Bentuk Partisipasi Masyarakat KAJIAN TEORI

24 Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 Bab III pasal 4 peran sertapartisipasi maysarakat dapat berbentuk: 1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah; 2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan danatau pelatihan peserta didik; 3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar danatau penelitian dan pengembangan; 4. Pengadaan danatau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan danatau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional; 5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis; 6. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar; 7. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar; 8. Pemberian kesempatan untuk magang danatau latihan kerja; 25 9. Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional; 10. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan danatau penyelenggaraan pengembangan pendidikan; 11. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan; dan 12. Keikutsertaan dalam program pendidikan danatau penelitian yang diselenggarakan oleh Pemerintah di dalam danatau di luar negeri.

C. Tingkatan Partisipasi Masyarakat

Ada bermacam-macam tingkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan. Menurut Prayitno 2008, partisipasi tersebut dapat diklasifikasikan dalam tujuh tingkatan, yang dimulai dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi. Tingkatan tersebut terinci sebagai berikut. 1. Peran serta dengan menggunakan jasa yang tersedia. Jenis peran serta masyarakat ini merupakan jenis paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa sekolah dengan memasukkan anak ke sekolah. 2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang dan atau tenaga. 3. Peran serta secara pasif. Artinya menyetujui dan menerima apa yang diputuskan oleh komite sekolah, misalnya komite sekolah memutuskan agar orang tua membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orang tua menerima keputusan tersebut dengan mematuhinya. 26 4. Peran serta melalui adanya konsultasi. Orang tua datang ke sekolah untuk berkonsultasi tentang masalah pembelajaran yang dialami anaknya. 5. Peran serta dalam pelayanan. Orang tua dan masyarakat terlibat dalam kegiatan sekolah, seperti kegiatan studi banding, kegiatan pramuka, kegiatan keagamaan, dan lain sebagainya. 6. Peran serta sebagai pelaksana kegiatan yang didelegasikan atau dilimpahkan, misalnya penyuluhan tentang pentingnya pendidikan, masalah gender, gizi, dan sebagainya. 7. Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Orangtuamasyarakat terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan baik akademis maupun non akademis dan ikut dalam proses pengambilan keputusan dalam rencana pengembangan sekolah St. Rodliyah, 2013: 45-46. Pendapat lain dikemukakan oleh Club Du Sahel Rodliyah, 2013: 50, terdapat pendekatan-pendekatan untuk memajukan partisipasi masyarakat dengan terlebih dahulu mengetahui tingkat partisipasi. Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Partisipasi pasif, pelatihan dan informasi, partisipasi ini merupakan tipe komunikasi satu arah seperti arah antara guru dan siswanya. 2. Partisipasi aktif, partisipasi ini merupakan dialog dan komunikasi dua arah dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi dengan petugas penyuluhan dan pelatihan di luar. 27 3. Partisipasi dengan keterkaitan, masyarakat setempat baik pribadi maupun kelompok diberi pilihan untuk bertanggung jawab atas setiap kegiatan masyarakat maupun proyek. 4. Partisipasi atas permintaan setempat, kegiatan proyek lebih berfokus pada menjawab kebutuhan masyarakat setempat, bukan kebutuhan yang dirancang dan disuarakan oleh orang luar. Secara khusus Peter Oakley Siti Irine Astuti D., 2011: 65 mencoba memetakan partisipasi dalam tujuh tingkatan, adalah sebagai berikut: 1. Manipulation, tingkat paling rendah mendekati situasi tidak ada partisipasi, cenderung berbentuk indoktrinasi. 2. Consultation, stakeholder mempunyai peluang untuk memberikan saran akan digunakan seperti yang mereka harapkan. 3. Consensus Building, stakeholder berinteraksi untuk saling memahami dan dalam posisi saling bernegosiasi, toleransi dengan seluruh anggota kelompok. Kelemahan yang sering terjadi adalah individu-individu dan kelompok masih cenderung diam atau setuju bersifat pasif. 4. Decision Making, konsensus terjadi didasarkan pada keputusan kolektif dan bersumber pada rasa tanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu. Negosiasi pada tahap ini mencerminkan derajat perbedaan yang terjadi dalam individu maupun kelompok. 5. Risk Taking, proses yang berlangsung dan berkembang tidak hanya sekadar menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari hasil yang menyangkut keuntungan, hambatan, dan implikasi. Pada tahap ini, semua 28 orang memikirkan resiko yang diharapkan dari hasil keputusan. Karenanya, akuntabilitas merupakan basis penting. 6. Partnership, memerlukan kerja secara equal menuju hasil yang mutual. Equal tidak hanya sekadar dalam bentuk sturktur dan fungsi tetapi dalam tanggung jawab. 7. Self Management, stakeholder berinteraksi dalam proses saling belajar learning proses untuk mengoptimalkan hasil dan hal-hal yang menjadi perhatian.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Menurut Slamet 1993, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan mata pencaharian pekerjaan. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1. Jenis kelamin Partisipasi yang diberikan oleh seseorang pria akan berbeda dengan partisipasi yang diberikan oleh seorang wanita. Hal ini disebabkan karena adanya sistem pelapisan sosial yang terbentuk dalam masyarakat yang membedakan kedudukan dan derajat antara pria dan wanita, sehingga menimbulkan perbedaan-perbedaan hak dan kewajiban. 2. Usia Dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas, sehingga memunculkan golongan tua dan golongan muda yang berbeda-beda dalam hal-hal tertentu, misalnya menyalurkan pendapat 29 dan mengambil keputusan. Usia produktif juga sangat mempengaruhi pola berpikir masyarakat dalam ikut serta meningkatkan kualitas masyarakat. 3. Tingkat pendidikan Faktor pendidikan mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi, karena dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap terhadap inovasi pendidikan serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kualitas pendidikan. 4. Tingkat penghasilan Besarnya tingkat penghasilan akan memberi peluang lebih besar bagi masyarakat untuk berperan serta. Tingkat pendapatan ini mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendanaan sekolah dan berinvestasi untuk kemajuan sekolah. 5. Mata pencaharian pekerjaan Jenis pekerjaan seseorang akan menentukan tingkat penghasilan dan mempengaruhi waktu luang seseorang yang dapat digunakan dalam berpartisipasi, misalnya menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh sekolah untuk membicarakan rencana program-program sekolah mulai dari jangka pendek, menengah sampai dengan jangka panjang. Selain itu, juga mempengaruhi kesanggupan masyarakat khususnya orang tua dalam menanggung biaya pendidikan anak Rodliyah, 2013: 56-58.

E. Peningkatan Mutu Sekolah

1. Konsep Mutu