Pengaturan tentang Public Service Obligation sebagai Bentuk Pelayanan

Perubahan itu berarti bahwa berdasarkan undang-undang perkeretaapian yang baru, maka penyelenggara perkeretaapian tidak lagi dimonopoli oleh negara dalam bentuk BUMN, melainkan telah terbuka kesempatan bagi pihak lain seperti Badan usaha Milik Daerah BUMD termasuk badan hukum Indonesia yang khusus didirikan untuk perkeretaapian swasta.

D. Pengaturan tentang Public Service Obligation sebagai Bentuk Pelayanan

Umum oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero sebagai BUMN Persero PT. Kereta Api Indonesia Persero adalah perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang transportasi penumpang dan barang menggunakan kereta api. 77 PT. Kereta Api Indonesia Persero sebelum menjadi Perusahaan Perseroan seperti sekarang ini mengalami beberapa kali pergantian bentuk badan hukum. Pergantian bentuk badan hukum itu bukanlah sekedar pergantian nama dan status. Hal itu membawa implikasi pada pengelolaan perusahaan secara mendasar. Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara hanya mengenal 2 dua jenis perusahaan milik negara, yaitu Perusahaan Umum dan Persero. Undang-undang tersebut membedakan secara jelas maksud dan tujuan dua bentuk badan usaha itu. Pasal 36 ayat 1 menyebutkan, maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa 77 Tim Penulis PPM Manajemen, Inovasi Perusahaan Indonesia, Jakarta : Penerbit PPM, 2014, hlm. 79. Universitas Sumatera Utara penyediaan barang danatau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dengan kata lain, penekanan fungsi Perum adalah pada kegiatan usaha untuk pelayanan kepada masyarakat, tanpa keharusan untuk memperoleh keuntungan. 78 Sedangkan Persero secara tegas disebutkan tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan. Pasal 12 mencantumkan maksud dan tujuan pendirian persero adalah: a menyediakan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat; b mengejar keuntungan guna meningkakan nilai perusahaan. Maka perubahan dari status Perum menjadi Persero pada tahun 1998 membawa konsekuensi kereta api harus dikelola sebagai sebuah perusahaan dengan orientasi untuk memberikan jasa pelayanan publik yang berkualitas dan mengejar keuntungan. 79 Salah satu sumber pendapatan yang kemudian diharapkan akan menjadi keuntungan profit adalah melalui penjualan tiket penumpang dengan tarif yang proporsional. Proses penentuan tarif pada dasarnya didesain untuk mempertahankan keseimbangan antara persyaratan finansial perkeretaapian dan kepentingan umum, seperti kemampuan penyediaan layanan dan keselamatan dengan memperhatikan aspek lingkungan. Permasalahan penyesuaian tarif telah menjadi permasalahan klasik. Untuk kereta api komersial, tarif ditentukan sendiri oleh PT. Kereta Api Indonesia 78 Hadi M. Djuraid, Loc.cit. 79 Ibid., hlm.158-159. Universitas Sumatera Utara Persero. Namun untuk tarif kereta api non-komersial kelas ekonomi tarif ditentukan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR. 80 Keterlibatan pemerintah sangat tinggi dalam proses penentuan tarif, terutama tarif angkutan pelayanan kelas ekonomi. Negosiasi biasanya dilakukan antara entitas politik legislatif dengan manajemen perkeretaapian. Permintaan manajemen bagi kenaikan tarif pun harus melewati proses review yang panjang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor eksternal. Ketidakpastian ini menyebabkan manajemen tidak dapat menentukan pendapatan dan rencana program investasi jangka panjang secara akurat. Inefisiensi pada proses penentuan tarif telah melipatgandakan subsidi. Kenaikan tarif yang tidak mencukupi merupakan penyebab pendapatan rendah dan pelayanan kurang maksimal yang memperlemah kinerja perkeretaapian. 