biopsi aspirasi menunjukkan cakupan diagnostik yang lebih tinggi pada kanker paru sentral atau tumor endobronkial.
Ditemukan diagnosis pasti pada 11 orang pasien dengan sputum post-bronkoskopi, dan pada 10 orang tidak
ditemukan lesi endobronkial.
15
Penelitian Funahashi, dkk. 1979 melibatkan 273 orang pasien yang dilakukan tindakan bronkoskopi dan dipantau selama 27 bulan, didapatkan
hasil sensitivitas kombinasi sitologi aspirasi bronkus dengan sputum post bronkoskopi meningkat dari 41 17 orang menunjukkan hasil positif dari 41
pasien yang tidak tampak kelainannya secara bronkoskopi menjadi 61 25 orang positif dari 41 pasien yang tidak tampak kelainannya secara
bronkoskopi.
16
Namun pada penelitian Kvale, Bode, dan Kini 1976 yang meneliti tindakan bronkoskopi fleksibel pada 228 pasien untuk menentukan jenis
spesimen mana yang memberikan nilai diagnostik terbanyak, didapatkan sitologi sputum post-bronkoskopi positif pada 40 kasus, kombinasi sikatan
bronkus dan biopsi 65, dan yang paling akurat adalah kombinasi sikatan bronkus dengan biopsi bronkus 79.
17
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil uraian dan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti apakah pemeriksaan sitologi sputum induksi NaCl 3 berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan pemeriksaan sitologi sputum post-bronkoskopi secara fiksasi Saccomanno dalam membantu penegakan diagnosis kanker paru.
1.3. Hipotesis
Pemeriksaan sitologi sputum induksi NaCl 3 berbeda dengan pemeriksaan sitologi sputum post-bronkoskopi secara fiksasi Saccomanno
dalam membantu penegakan diagnosis kanker paru.
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum
Membandingkan ketepatan pemeriksaan sitologi sputum induksi NaCl 3 dengan sitologi sputum post-bronkoskopi secara fiksasi
Saccomanno dalam membantu penegakan diagnosis kanker paru.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh gambaran karakteristik umur dan jenis kelamin pasien yang dicurigai menderita kanker paru yang
termasuk dalam criteria inklusi penelitian yang dirawat di beberapa rumah sakit di Medan RS. Adam Malik, RS.
Tembakau Deli, dan RS. Tentara Putri Hijau Kesdam Tk.IIBB.
2. Untuk mengetahui distribusi kasus kanker paru yang sesuai dengan gambaran radiologi foto toraks, CT scan toraks dan
pemeriksaan patologi anatomi pada penderita kanker paru yang dirawat di beberapa rumah sakit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui ketepatan pemeriksaan sitologi sputum induksi NaCl 3 dengan fiksasi Saccomanno.
4. Untuk mengetahui ketepatan sitologi sputum post- bronkoskopi dengan fiksasi Saccomanno.
1.5. Manfaat Penelitian
Pemeriksaan sitologi sputum yang diinduksi dengan NaCl 3 dan difiksasi dengan larutan Saccomanno belum lazim dilakukan di rumah sakit-
rumah sakit di Medan, sehingga kalau penelitian ini berhasil diharapkan teknik ini dapat menjadi salah satu pemeriksaan diagnostik non invasif yang
dapat diandalkan untuk membantu penegakan diagnosis kanker paru, terutama di daerah-daerah perifer.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kanker Paru
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari
luar paru metastasis tumor di paru. Namun dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kanker paru adalah kanker paru primer, yaitu tumor ganas
yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus bronchogenic carcinoma.
18
2.2. Epidemiologi Kanker Paru
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar 20 dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1
dari 13 orang dan 12 dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru
dilaporkan setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang
meninggal karena kanker.
19
American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat pada tahun 2010 sebagai berikut :
20
- Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa 116.750 orang laki-laki dan 105.770 orang perempuan.
Universitas Sumatera Utara
- Estimasi kematian karena kanker paru sekitar 157.300 kasus 86.220 pada laki-laki dan 71.080 pada perempuan, berkisar 28 dari semua kasus
kematian karena kanker.
Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia: di Eropa
insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien 75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki
dan 72 pada perempuan. Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini terutama berhubungan dengan kebiasaan
merokok yang bervariasi di seluruh dunia.
19
Di Indonesia data epidemiologi belum ada. Di Rumah Sakit Persahabatan jumlah kasus tumor ganas intratoraks cukup sering ditemukan.
Kekerapan kanker paru di rumah sakit itu merupakan 0.06 dari jumlah seluruh penderita rawat jalan dan 1.6 dari seluruh penderita rawat inap.
18
2.3. Faktor Risiko dan Etiologi Kanker Paru