beberapa bulan tidak perlu mengkhawatirkan adanya pencemaran bakteri, oleh karena itu tidak diperlukan pengawetan sediaan.
32
2.4.5. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah tindakan medis yang bertujuan untuk melakukan visualisasi trakea dan bronkus, melalui bronkoskop, yang berfungsi dalam
prosedur diagnostik dan terapi penyakit paru.
33
Bronkoskopi dengan tujuan diagnostik dapat diandalkan untuk mengambil jaringan atau bahan agar dapat
dipastikan ada tidaknya sel ganas. Pemeriksaan ada tidaknya massa intra bronkus atau perubahan mukosa saluran nafas, seperti terlihat kelainan
mukosa, misalnya berbenjol-benjol, hiperemis, atau stenosis infiltratif, mudah berdarah. Prosedur ini juga dapat menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening, yaitu dengan menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening subkarina atau intra bronkus.
Tampakan yang abnormal sebaiknya diikuti dengan tindakan biopsi tumordinding
bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.
18
Jenis Bronkoskopi
Berdasarkan bentuk dan sifat alat bronkoskopi, saat ini dikenal dua macam bronkoskopi, yaitu Bronkoskopi Kaku Rigid dan Bronkoskopi Serat
Optik Lentur BSOLFleksibel.
33
Universitas Sumatera Utara
Bronkoskopi Serat Optik Lentur BSOLFleksibel
Bronkoskopi ini mulai diperkenalkan oleh Shigeta Ikedo pada International Congress on Diseases of The Chest ke-9 di Kopenhagen tahun
1966.
33
Bronkoskopi serat optik lentur BSOL juga dikenal sebagai Fiber Optic Bronchoscopy FOB, atau Flexible Bronchoscopy FB umumnya
digunakan untuk diagnostik invasif dan tindakan terapeutik.
33,34
Gambar 2. Bronkoskopi Serat Optik Lentur BSOL.
34
Indikasi BSOLFB baik untuk diagnostik antara lain adalah hemoptisisbatuk darah, adanya wheezingstridor, infiltrat paru yang tidak
diketahui etiologinya, kolaps paru yang tidak diketahui penyebabnya, curiga karsinoma paru, massa mediastinalhilus, trauma dadaruptur saluran nafas
sentral, dan lain-lain. Sedangkan kontraindikasinya adalah :
35
Universitas Sumatera Utara
a. Kontraindikasi absolut hipoksemia yang tidak dapat dikoreksi, pasien inkooperatif, kurangnya keterampilan operator maupun fasilitasperalatan,
unstable angina, aritmia yang tidak terkontrol. b. Kontraindikasi relatif hiperkarbia yang berat, asma yang tidak terkontrol,
koagulopati yang tidak terkoreksi, unstable cervical spine, membutuhkan pengambilan spesimen dalam jumlah banyak, debilitas, usia lanjut,
malnutrisi.
Pengambilan Spesimen
Dengan menggunakan bronkoskop dapat dilakukan berbagai teknik pengambilan spesimen untuk dilakukan pemeriksaan sitologi ataupun
histopatologi yang sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosa. Spesimen dapat diambil dengan cara, seperti :
35
1. Cucian bronkus bronchial washing Manfaat cucian bronkus ini kebanyakan adalah untuk diagnosis
penyakit saluran napas termasuk tumor paru primer ataupun sekunder dan infeksi jamur atau mikobakterium. Cucian bronkus merupakan
pengambilan spesimen yang paling mudah tetapi memiliki cakupan diagnostik yang paling kecil dalam tindakan bronkoskopi sensitivitas 27-
90, dengan cakupan yang paling besar untuk lesi-lesi sentral. 2. Sikatan bronkus bronchial brushing
Pertama kali diperkenalkan tahun 1973 dan menunjukkan cakupan diagnostik yang cukup tinggi pada kebanyakan kasus kanker paru.
Universitas Sumatera Utara
Umumnya sikatan bronkus ini positif pada 72 kasus kanker paru sentral dan 45 kasus kanker paru perifer, tetapi bila dikombinasikan dengan
biopsi endobronkial lesi sentral akan mencakup 79-96 kasus. Biasanya sikatan bronkus dilakukan setelah semua spesimen diambil untuk
mencegah terjadinya perdarahan atau distorsi sel yang akan mengaburkan interpretasi sewaktu tindakan bronkoskopi.
3. Protected Specimen Brush
Pertama kali diperkenalkan tahun 1979 oleh Wimberley dkk. sebagai suatu teknik pengambilan untuk mendapatkan diagnosis yang
akurat pada pasien-pasien pneumonia. Pada kasus VAP Ventilator- associated pneumonia, sensitivitasnya berkisar antara 58-86 dan
spesifisitasnya 71-100. Namun sekarang, teknik ini kurang dipopulerkan lagi.
4. Bronchoalveolar Lavage BAL Teknik ini merupakan prosedur standar diagnostik pada semua
pasien yang dicurigai mengalami kelainan paru difus infeksi, non infeksi, imunologik, atau keganasan. BAL mencakup komponen seluler maupun
non seluler dari lapisan cairan alveolus dan permukaan epitel saluran napas bawah, mewakili proses inflamasi dan status imun dari saluran
napas bawah dan alveoli. BAL dianjurkan bila ada kemungkinan terjadinya perdarahan saat dilakukannya sikatan bronkus, biopsi
transbronkial, aspirasi jarum transbronkial, ataupun bila tidak ada fasilitas fluoroskopi. BAL juga dapat mendiagnosis kanker paru primer perifer
Universitas Sumatera Utara
dengan cakupan diagnostik sekitar 33-69, bronkoalveolar carcinoma, maupun lymphangitic carcinomatosis.