81 Mengingat sebagian besar penumpang kereta api adalah masyarakat bawah yang menggunakan kereta api kelas ekonomi, maka sesungguhnya tanggung jawab terhadap kualitas pelayanan terhadap konsumen pada dasarnya secara substansial berada di pundak pemerintah sebagai owner perkeretaapian Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Undang-undang tersebut secara eksplisit memberikan penugasan khusus kepada PT. Kereta Api Indonesia Persero dalam pengelolaan kereta api kelas ekonomi dengan tarif sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah, namun PT. KAI Persero 80 Taufik Hidayat 2, Perkeretaapian Indonesia di Persimpangan Jalan, Jakarta : YLKI, IRW, dan Ford Foundation, 2004, hlm.31. 81 Ibid., hlm.48. Universitas Sumatera Utara memperoleh kompensasi dalam bentuk subsidi yang diatur dalam skema PSO Public Service Obligation. 82 Ada 2 dua hal yang menjadi latar belakang yang mendasari diberikannya PSO kepada perkeretaapian. Pertama, kebijakan Pemerintah pada Desember 1995 tentang pengembangan perkeretaapian sebagai policy framework yang tertuang dalam Goal and Policies for Development of the Railway Transport Sub Sector, yang memuat antara lain peran Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan peraturan perundang-undangan perkeretaapian, pemilik perusahaan, pemilik prasarana pokok, dan sebagai rgulator. Pemerintah sebagai regulator dapat menugaskan badan penyelenggara untuk mengoperasikan kereta api dengan tarif di bawah normal dengan pemberian kompenasi. 83 Kedua, Staff Appraisal Report Bank Dunia yang tercantum dalam Railway Efficiency Project Report 15646-IND, tanggal 17 Oktober 1996 yang memuat antara lain pentarifan dan kompensasi atas angkutan Kelas Ekonomi PSO. Staff Appraisal Report merekomendasikan penerapan PSO dengan prinsip-prinsip utama PSO. 84 PSO Public Service Obligation merupakan salah satu bentuk realisasi dari Pasal 34 ayat 3 UUD 1945 yang menyebutkan : “Negara bertanggung jawab atas fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”. Banyak peraturan perundang-undangan yang melandasi pelaksanaan PSO Public Service Obligation dalam penyelenggaraan perkeretaapian oleh PT. 82 Ibid., hlm. 4-5. 83 Taufik Hidayat, Op.Cit., hlm.61. 84 Ibid. Universitas Sumatera Utara Kereta Api Indonesia Persero sebagai penyelenggara perkeretaapian di indoneisa. Pertama, Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pasal 66 ayat 1 dan 2 beserta penjelasannya menyatakan bahwa Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa meskipun Badan Usaha Milik Negara BUMN didirikan dengan maksud dan tujuan untuk mengejar keuntungan, tidak tertutup kemungkinan untuk hal-hal yang mendesak, BUMN diberikan penugasan khusus oleh pemerintah. Apabila penugasan tersebut menurut kajian secara finansial tidak fisibel, pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN tersebut termasuk margin yang diharapkan. Kedua, dalam Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN, dalam bab tentang Kewajiban Pelayanan Umum, disebutkan bahwa : 85 1 Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha BUMN. 2 Rencana penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikaji bersama antara BUMN yang bersangkutan, Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Teknis yang memberikan penugasan tersebut yang dikoordinasikan oleh Menteri Teknis yang memberikan penugasan. 85 Lihat Pasal 65 ayat 1 sampai dengan ayat 6 Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN Universitas Sumatera Utara 3 Apabila penugasan tersebut secara finansial tidak menguntungkan, Pemerintah harus memberikan kompensasi atas semua biaya yang telah dikeluarkan oleh BUMN tersebut, termasuk margin yang diharapkan sepanjang dalam tingkat kewajaran sesuai dengan penugasan yang diberikan. 4 Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan RUPS untuk Persero dan Menteri untuk Perum. 5 BUMN yang melaksanakan penugasan khusus Pemerintah, harus secara tegas melakukan pemisahan pembukuan mengenai penugasan tersebut dengan pembukuan dalam rangka pencapaian sasaran usaha perusahaan. 