8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Anak Autis
1. Pengertian Autis
Autismn berasal dari bahasa Yunani authos yang artinya sendiri. Istilah autismn baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner.
Anak-anak dengan gangguan autis biasanya kurang dapat bersosialisasi dengan lingkungan, mereka cenderung menyendiri dan menghindari
kontak sosial. Orang disekitarnya dianggap sebagai objek benda bukannya subjek yang dapat diajak untuk berinteraksi dan berkomunikasi.
Menurut Joko 2012: 26 anak autis adalah gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat komplek berat dalam
kehidupan yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi sosial, kounikasi dan bahasa, serta gangguan emosi dan persepsi
sensori bahkan pada aspek motoriknya. Sedangkan menurut Jamila 2008: 103 Autisme adalah kategori ketidakmampuan yang ditandai dengan
adanya gangguan dalam komunikasi, interaksi sosial, gangguan indrawi, pola bermain, dan perilaku emosi. Selanjutnya, Autisme adalah kelainan
mental yang menyebabkan kesulitan berkomunikasi menggunakan bahasa dan konsep-konsep abstrak dengan orang lain Tynan, 2005: 40.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat ditegaskan bahwa pengertian autis adalah suatu jenis gangguan perkembangan yang meliputi
gangguan dalam berkomunikasi dan bahasa, interaksi sosial, dan pola
9 perilaku, sehingga diperlukan penanganan sejak dini agar dapat
meminimalisir gejala autis yang akan timbul. 2.
Karakteristik Anak Autis
Anak autis dapat dideteksi sejak dini dan orang tua dapat melakukannya sendiri dengan cara mengobservasi anak pada usia empat
bulan pertama. Seperti yang dikatakan Hasdianah 2013:125 para orang tua dianjurkan untuk mengobservasi anaknya sejak usia empat bulan
dengan cara memperhatikan beberapa aspek dibawah ini:
a. Dapat mengikuti objek yang digerakkan.
b. Menoleh ke arah sumber suara.
c. Reaksi menatap muka terhadap wajah seseorang.
d. Merespon bila ada yang mengajaknya tersenyum.
e. Pada usia 12 bulan bayi perlu diwaspadai mungkin adanya gejala
autis seperti: tidak adanya kontak mata, tidak bisa menunjuk objek tertentu, tidak bisa memberikan barang kepada orang, tidak mengerti
bila namanya dipanggil, tidak bisa berkomunika babbling mengatakan “pa pa”, “ma ma”, “da da”.
Bila orang tua menemukan gejala tersebut hendaknya langsung memeriksakankonsultasi anaknya kepada ahlinya, sehingga dapat
ditangani sejak dini. Terdapat tiga gejala utama individu dengan Autismn Spectrum
Disorder ASD yaitu gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan
10 bahasa, serta perilaku. Tiga gangguan tersebut saling terikat satu sama
lain seperti yang diilustrasikan gambar berikut.
Gambar 1. Gambar adanya saling keterkaitan tiga gangguan pada anak autis sumber: Joko, 2012: 27
Gambar di atas menunjukkan adanya keterikatan antara gangguan satu dengan gangguan lainnya. Menurut Joko Yuwono 2012: 28 jika
perilaku bermasalah maka dua aspek lainnya akan mengalami kesulitan dalam berkembang. Kemudian, jika aspek komunikasi dan berbahasa
anak tidak berkembang, maka anak akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi soaial dengan lingkungannya. Dengan demikian, ketiga
gangguan yang lekat pada anak austistik memiliki hubungan keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Selanjutnya Joko Yuwono 2012: 28 mengemukakan beberapa ciri-ciri anak-anak autis yang dapat diamati sebagai berikut:
a. Perilaku cuek terhadap lingkungan, perilaku tak terarah; mondar-
mandir, lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar, lompat-lompat, dsb., kelekatan terhadap benda tertentu, rigid routine, tantrum, obsessive-
11 compulsive behavior, terpukau terhadap benda yang berputar atau
benda yang bergerak. b.
Interaksi sosial tidak adanya kontak mata, dipanggil tidak menoleh, tak mau bermain dengan teman sebaya, asik bermain dengan dirinya
sendiri, tidak adanya empati dalam lingkungan. c.
Komunikasi dan bahasa terlambat berbicara, tak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan bahasa tubuh, berbicara
dengan bahasa yang tak dapat dipahami, echolalia, tak memahami pembicaraan orang lain.
Sedangkan, Wong, L. D., et. al. 2009: 458 menyatakan bahwa karakteristik anak autis dapat dibagi empat bagian, yaitu:
a. Hubungan sosial dan perilaku menyendiri, mempertahankan
kesamaanrutinitas, tidak merespon saat diajak bicara, kelekatan pada benda tertentu, pasif maupun mudah marah dan sering tantrum.
b. Perkembangan retardasi mental, keterampilan motorik kasar dapat
berkembang, normal sampai hiperaktif, dapat memiliki kemampuan luar biasa seperti kemampuan ingatan yang tinggi.
c. Bahasa ekolalia, pronominal terbalik.
d. Proses sensori atau persepsi tidak peka terhadap suara maupun
cahaya, sensitif terhadap suara, hiposensitif atau hipersensitif terhadap rasa sakit, tidak senang jika disentuh
Berdasarkan karakteristik anak autis yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anak autis
12 mengalami gangguan perkembangan dalam beberapa aspek, yaitu aspek
komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Anak autis sangat sulit untuk melakukan kontak mata dengan orang lain, berinteraksi atau bermain
dengan teman sebaya, mereka lebih senang dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Kesulitan yang dialami oleh anak autis
menyebabkan anak mengalami hambatan dalam menerima dan menyerap informasi dari orang lain maupun lingkungan sekitar, dan tentu saja
menghambat anak autis dalam pembelajaran di sekolah. Anak autis juga ditandai dengan kesulitan dalam memahami informasi secara verbal dan
cenderung menyerap informasi secara visual berupa gambar. Materi belajar yang diberikan kepada anak autis disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan belajar anak. Karakteristik anak autis yang menjadi subjek penelitian adalah anak dengan kesulitan melakukan
kontak mata, sulit melakukan komunikasi dua arah namun anak mampu mengeluarkan suara, artinya anak memiliki modal dalam berkomunikasi
secara verbal jika terus dilatih dan dibiasakan. Anak sudah mampu mengidentifikasi huruf namun anak belum mampu membaca suku kata
dan kata. Pemberian materi belajar yang diberikan dapat dibantu dengan menggunakan media sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai.
3. Gaya Belajar Anak Autis