72
Grafik 3. Frekuensi Kesalahan Membaca Dua Suku Kata Pola KV Subjek PRI pada Fase
Baseline-1 dan Intervensi
Berdasarkan data yang disajikan melalui tabel dan grafik garis di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi kesalahan subjek
setelah diberikan perlakuan menggunakan media visual kirigami pop up semakin menurun yang ditunjukkan dari jumlah kesalahan yang
dilakukan subjek semakin berkurang.
3. Deskripsi Baseline-2
Data kemampuan akhir atau fase baseline-2 mengenai kemampuan membaca permulaan pada subjek PRI diperoleh melalui
pemberian tes, yaitu berupa tes membaca. Tes tersebut dilakukan sama dengan pemberian tes pada fase baseline-1 dan intervensi. Penilaian yang
dilakukan oleh peniliti pada baseline-2, sama seperti dengan penilaian yang dilakukan pada baseline-1, yaitu peneliti mengamati cara subjek
membaca dua suku kata pola KV ketika diberikan soal tes. Subjek mendapat skor 1 jika subjek dapat membaca dua suku kata pola KV
sesuai dengan instruksi dalam waktu 30 detik, dan skor 0 jika subjek tidak
1 2
3 4
5 6
7 8
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi kesalahan
Baseline-1 A1 Intervensi
73 dapat membaca dua suku kata pola KV sesuai dengan intruksi atau tidak
memberikan respon. Berikut data pelaksanaan hasil tes dan pengamatan
pada baseline-2 yang dilakukan selama 3 sesi pada subjek PRI:
1. Sesi ke-1
Pemberian tes ke-1 pada baseline-2 dilaksanakan pada hari senin, 12 Oktober 2015. Pelaksanaan baseline-2 sama dengan
pelaksanaan pada baseline-1, subjek tidak diberikan perlakuaan menggunakan media visual kirigami pop up. Peneliti mengkondisikan
subjek untuk duduk tenang dikursi. Peneliti mengajak subjek untuk berdoa bersama dan mengucapkan salam selamat pagi kepada subjek.
Setelah itu, peneliti memberikan soal tes kepada subjek. Tes yang diberikan yaitu berupa dua suku kata pola KV yang terdiri dari:
a Buku
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “buku”. b
Bola Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “bola”
c Sapu
Subjek mampu memba ca dua suku kata dari kata “sapu”.
d Meja
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “meja”.
e Mata
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “mata”.
74 f
Gigi Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “gigi”.
g Jari
Subjek mampu membaca dua suku kata dari k ata “jari”
h Kaki
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “kaki”. 2.
Sesi ke-2 Pemberian tes ke-2 pada baseline-2 dilaksanakan pada hari
selasa, 13 Oktober 2015. Sama seperti halnya dengan pemberian tes pada sesi ke-1 baseline-2. Peneliti mengawali kegiatan belajar dengan
mengkondisikan subjek terlebih dahulu, kemudian menyapa subjek dengan mengucapkan selamat pagi dan mengajak subjek untuk
berdoa bersama. Selanjutnya, peneliti memberikan tes kepada subjek. Adapun hasil tes pada sesi ke-2 baseline-2 sama dengan sesi ke-1
baseline-2, tidak ada kesalahan yang dilakukan subjek atau subjek mampu menyelesaikan tes sesuai dengan instruksi dan waktu yang
ditentukan oleh peneliti. a
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “buku”. b
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “bola”. c
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “sapu”. d
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “meja”. e
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “mata”. f
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “gigi”.
75 g
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “jari”. h
Subjek mampu membaca dua suku kata dari kata “kaki”. 3.