6 Setelah pelaksanaan kewajiban pelayanan umum, Direksi wajib memberikan laporan kepada RUPSMenteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Teknis yang memberikan penugasan. Dalam penjelasan Pasal 65 PP No. 45 Tahun 2005 ini menyatakan bahwa fungsi kemanfaatan umum adalah penugasan yang diberikan Pemerintah dalam rangka memberikan kewajiban pelayanan umu PSO yaitu berupa kewajiban Pemerintah untuk menyediakan barang dan jasa tertentu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Ketiga, dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian disebutkan bahwa untuk pelayanan kelas ekonomi, dalam hal tarif angkutan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah lebih rendah daripada tarif yang dihitung oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian berdasarkan pedoman penetapan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah, selisihnya menjadi tanggung jawab Pemerintah atau Pemerintah Daerah dalam bentuk kewajiban pelayanan publik atau yang dikenal dengan PSO Public Service Obligation. 86 Keempat, SKB 3 Menteri : Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan, dan Menteri PPNKepala Bappenas No. KM.19 Tahun 1999, No. 83KMK.031999, 86 Lihat Pasal 153 ayat 1 Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Universitas Sumatera Utara No. KEP.024K031999, tentang Pembiayaan atas Pelayanan Umum Angkutan Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi, Pembiayaan atas Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Kereta Api serta Biaya atas Penggunaan Prasarana Kereta Api PSO,IMO dan TAC. 87 Kelima, SKB 3 Dirjen : Dirjen Perhubungan Darat, Dirjen Anggaran, dan Deputi Kepala Bappenas Bidang Prasarana No. SK.95HK.101DRJD1999, No.KEP-37A1999, No.3998D.VI061999, tentang Kriteria, Tolok Ukur, Prosedur dan Mekanisme Pembiayaan atas Pelayanan Umum Kereta Api Kelas Ekonomi, Biaya Perawatan dan Pengoperasian serta Biaya penggunaan Prasarana Kereta Api. 88 Keenam, dasar PSO Public Service Obligation dalam penyelenggaraan perkeretaapian adalah Perpres No. 53 Tahun 2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, serta Perawatan dan Pengoperasian Perkeretaapian Milik Negara. Dalam Perpres No.53 Tahun 2012 ini yang dimaksud dengan kewajiban pelayanan publik Public Service Obligation adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan pelayanan angkutan kereta api kepada masyarakat dengan tarif yang terjangkau. 89 Pelayanan angkutan kereta api yang digunakan untuk menyelenggarakan kewajiban pelayanan publik harus memenuhi standar pelayanan minimum yang 87 Taufik Hidayat, Op.Cit., hlm. 65. 88 Ibid., hlm. 65-66. 89 Lihat Pasal 1 angka 2 Perpres No.53 Tahun 2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, serta Perawatan dan Pengoperasian Perkeretaapian Milik Negara. Universitas Sumatera Utara ditetapkan oleh Menteri, yang sebelumnya telah ditetentukan dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 9 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api. Standar pelayanan minimal tersebut meliputi : 90 a. standar pelayanan minimal di stasiun kereta api; b. standar pelayanan minimal dalam perjalanan, baik pada perjalanan kereta api antar kota, maupun pada perjalanan kereta api perkotaan. Standar pelayanan minimal merupakan acuan bagi penyelenggara perkeretaapian yang mengoperasikan stasiun dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa stasiun dan dalam melaksanakan kegiatan angkutan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa kereta api. 91 Dalam rangka penyelenggaran PSO, Pemerintah mengalokasikan anggaran dalam APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan atau APBN-P Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Alokasi anggaran untuk penyelenggaraan PSO yang sudah ditetapkan dalam APBN digunakan sebagai dasar untuk membuat kontrak dengan badan usaha penyelenggara perkeretaapian yang akan melaksanakan