lantai 0,5
F Konus 1
a. Kedap air 4
b. Rata 3
5 Dinding 0,5
c. Bersih 3
a. Tersedia dan berfungsi baik 5 b. Menghilangkan bau tak enak 3
A.
6 Ventilasi 1
c. Cukup menjamin rasa nyaman 2 a. Tersebar merata disetiap ruangan 5 b. Intensitas cahaya 10 fc 3 7 Pencahayaan/
penerangan
1
c. Tidak menyilaukan 2
a. Tidak menjadi sarang tikus dan serangga
5
b. Tidak bocor 3
8 Atap 0,5
c. Cukup landai 2
a. Tinggi minimal 2,4 meter 4
b. Rata dan bersih 4
9 Langit-langit 0,5
c. Tidak terdapat lubang-lubang 2 a. Rapat serangga dan tikus 4 b. Menutup dengan baik dan membuka
arah luar
3
10 Pintu 1
(3)
mudah dibersihkan
Fasilitas Sanitasi
a. Jumlah mencukupi 5
b. Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
2 c. Angka kuman tidak melebihi nilai
ambang batas
2
B
11 Air bersih 3
d. Kadar bahan kimia tidak melebihi nilai ambang batas
1 a. Air limbah mengalir dengan lancar 3 b. Terdapat grease trap 3
c. Saluran kedap air 2
12 Pembuangan air limbah
2
d. Saluran tertutup 2
a. Bersih 3
b. Letaknya tidak berhubungan langsung dengan dapur atau ruang makan
2 c. Tersedia air bersih yang cukup 2 d. Tersedia sabun dan alat pengering 2
13 Toilet 1
e. Toilet untuk pria terpisah dengan wanita
1 a. Sampah diangkut tiap 24 jam 4 b. Disetiap ruang penghasil sampah
tersedia tempat sampah
3 c. Dibuat dari bahan kedap air dan
mempunyai tutup
2 14 Tempat sampah 2
d. Kapasitas tempat sampah terangkat oleh seorang petugas sampah
1 a. Tersedia air cuci tangan yang
mencukupi
5 b. Tersedia sabun/detergent dan alat
pengering/lap
3 15 Tempat cuci tangan 2
c. Jumlanya cukup untuk karyawan 2 a. Tersedia air dingin yang cukup
memadai
2 b. Tersedia air panas yang cukup memadai 2 c. Terbuat dari bahan yang kuat, aman dan
halus
2 16 Tempat mencuci
peralatan
1
d. Terdiri dari 3 bilik/bak pencuci 4 a. Tersedia air pencuci yang cukup 5 b. Terbuat dari bahan yang kuat, aman dan
halus
3 17 Tempat mencuci
bahan makanan
1
c. Air pencuci yang dipakai mengandung larutan cuci hama
2 a. Tersedia locker karyawan dari bahan
yang kuat, mudah dibersihkan, dan mempunyai tutup rapat
2
b. Jumlahnya cukup 3
c. Letak kocker dalam ruang tersendiri 3 18 Locker karyawan 1
d. Locker untuk karyawan pria terpisah dengan locker untuk wanita
2 a. Setiap lubang ventilasi dipasang kawat
kasa serangga
3 b. Setiap lubang ventilasi dipasang terali
tikus
2 c. Persilangan pipa dan dinding tertutup
rapat
2 19 Peralatan pencegah
masuknya serangga dan tikus
2
d. Tempat tandon air mempunyai tutup dan bebas jentik nyamuk
3
Dapur, ruang makan, dan gudang bahan makanan C
(4)
b. Ada fasilitas penyimpanan makanan (kulkas/freezer)
2 c. Tersedia fasilitas penyimpanan
makanan panas (thermos panas, kompor panas, heater)
2
d. Ukuran dapur cukup memadai 1 e. Ada cungkup dan cerobong asap 1 f. Terpasang tulisan pesan-pesan hygiene
bagi penjamah/karyawan
1 a. Perlengkapan ruang makan selalu
bersih
3 b. Ukuran ruang makan minimal 0,85 m2
per kursi tamu
2 c. Pintu masuk buka tutup otomatis 2 d. Tersedia fasilitas cuci tangan yang
memenuhi estetika
2 21 Ruang makan 5
e. Tempat peragaan makanan jadi tertutup 1 a. Tidak terdapat bahan lain selain bahan
makanan
4 b. Tersedia rak-rak penempatan bahan
makanan sesuai dengan ketentuan