Sesi ke-3 Pemberian tes dan pengamatan yang dilaksanakan pada sesi
ke-3 baseline-2 dilaksanakan pada hari rabu, 14 Oktober 2015. Adapun kegiatan yang dilakukan pada sesi ke-3 ini, hampir sama
dengan sesi sebelumnya. Kegiatan diawali dengan mengkondisikan subjek, kemudian menyapa dan berdoa bersama. Kegiatan dilanjutkan
dengan pemberian tes oleh peneliti. Hasil kesalahan yang dilakukan oleh subjek pada sesi ke-3 ini sama dengan sesi sebelumnya, yaitu
subjek tidak melakukan kesalahan. Adapun lembar hasil tes dan observasi pencatatan frekuensi
kesalahan pada baseline-2 selama 3 sesi dapat dilihat pada bagian lampiran 5 halaman 69. Guna memperjelas data hasil penelitian pada
baseline-2, berikut akan disajikan tabel dan grafik garis mengenai data kemampuan membaca permulaan pada subjek PRI:
Tabel 11. Data Hasil Frekuensi Kesalahan Membaca Dua Suku Kata Pola KV Subjek PRI pada Baseline-2
Tanggal Sesi Ke-
Waktu Menit star-stop
Frekuensi Kesalahan Total Kejadian
12 Okt 2015
1 08.40-08.44
13 Okt 2015
2 08.40-08.44
14 Okt 2015
3 08.40-08.44
76
Grafik 4. Frekuensi Kesalahan Membaca Dua Suku Kata Pola KV Subjek PRI pada Fase Baseline-2
Berdasarkan hasil tes dan pengamatan yang dilaksanakan pada baseline-2, subjek PRI tidak melakukan kesalahan. Dari tabel di
atas, peneliti dapat disimpulkan bahwa subjek PRI sudah mampu membaca permulaan dengan dua suku kata pola KV. Berdasarkan
hasil pelaksanaan baseline-2 di atas, berikut disajikan data akumulasi yang diperoleh peneliti dari mulai baseline-1, intervensi dan baseline-
2:
Tabel 12. Data Hasil Kemampuan Membaca Dua Suku Kata Pola KV Subjek PRI pada
Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2
Perilaku sasaran target
behavior Frekuensi Kesalahan
Frekuensi kesalahan pada saat melaksanakan
tes membaca permulaan dua suku kata pola KV
Baseline-1 A1
Intervensi B
Baseline-2 A2
6 6
6 4
2 2
2 4
6 8
Sesi ke-1 Sesi ke-2
Sesi ke-3
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi Kesalahan
Baseline-2 A2
77
Grafik 5. Frekuensi Kesalahan Membaca Dua Suku Kata Pola KV Subjek PRI pada
Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2 D.
Deskripsi Hasil Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistic deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk tabel dan grafik garis yang kemudian
dianalisis berdasarkan kondisi yang sebenarnya. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati pengaruh penggunaan media visual kirigami
pop up terhadap kemampuan membaca permulaan pada subjek yang berinisial PRI sebelum dan setelah pemberian intervensi. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah penggunaan media visual kirigami pop up efektif terhadap kemampuan membaca permulaan siswa autis kelas II SD di Sekolah
Khusus Autis Bina Anggita. Hal tersebut ditunjukan dengan frekuensi kesalahan subjek dalam pelaksanaan tes pada baseline-1 lebih tinggi
dibandingkan dengan frekuensi kesalahan pada baseline-2 A1 A2.
Selain itu, analisis yang digunakan adalah analisis dalam kondisi dan antar kondisi. Analisis dalam kondisi diantaranya meliputi: komponen tingkat
stabilitas, kecenderungan arah dan tingkat perubahan level change.
1 2
3 4
5 6
7 8
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi kesalahan
Baseline-1 A1 Intervensi
Baseline-2 A2
78 Sedangkan analisis antar kondisi yang perlu diperhatikan yaitu, perubahan
stabilitas, perubahan level, perubahan kecenderungan dan efeknya, jumlah variabel yang diubah, dan data tumpang tindih overlap. Penerapan analisis
dalam statistic deskriptif menggunakan analisis dalam kondisi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan analisis antar kondisi.
Guna memperjelas gambaran data hasil penelitian pada tahap baseline-1, intervensi dan baseline-2, maka peneliti menyajikan data dalam
bentuk tabel dan grafik sebagai berikut:
Tabel 13. Data hasil kemampuan subjek PRI dalam Membaca Permulaan Dua Suku Kata Pola KV pada
Baseline-1, intervensi dan Baseline-2.