PSO. Seperti Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor : KP. 1389 Tahun 2013 Tentang Penugasan kepada PT. Kereta Api Indonesia Persero untuk Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Public Service Obligation 90 Lihat Pasal 2 ayat 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 9 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api. 91 Lihat Pasal 2 ayat 2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 9 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimum untuk Angkutan Orang dengan Kereta Api. Universitas Sumatera Utara Angkutan Orang dengan Kereta Api Kelas Ekonomi Tahun Anggaran 2014, yang ditetapkan di akhir tahun 2013 untuk dilaksanakan di awal tahun berikutnya, dimulai sejak tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan tanggal 31 Desember 2014. Pelaksanaan penyelenggaraan PSO Angkutan Orang Dengan Kereta Api Kelas Ekonomi Tahun Anggaran 2014 dituangkan dalam Kontrak antara Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dengan PT. Kereta Api Indonesia Persero Tentang Penyelenggaraan Kewajian Pelayanan Publik Public Service ObligationPSO Bidang Angkutan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi Tahun Anggaran 2014 Nomor : PL.102A.41DJKA314 dan Nomor : HK.221III1KA-2014. Kontrak PSO tersebut paling kurang memuat : 92 a. kinerja angkutan; b. tata cara pembayaran jasa pelaksanaan penugasan; c. kelengkapan administrasi yang diperlukan untuk penagihan dari badan usaha; d. jangka waktu pelaksanaan penugasan; e. mekanisme verifikasi pelaksanaan penugasan; f. hak dan kewajiban para pihak; g. penyelesaian perselisihan dan sanksi; dan h. ketentuan mengenai keadaan memaksa. Kontrak PSO dilakukan antara Direktur Jenderal Perkeretaapian sebagai Pihak I dengan Direktur PT. Kereta Api Indonesia Persero sebagai Pihak II. Kontrak PSO Tahun Anggaran 2014 sudah dibuat lebih lengkap dan terperinci. Dalam kontrak tersebut memuat : 93 92 Pasal 6 ayat 3 Perpres No. 53 Tahun 2012 tentang Kewajiban Pelayanan Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, serta Perawatan dan Pengoperasian Perkeretaapian Milik Negara. 93 Kontrak Penyelenggaraan Kewajian Pelayanan Publik Public Service ObligationPSO Bidang Angkutan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi Tahun Anggaran 2014 Nomor : PL.102A.41DJKA314 dan Nomor : HK.221III1KA-2014. Universitas Sumatera Utara a. Dasar Kontrak Meliputi semua peraturan perundang-undangan yang mendasari dibuatnya kontrak. b. Lingkup Pekerjaan Lingkup penyelenggaraan PSO adalah angkutan kereta api pelayanan kelas ekonomi dengan menggunakan kereta api antarkota dan kereta api perkotaan. c. Persyaratan dan Fasilitas Pelayanan Untuk penyelenggaraan PSO, sarana perkeretaapian harus memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun 2000 tentang Sarana Kereta Api, Nomor KM 8 Tahun 2011 tentang Angkutan Kereta Api, Nomor KM 22 Tahun 2003 tentang Pengoperasian Kereta Api dan Peraturan Menteri Nomor PM 9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api, serta persyaratan yang diatur dalam kontrak PSO. d. Penilaian dan Kriteria Fasilitas Pelayanan Tata cara penilaian kondisi fasilitas pelayanan dan kriteria penilaian diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perkeretaapian Nomor HK.207SK.1DJKA1213 tentang Standar Prosedur Operasi Verifikasi Untuk Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Public Service ObligationPSO Angkutan Kereta Api Kelas Ekonomi. Universitas Sumatera Utara e. Jangka Waktu Jangka waktu pelaksanaan PSO adalah 1 tahun anggaran, dari tanggal 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014. f. Nilai Kontrak Nilai Kontrak penyelenggaraan PSO yang disepakati para pihak sebesar Rp 1.224.306.800.000,- satu triliun dua ratus dua puluh empat juta tiga ratus enam juta delapan ratus ribu rupiah g. Perhitungan PSO Merupakan kewajiban Pemerintah untuk membiayai