2 c. Kapasitas gudang cukup memadai 2 22 Gudang bahan
makanan
3
d. Rapat serangga dan tikus 2
D Bahan makanan dan makanan jadi
a. Kondisi fisik bahan makanan dalam keadaan baik
3 b. Angka kuman dan bahan kimia bahan
makanan memenuhi persyaratan yang ditentukan
3
c. Bahan makanan berasal dari sumber resmi
2 23 Bahan makanan 5
d. Bahan makanan kemasan terdaftar pada depkes RI
2 a. Kondisi fisik makanan jadi dalam
kemasan baik
4 b. Angka kuman dan bahan kimia
makanan jadi memenuhi persyaratan yang ditentukan
3 24 Makanan jadi 6
c. Makanan jadi kemasan tidak ada tanda-tanda kerusakan dan terdaftar pada Depkes RI
3
E Pengolahan makanan
a. Tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benar dan cara kerja yang bersih
5
b. Pengambilan makanan jadi menggunakan alat yang khusus
3 25 Prosese pengolahan 5
c. Menggunakan peralatan dengan benar 2
F Tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
a. Suhu dan kelembapan penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis makanan
3
b. Ketebalan penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis makanan
2 c. Penempatannya terpisah dengan
makanan jadi
2 d. Tempatnya bersih dan terpelihara 2 26 Penyimpanan bahan
makanan
4
e. Disimpan dalam aturan sejenis dan disusun dalam rak-rak
1 27 Penyimpanan 5 a. Suhu dan waktu penyimpanan sesuai 6
(5)
dengan persyaratan makanan jadi makanan jadi
b. Cara penyimpanan tertutup 4
G Penyajian makanan
a. Suhu penyajian makanan hangat tidak kurang dari 60ºC
3 b. Pewadahan dan penjamah makanan jadi
menggunakan alat yang bersih
3 c. Cara membawa dan menyajikan
makanan dengan tertutup
2 28 Cara penyajian 5
d. Penyajian makanan harus pada tempat yang bersih
2
H Peralatan
a. Cara pencucian, pengeringan, dan penyimpanan peralatan memenuhi persyaratan agar selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan
4
b. Peralatan dalam keadaan baik dan utuh 2 c. Peralatan makan dan minum tidak
boleh mengandung angka kuman yang melebihi nilai ambang batas yang ditentukan
2
d. Permuakaan alat yang kontak langsung dengan makanan tidak ada sudut mati dan halus
1 29 Ketentuan peralatan 15
e. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak mengandung zat beracun
1
I Tenaga kerja
a. Pemilik/pengusaha pernah mengikuti kursus/temu karya
2 b. Supervisor pernah mengikuti kursus 2 c. Semua penjamah makanan pernah
mengikuti kursus
4 30 Pengetahuan/sertifikat
hygiene sanitasi makanan
4
d. Salah seorang penjamah pernah mengikuti kursus
2
a. Bersih 3
b. Tersedia pakaian kerja seragam 2 stel atau lebih
2 c. Penggunaan khusus waktu kerja saja 2
d. Lengkap dan rapi 3
31 Pakaian kerja
e. Tidak tersedia pakaian kerja seragam 0 a. Karyawan/penjamah 6 bulan sekali
check up kesehatan
3 b. Pernah vaksinasi chotypha/thypoid 2 c. Check up penyakit khusus 1 d. Bila sakit tidak bekerja dan berobat ke
dokter
2 32 Pemeriksaan
kesehatan
e. Memiliki buku kesehatan karyawan 2 a. Setiap karyawan/penjamah makanan
berperilaku bersih dan berpakaian rapi 3 b. Setiap mau kerja cuci tangan 3 c. Menutup mulut dengan sapu tangan bila
batuk-batuk atau bersin
2 33 Personal hygiene
d. Menggunakan alat yang sesuai dan bersih bila mengambil makanan
2
Medan, Desember 2010
Mengetahui
Pemeriksa
(6)