5. Biopsi endobronkial Teknik ini sangat penting dan sederhana untuk mendiagnosis
kanker paru, dilakukan pada lesi-lesi yang jelas terlihat selama bronkoskopi. Biopsi endobronkial memiliki cakupan diagnostik berkisar
antara 51-97. Tiga sampel biopsi yang diambil dari lesi endobronkial akan memberikan cakupan sebesar 97, tetapi bisa menunjukkan hasil
yang negatif palsu bila terdapat nekrosis perifer. 6. Transbronchial Needle Aspiration TBNA
TBNA merupakan teknik yang sensitif, akurat, aman, dan efektif secara finansial untuk diagnosis maupun penentuan stadium kanker paru.
Pada beberapa kasus juga dapat digunakan untuk lesi-lesi benign jinak. Prinsipnya tidak ada kontraindikasi absolut dari TBNA. Sindroma vena
kava superior SVKS merupakan kontraindikasi relatif TBNA oleh karena dapat menyebabkan risiko perdarahan. Penegakan diagnosis dan staging
karsinoma bronkogenik dapat menggunakan jarum sitologi ukuran 21-22 gauge, tetapi untuk lesi jinak dan limfoma menggunakan jarum yang lebih
besar 19-gauge. Pada kanker paru TBNA memiliki sensitivitas 60-90, spesifisitas 98-100, dan akurasi 60-90. Sedangkan untuk mediastinal
staging TBNA memiliki sensitivitas 50, spesifisitas 96, dan akurasi 78. TBNA juga aman dipakai pada pasien-pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik.
Universitas Sumatera Utara
7. Biopsi transbronkial Teknik ini menggunakan forseps yang fleksibel yang diposisikan
ke lesi-lesi perifer parenkim paru melalui bronkoskop fleksibel. Pada beberapa keadaan teknik ini dapat menggantikan biopsi paru terbuka open
lung biopsy. Teknik ini memiliki sensitivitas berkisar antara 38-79 rata-rata 52 tergantung dari kelainan yang mendasarinya. Biasanya
dibuat 6-10 sampel dengan menggunakan tuntunan fluoroskopi. Bila dilakukan bersamaan dengan sikatan bronkus dan aspirasi jarum
transbronkial TBNA maka akan meningkatkan cakupan diagnostik untuk kanker paru yang perifer.
Penilaian visualisasi saluran trakeobronkial tracheobronchial system :
36
1. Normal
Gambar 3. Percabangan bronkus yang dapat dilihat bronkoskopis pada posisi pasien telentang supine.
36
Universitas Sumatera Utara
2. Perubahan inflamasi Inflamasi dapat bersifat generalisata generalized seperti pada bronkitis
kronis, atau terlokalisasi localized misalnya inflamasi di sekitar benda asing corpus alineum. Dapat juga bersifat akut pneumonia segmental atau kronis
tuberkulosis. Perubahan inflamasi meliputi : a. Mukosa hiperemis dan vaskuler bertambah merah gelap atau beefy-red.
Mukosa bronkus yang normal berwarna merah muda kepucatan palepink atau peach-coloured.
Gambar 4. Perubahan inflamasi pada bronkitis kronis.
36
b. Pembengkakan swelling
Pada inflamasi yang ringan, sudut karina dapat sedikit tumpul atau kabur, atau hilangnya kontur kartilago bronkus. Sedangkan pada inflamasi
yang berat, bronkus dapat menyempit.
Universitas Sumatera Utara
c. Sekresi
Mukosa yang normal hanya memproduksi sedikit mukus yang jernih untuk tujuan pembersihan. Pada inflamasi, sekresi dapat menjadi
kental, misalnya mukoid berlebihan bronkitis kronis, mukus kental dan tebal, membentuk plug asma, secret purulen infeksi berat, bronkitis
purulen.
d. Perubahan lokal localized changes
Reaksi lokal mendukung pada kemungkinan adanya pneumonia, abses paru, tuberkulosis, inhalasi benda asing, bronkiektasis, kanker paru,
dan lain-lain.
e. Perubahan lainnya associated changes
Terutama dapat terlihat pada pasien-pasien PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronis, yang meliputi atrofi submukosa, hipertrofi dinding
membran bronkiolus-bronkiolus kecil.
f. Tuberkulosis
Dapat terlihat inflamasi endobronkial atau distorsi lumen trakeabronkus oleh karena limfadenopati ekstrabronkial.
Universitas Sumatera Utara
g. Tumor paru
Secara bronkoskopi, tumor paru dapat terlihat dalam tiga bentuk utama :
- Distorsi dari bronkus karena tekanan dari luar pada pohon bronkus; limfadenopati sekunder mengakibatkan karina melebar, dinding
trakeabronkus utama menonjol. - Keterlibatan dinding bronkus dengan distorsi lokal atau ulserasi mukosa.
- Pertumbuhan intralumen bisa berasal dari tumor itu sendiri, perluasan dari massa tumor, atau rupturnya kelenjar getah bening ke dinding bronkus.
Pertumbuhan intralumen dapat terjadi sebagian atau total menutupi lumen bronkus.
Karakteristik bronkoskopi :
- Tampak massa berlobus-lobus atau nekrotik dan berwarna putihkrem, bercak-bercak darah dan pelebaran pembuluh darah di permukaan mukosa
bronkus.
2.5. Klasifikasi Kanker Paru