Penyelenggaraan Penugasan Pelayanan Umum Bidang Angkutan Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi yang dihitung berdasarkan selisih antara tarif yang ditetapkan oleh Direksi PT. Kereta Api Indonesia Persero berdasarkan pedoman tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah. h. Hak dan Kewajiban Para Pihak PIHAK PERTAMA berhak atas : 1 terselenggaranya PSO yang pelaksanaannya dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia Persero; 2 laporan penyelenggaraan PSO triwulanan dan laporan tahunan dari PT. Kereta Api Indonesia Persero; 3 pemantauan, pengawasan, evaluasi dan verifikasi pelaksanaan penyelenggaraan PSO. Universitas Sumatera Utara PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk : 1 melakukan pemantauan, pengawasan, dan evaluasi penyelenggaraan PSO yang pelaksanaannya dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh PIHAK PERTAMA; 2 melakukan verifikasi administrasi dan lapangan atas penyelenggaraan PSO yang pelaksanaannya dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh PIHAK PERTAMA; 3 meneliti, menganalisa, mengawasi, dan mengevaluasi hasil kerja PIHAK KEDUA; 4 melakukan administrasi guna proses pencairan paling lambat 14 empat belas hari kerja setelah seluruh persyaratan pembayaran penyelenggaraan PSO terpenuhi dan diterima oleh PIHAK PERTAMA; 5 membayar biaya penyelenggaraan PSO; 6 memberikan sanksi sesuai ketentuan apabila terjadi penyimpangan terhadap penyelenggaraan PSO. PIHAK KEDUA berhak : 1 menerima pembayaran atas penyelenggaraan PSO. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk : 1 menjalankan kereta api sesuai frekuensi, tarif, lintas pelayananrelasitrayek, stamformasi dan tempat duduk secara berjadwal dan teratur; Universitas Sumatera Utara 2 menyampaikan jadwal kereta api, frekuensi, tarif, lintas pelayananrelasi trayek dan stamformasi yang dijalankan kepada PIHAK PERTAMA; 3 meminta persetujuan kepada PIHAK PERTAMA apabila akan melakukan perubahan terhadap jadwal, frekuensi, tarif, lintas pelayananrelasi trayek dan stamformasi; 4 menjalankan kereta api dengan persyaratan dan fasilitas pelayanan yang telah ditentukan; 5 melakukan perawatan sarana sesuai dengan siklus dan biaya yang ditetapkan; 6 menyampaikan laporan Penyelenggaraan PSO termasuk jaduak kereta api, frekuensi, tarif, lintas pelayananrelasi trayek dan stamformasi yang dijalankan; 7 melakukan pemisahan pembukuan antara PSO dan non PSO; 8 menyediakan perangkat teknologi informasi kepada PIHAK PERTAMA untuk memudahkan pemantauan realisasi kinerja kereta api secara real time. i. Cara Pembayaran Pencairan dana Penyelenggaraan PSO dilaksanakan secara bulanan. j. Verifikasi dan Audit k. Pelaporan PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan bulanan dan laporan triwulanan PSO kepada PIHAK PERTAMA. Universitas Sumatera Utara l. Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran; PIHAK KEDUA wajib membuat laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sebagai pelaksanaan kontrak. m. Pemantauan, Pengawasan, Evaluasi, dan Verifikasi Dalam rangka menjamin kebenaran Penyelenggaraan PSO, maka PIHAK PERTAMA melakukan pemantauan, pengawasan, evaluasi dan verifikasi. n. Penyimpangan dan Sanksi Dalam hal PIHAK PERTAMA menemukan penyimpangan berupa tidak dipenuhinya syarat-syarat yang diperjanjikan pada saan melakukan pemantauan, pengawasan, evaluasi dan verifikasi, maka penyimpangan tersebut dicantumkan dalam Berita Acara dan dikenakan sanksi administrasi sesuai ketentuan yang diatur dalam kontrak. o. Keadaan Kahar Force Majeure PIHAK KEDUA dibebaskan dari tanggung jawab atas penyelesaian pelaksanaan kewajiban penyelenggaraan PSO yang disebabkan oleh keadaan kahar. p. Pajak dan Bea Biaya meterai untuk pekerjaan ini dan pajak-pajak yang mungkin aada atau timbul setelah dibuatnya kontrak menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA. Universitas Sumatera