berhubungan dengan kebiasaan merokok. Di Asia kebiasaan merokok masih tinggi, tetapi angka kebiasaan merokok pada laki-laki berkurang. Angka
kebiasaan merokok pada perempuan Asia masih rendah, tetapi sekarang semakin meningkat pada perempuan-perempuan usia muda.
21
Penyebab lain dari kanker paru adalah polusi udara, paparan terhadap arsen, asbestos, radon, chloromethyl ethers, chromium, mustard gas,
penghalusan nikel, hidrokarbon polisiklik, beryllium, cadmium, dan vinyl chloride. Insidensi kanker paru yang lebih tinggi juga ditemukan pada
industri-industri gas-batu bara, proses penghalusan logam. Predisposisi genetik juga memegang peranan dalam etiologi kanker paru.
19
2.4. Diagnosis Kanker Paru
2.4.1. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis baik tanda maupun gejala kanker paru sangat bervariasi. Faktor-faktor seperti lokasi tumor, keterlibatan kelenjar getah
bening di berbagai lokasi, dan keterlibatan berbagai organ jauh dapat mempengaruhi manifestasi klinis kanker paru.
22
Manifestasi klinis kanker paru dapat dikategorikan menjadi :
19,22
2.4.1.1. Manifestasi Lokal Kanker Paru Intrapulmonal Intratorakal
Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengantanpa produksi sputum. Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel
Universitas Sumatera Utara
bronkoalveolar bronchoalveolar cell carcinoma. Hemoptisis batuk darah merupakan gejala pada hampir 50 kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan
bervariasi mulai dari nyeri pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding dada atau mediastinum. Susah bernafas
dyspnea dan penurunan berat badan juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan pneumonia segmental mungkin
terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas. Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial obstruksi. Stridor
dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.
2.4.1.2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal
Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasiekstensi kanker paru ke strukturorgan sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh
keterlibatan pleura atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi perikardial dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler.
Tumor lobus atas kanan atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan kompresi vena kava superior dari eksternal. Dengan demikian
pasien tersebut akan menunjukkan suatu sindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembabplethora, lehar edema dan kongesti, pelebaran
vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan pleksus brakialis dan
menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus laringeus rekurens
Universitas Sumatera Utara
yang berjalan di atas arcus aorta dan menyebabkan suara serak dan paralisis pita suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang
membesar dapat menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.
2.4.1.3. Manifestasi Ekstratorakal Non Metastasis
Kira-kira 10-20 pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik. Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor,
melainkan karena zat hormonpeptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri
abdomen, confusion, atau gejala yang lebih spesifik seperti galaktorea galactorrhea. Produksi hormon lebih sering terjadi pada karsinoma sel kecil
dan beberapa sel menunjukkan karakteristik neuro-endokrin. Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic hormone ACTH, antidiuretic
hormone ADH, kalsitonin, oksitosin dan hormon paratiroid. Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasien-pasien kanker paru, namun hanya
sekitar 5 pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh clubbing finger dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy HPOA juga termasuk
manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan sindroma neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan
dengan kanker paru.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Sindroma Paraneoplastik
19
Sering terjadi Jarang terjadi
Secara umum Anoreksia
Kaheksia Penurunan berat badan
Jari tabuh HPOA
Demam Endokarditis marantik
Endokrin Hiperkalsemia
SIADH Hematologi
Anemia Polisitemia
Jaringan ikatvaskulitis Dermatomiositispolimiositis
Systemic Lupus Erythematosus Kulit
Acanthosis nigricans Iktiosis didapat
Keratoderma palmoplantar didapat
Dermatomiositis Eritema annulare
Dermatitis eksfoliatif Pemfigus
Pruritis Hiperkalsitonemia
Hipoglikemia Hipofosfatemia
Asidosis laktat
Hematologi Amiloidosis
Eosinofilia Lekositosis
Reaksi lekoeritroblastik Polisitemia
Trombositopenia
Universitas Sumatera Utara
Neurologi Sindroma miastenia Lam
bert-Eaton Neuropati perifer
Endokrin Akromegali
Sindroma karsinoid Sindroma Cushing
Ginekomastia Neurologi
Neuropati otonomik Degenerasi serebelar
Ensefalitis limbic Mielinosis pontin
Retinopati Ginjal
Glomerulonefritis Tubulointerstitial
2.4.1.4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan 20 dari berat badan sebelumnya bulan sebelumnya sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan
metastasis ke hepar sering mengeluhkan penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit.
Keterlibatan organ-organ ini dapat menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi ke tulang mana saja namun cenderung melibatkan tulang
iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala-gejala neurologi, seperti confusion, perubahan
kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening supraklavikular dan servikal
Universitas Sumatera Utara
anterior dapat terlibat pada 25 pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin dalam mengevaluasi pasien kanker paru.
2.4.2. Pemeriksaan Fisik