114
3. Teks bacaan
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Semasa kanak-kanak, Ki
Hajar Dewantara dikenal dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Ki Hajar Dewantara hidup pada zaman penjajahan Belanda. Beliau
ikut berjuang melawan penjajah. Perjuangannya dilakukan melalui jalur pendidikan. Oleh karena itu, beliau mendirikan banyak sekolah untuk
mewujudkan cita-citanya itu. Sekolah-sekolah yang didirikannya terkenal dengan nama Taman Siswa.
Sekolah Taman Siswa berkembang pesat. Sekolah itu tumbuh dimana- mana. Semakin lama semakin banyak anak Indonesia yang bersekolah di
situ. Kesadaran belajar rakyat Indonesia semakin bertambah. Ki Hajar Dewantara terus berjuang dan berusaha tanpa putus asa melalui pendidikan.
Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pengajaran dan pendidikan di Indonesia harus mengabdi kepada kepentingan bangsa Indonesia dan
bertolak dari kepribadian bangsa nasional bangsa Indonesia sendiri. Ki Hajar Dewantara berusaha agar pendidikan di Indonesia menumbuhkan
anak-anak bangsa yang berjiwa merdeka, pandai, dan terampil sesuai kepribadian bangsa Indonesia.
Ki Hajar Dewantara beranggapan bahwa pendidikan dan pengajaran diselenggarakan pemerintah Belanda bertujuan mencetak pegawai yang
berjiwa mesin untuk melangsungkan kekuasaan penjajahan Belanda. Para siswa tidak dididik menjadi patriot yang cinta tanah air, tetapi lebih
mencintai pemerintah Belanda. Mereka tidak diajari kepribadian bangsa Indonesia, sebaliknya pendidikan yang diselenggarakan mengarah kepada
kepribadian bangsa Belanda.
115
Pemerintah Belanda menganggap gerakan yang dilakukan Ki Hajar Dewantara berbahaya. Belanda merasa khawatir dengan perkembangan
sekolah-sekolah Taman Siswa yang sangat pesat. Selain itu, Belanda merasa bahwa kekuasaannya di Indonesia akan terancam jika rakyat Indonesia
menjadi generasi yang pandai dan tangguh. Oleh karena itu, Belanda selalu berusaha menghambat perkembangan sekolah-sekolah Taman Siswa.
Ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal berbunyi Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Ajaran itu
digunakan sebagai semboyan pendidikan nasional. Semboyan itu tertulis dalam lambang pendidikan nasional. Lambang ini selalu menghiasi lencana
anak-anak sekolah dan kantor-kantor pendidikan di Indonesia.
Pada tanggal 26 April 1959, Ki Hajar Dewantara wafat. Beliau wafat sebagai kusuma bangsa. Banyak hal yang diwariskan kepada bangsa dan
negara ini. Semangat perjuangannya patut kita teladani dan kita teruskan. Semboyan dan cita-citanya wajib kita junjung tinggi.
Untuk menghormati jasa Ki Hajar Dewantara, maka tanggal kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Setiap tanggal 2
Mei diadakan upacara di setiap lembaga pendidikan. Bahkan, di kantor- kantor pemerintah juga diadakan upacara untuk tujuan yang sama, yaitu
memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Sebagai pelajar, kita berkewajiban meneruskan perjuangan Ki Hajar Dewantara. Hal ini dapat dilakukan dengan cara belajar yang rajin dan
sungguh-sungguh. Oleh karena itu, marilah kita meningkatkan kegiatan belajar kita sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa Bapak Pendidikan
Nasional.
Sumber: Pahlawan Pendidikan, halaman 29-30, diceritakan kembali oleh Yandianto.
4. LKS