Perilaku sasaran target
behavior Frekuensi Kesalahan letak Kesalahan
Frekuensi kesalahan pada saat
membaca permulaan
dua suku kata dengan
pola KV Baseline-1
A1 Intervensi B
Baseline-2 A2 6 2, 3, 4, 6, 7
dan 8 6 2, 3, 4, 6, 7
dan 8 6 2, 3, 4, 6, 7
dan 8 4 3, 4, 7, dan
8 2 4 dan 7
2 4 dan 7
Tabel di atas menunjukkan akumulasi frekuensi kesalahan dan letak kesalahan subjek PRI ketika membaca permulaan dua suku kata pola KV pada
baseline-1 A1, intervensi B dan baseline-2 A2. Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media visual kirigami pop up dapat
meningkatkan kemampuan subjek dalam membaca permulaan, dengan
79 berkurangnya frekuensi kesalhan subjek PRI pada baseline-2. Adapun grafik
dari data tersebut adalah sebagai berikut:
Grafik 6. Perkembangan Frekuensi Kesalahan Kemampuan Membaca Permulaan Dua Suku Kata Pola KV Subjek PRI pada Setiap
Fase.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan frekuensi kesalahan ketika membaca permulaan dua suku kata pola KV oleh subjek PRI pada baseline-1
masih tinggi. Dari jumlah item tes yang diberikan sebanyak 8 item, terdapat 6 item kesalahan yaitu pada item nomor 2, 3, 4, 6, 7, dan 8. Kesalahan tersebut
yaitu pada bagian kata bola, sapu, meja, gigi, jari, dan kaki. Pada saat peneliti menginstruksikan subjek untuk membaca dua suku kata pola KV yang
terdapat dalam soal tes. Pada tema nama benda, subjek sering melakukan kesalahan pada bagian bola, sapu dan meja. Pada kata “bola” subjek hanya
membaca suku kata la . Selanjutnya pada kata “sapu” subjek hanya membaca
suku kata sa dan subjek hanya membaca suku kata ja pada kata “meja”. Hal
tersebut dikarenakan subjek mengalami kesulitan membaca suku kata pola konsonan vokal i, u, e, dan o. Sama halnya pada tema nama anggota tubuh,
pada kata “gigi” dan “jari” subjek tidak memberikan respon. Subjek hanya membaca suku kata ka
pada kata “kaki”. Setelah mendapatkan data pada
2 4
6
Frekuensi Kesalahan
Frekuensi kesalahan
80 baseline-1 dan kesalahan yang dilakukan subjek cenderung sama, peneliti
melanjutkan dengan memberikan intervensi menggunakan media visual kirigami pop up sebagai perlakuan untuk mempengaruhi kemampuan
membaca permulaan pada subjek PRI. Pada intervensi ke-1, subjek mengalami kesalahan pada item tes
nomor 3, 4, 7, dan 8. Kesalahan tersebut yaitu pada kata sapu, meja, jari, dan gigi. Pada saat peneliti memberikan instruksi untuk membaca suku kata sa
subjek mampu membacanya, namun subjek tidak memberikan respon pada suku kata pu. Adapun kesalahan pada item nomor 3 disebabkan oleh subjek
yang mengalami kesulitan dalam menggabungkan huruf konsonan pe dan vokal u untuk menjadi suku kata pu. Sementara itu, pada item nomor 4 dan
7, bagian kata “meja” dan “jari” subjek masih melakukan seperti yang dilakukan pada baseline-1 yaitu, hanya membaca suku kata ja dari dua kata
tersebut. Pada intervensi ke-2, frekuensi kesalahan yang dilakukan subjek
mengalami penurunan. Sebelumnya pada intervensi ke-1, kesalahan yang dilakukan subjek sebanyak 4 item. Pada intervensi ke-2 ini kesalahan hanya
terdapat pada 2 item yaitu item tes nomor 4 dan 7. Hal tersebut dikarenakan subjek kesulitan dalam menggabungkan huruf konsonan em dan vokal e,
subjek membaca ma pada suku kata me. Kemudian pada kata “jari” subjek tidak memberikan respon. Hal serupa juga terjadi pada intervensi ke-3,
kesalahan subjek terletak pada item tes nomor 4 dan 7 sama seperti pada intervensi ke-2. Pada intervensi ke-3 ini, subjek hanya membaca suku kata ja
81 pada kata “jari” dan “meja”. Subjek mengalami kesulitan dalam membaca
huruf konsonan er dan suku kata me. Meskipun pemberian intervensi sudah difokuskan pada bagian kata “meja” dan “jari”. Akan tetapi, ketika diberikan
tes subjek masih melakukan kesalahan dalam membaca. Pemberian intervensi pada sesi berikutnya difokuskan pada bagian
kata “meja” dan “jari”. Peneliti melakukan pengulangan membaca suku kata me dan ma sehingga subjek mampu membedakan dua suku kata tersebut,
serta pengulangan membaca huruf konsonan er. Dari pemberian intervensi tersebut, didapatkan hasil tes yang lebih baik dibandingkan dengan sesi
sebelumnya yaitu tidak terdapat kesalahan dalam membaca dua suku kata pola KV yang diinstrusikan oleh peneliti. Pada intervensi ke-4 dan ke-5, subjek
mampu me mbaca suku kata me dan ja dari kata “meja” serta suku kata ja
dan ri pada kata “jari”. Setelah pelaksanaan intervensi sebanyak 5 kali selesai dan tidak terdapat kesalahan pada intervensi ke-4 dan ke-5, peneliti melakukan
tahap akhir yaitu pemberian tes tanpa perlakuan baseline-2. Data yang diperoleh peneliti pada baseline-2 yaitu terdapat kondisi
stabil pada sesi ke-1 sampai ke-3. Frekuensi kesalahan yang dilakukan subjek pada sesi ke-1 sama dengan frekuensi kesalahan pada sesi ke-2 dan ke-3.