Utara q. Penyelesaian Perselisihan Apabila terjadi perselisihan maka PARA PIHAK berusaha menyelesaikannya dengan cara musyawarah, apabila gagal maka PARA PIHAK sepakat menyelesaikan melalui Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. r. Amandemen Apabila terjadi perubahan-perubahan dalam kontrak akan dilakukan perubahan kontrak dalam bentuk Amandemen yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kontrak. Dalam pasal 9 kontrak ini diatur mengenai perhitungan PSO. Adapun formulasi perhitungan PSO secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut : 94 1. Formulasi perhitungan PSO berdasarkan SKB 3 Dirjen : PSO = C HPP – HP pem HPP = BPP + Margin + Pajak Keterangan : C : Kapasitas yang disediakan oleh Pemerintah HPP : Harga Poko Penjualan HP : Harga Penjualan yang ditetapkan oleh Pemerintah BPP : Biaya Pokok Produksi 2. Formulasi perhitungan PSO berdasarkan UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian : PSO = Tarif ps – Tarif pem Tarif = BPP + Margin + Pajak Keterangan : Tarif ps : Tarif yang ditetapkan oleh Penyelenggara Sarana Tarif pem : Tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah BPP : Biaya Pokok Produksi Sebagai contoh dalam Lampiran 1A Kontrak Nomor : PL. 102A.41DJKA314 dan Nomor : HK.221III1KA-2014, secara garis besar 94 Taufik Hidayat, Op.Cit., hlm. 66. Universitas Sumatera Utara diuraikan Rekapitulasi Perhitungan Kontrak PSO Kereta Api Ekonomi Tahun Anggaran 2014 : Tabel 2.2 Rekapitulasi Perhitungan Kontrak PSO Kereta Api Ekonomi Tahun Anggaran 2014 NO URAIAN PSO 1 KA Ekonomi Jarak Jauh 167.918.332.735 2 KA Ekonomi Jarak Sedang 94.502.399.158 3 KA Ekonomi Jarak Dekat 284.158.020.709 4 KRD Ekonomi 29.782.318.391 5 Kereta Rel Listrik KRL 641.457.109.764 6 KA Lebaran 6.488.619.243 TOTAL 1.224.306.800.000 Sumber : Kementerian Perhubungan Dirjen Perkeretaapian Universitas Sumatera Utara BAB III PELAKSANAAN PUBLIC SERVICE OBLIGATION PSO SEBAGAI BENTUK PELAYANAN UMUM OLEH PT. KERETA API INDONESIA PERSERO DIVISI REGIONAL I SUMATERA UTARA

A. Pelaksanaan Public Service Obligation PSO dalam Penyelenggaraan

Dokumen yang terkait

Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

2 90 127

Analisis Kedudukan Keuangan Negara dalam Badan Usaha Milik Negara yang Sudah Di Privatisasi

4 88 116

Pelayanan Umum yang Dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero dalam Melaksanakan Maksud dan Tujuannya ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (studi pada PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Suma

2 49 114

Tanggung Jawab Direksi Dalam Pelepasan Asset Tidak Bergerak Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

1 80 168

Analisis Pengaruh Institusi terhadap Strategi dan Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

0 0 15

Penerapan Prinsip Kekebalan Negara Terhadap Badan Usaha Milik Negara

1 1 7

BAB II KETERKAITAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSERO DENGAN BADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS A. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia - Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang N

2 1 31

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sita Umum Terhadap Aset Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero Pailit Terkait Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara

0 0 19

BAB II PENGATURAN TENTANG PELAYANAN UMUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) SEBAGAI BUMN PERSERO A. Pengertian dan Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Negara - Pelayanan Umum yang Dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero da

0 1 42

Pelayanan Umum yang Dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero dalam Melaksanakan Maksud dan Tujuannya ditinjau dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (studi pada PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional I Suma

0 0 11