Subjek tidak melakukan kesalahan dalam membaca dari tes yang diberikan oleh peneliti. Berdasarkan deskripsi data penelitian tersebut, maka berikut ini
dapat dirangkum hasil analisis dalam kondisi maupun antar kondisi ke dalam tabel sebagi berikut:
82 1.
Analisis dalam kondisi
Tabel 14. Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondidi Dengan Aspek Membaca Permulaan
Kondisi Baseliene-1
A1 Intervensi
B Baseliene-2
A2
1. Panjang kondisi
3 5
3 2.
Estimasi kecenderungan
arah =
+ =
3. Kecenderungan
stabilitas data Stabil
Variabel Stabil
4. Jejak data
= +
= 5.
Level dan
stabilitas rentang Stabil
6 – 6
Variabel – 4
Stabil – 0
6. Perubahan level
6 – 6 = 0
tidak ada perubahan
– 4 = +4 menurun
– 0 = 0 tidak terjadi
perubahan Dalam penelitian ini, diketahui bahwa panjang fase baseline-1
A1= 3, intervensi B= 5 dan baseline-2 A2= 3. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa adanya perubahan yang terjadi terhadap
kemampuan membaca permulaan dua suku kata pola KV pada subjek. Adapun kecenderungan arah yang terjadi pada fase baseline-1 A1
adalah stabil, pada fase intervensi menurun dan pada fese baseline-2 A2 adalah stabil. Selain itu, perubahan kemampuan membaca permulaan dua
suku kata pola KV juga tampak setelah diberikan intervensi dengan adanya perubahan level +4. Pada fase baseline-2 terjadi perubahan level
menjadi 0 atau tidak terjadi kesalahan pada fase baseline-2. Adapun rincian perhitungan mengenai komponen-komponen pada analisis dalam
kondisi dapat dilihat pada lampiran 6.
83 2.
Analisis antar kondisi Setelah mengetahui hasil pada analisis data dalam kondisi
sebelumnya, maka selanjutnya dilakukan analisis antar kondisi sebagai berikut:
Tabel 15. Rangkuman Hasil Analisis Visual Antar Kondisi Dengan Aspek Membaca Permulaan
Perbandingan Konsisi
BA1 A2B
1. Jumlah variabel yang
diubah 1
1 2.
Perubahan kecenderungan
arah dan efeknya
= + + =
3. Perubahan
kecenderungan dan
stabilitas Stabil ke variabel
Variabel ke stabil 4.
Perubahan level 6
– 4= +2 – 4= +4
5. Persentase overlap
0 ÷ 5 × 100 = 0 0 ÷ 3× 100 = 0
Berdasarkan data tebel di atas, perubahan kecenderungan arah antara kondisi baseliene-1 A1 dengan intervensi B yakni dari stabil ke
menurun yang menandakan kondisi dari fase baseline-1 ke fase intervensi semakin membaik. Perubahan kecenderungan arah antara fase intervensi
B dengan baseline-2 A2 yaitu dari menuruh ke stabil dalam kondisi yang membaik. Hal tersebut didukung oleh data yang tumpang tindih
overlap pada baseline-1 A1 ke intervensi B maupun intervensi B ke baseline-2 A2 yaitu sebesar 0. Adapun rincian perhitungan
mengenai komponen pada analisis antar kondisi ini terdapat pada lampiran 6.
Dari pemaparan analisis data di atas, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media visual kirigami pop up dalam
fase intervensi efektif terhadap kemampuan membaca permulaan pada
84 anak autis. Hal tersebut ditandai dengan frekuensi kesalahan pada
baseline-2 A2 lebih kecil dibandingkan dengan frekuensi kesalahan pada baseline-1 A1, serta data yang overlap yaitu sebesar 0.
E. Pembahasan Hasil Penelitian