Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan

20 mencapai mufakat, bertujuan untuk memilih alternatif dalam perencanaan pelaksanaan pendidikan antara lain melalui pembahasan masalah peningkatan mutu pendidikan baik akademis maupun non akademis dan rencana pembangunan sekolah Rodliyah, 2013: 83-85. Bagi sekolah, partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan adalah kenyataan obyektif yang dalam pemahamannya ditentukan oleh kondisi subyektif orang tua siswa. Keikutsertaan dan kesadaran masyarakat untuk memikul tanggung jawab pendidikan merupakan suatu tuntutan yang harus diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan Rodliyah, 2013: 82. Keikutsertaan masyarakat ini dapat diwujudkan dalam bentuk komite sekolah atau dewan pendidikan. Komite sekolah merupakan organ semi formal yang dimiliki sekolah sebagai salah satu wujud partisipasi orang tua dan masyarakat. Partisipasi orang tua dan masyarakat pada pengelolaan sekolah amat bergantung pada seberapa jauh orang tua dan masyarakat memiliki trust terhadap sekolah. Trust diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Kehidupan masyarakat akan menjadi sederhana dan nyaman apabila ada trust di kalangan warga masyarakat Rodliyah, 2013: 70-71.

B. Bentuk Partisipasi Masyarakat

Adapun bentuk partisipasi menurut Konkon 1989 dalam Rodliyah 2013: 40 adalah sebagai berikut: 1 sumbangan tenaga fisik, 2 sumbangan finansial, 3 sumbangan material, 4 sumbangan moral nasihat, petuah, amanat dan 5 sumbangan keputusan. Menurut Basrowi 1998, partisipasi 21 masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi fisik dan partisipasi non fisik. Partisipasi fisik adalah partisipasi masyarakat orang tua dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha pendidikan, seperti mendirikan dan menyelenggarakan usaha sekolah, usaha- usaha beasiswa, membantu pemerintah membangun gedung-gedung untuk masyarakat luas, dan menyelenggarakan usaha-usaha perpustakaan berupa buku atau bentuk bantuan lainnya. Sedangkan partisipasi non fisik adalah partisipasi keikutsertaan masyarakat dalam menentukan arah dan pendidikan nasional dan meratanya animo masyarakat untuk menuntut ilmu pengetahuan melalui pendidikan sehingga pemerintah tidak ada kesulitan mengarahkan rakyat untuk bersekolah Siti Irine Astuti D., 2011: 58-59. Partisipasi masyarakat bukan hanya dalam memberikan investasi dalam pendidikan berupa SPP, pajak, dan sebagainya, tetapi juga ikut serta dalam merencanakan kurikulum pendidikan, evaluasi pendidikan serta hal-hal yang menyangkut proses belajar. Partisipasi masyarakat dapat dilaksanakan melalui manajemen pendidikan berbasis sekolah dan pendidikan berbasiskan masyarakat community based education. Dalam manajemen berbasis sekolah harus mengikutsertakan semua stakeholders dalam sekolah tersebut. selanjutnya, dalam pendidikan berbasis masyarakat, semua stakeholders di masyarakat harus ikut serta dalam penyelenggaraan aspek-aspek manajemennya. Bentuk partisipasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan upaya mencapai keadilan sosial dengan secara langsung menunjukkan kesenjangan dan kekurangan akuntabilitas. 22 Pelibatan masyarakat dalam pendidikan menurut St. Rodliyah 2013: 37-39, adalah memberikan dukungan sumber daya yang ada. Hal itu berarti bahwa dukungan tersebut bersifat luas karena tidak hanya berupa pendanaan saja. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang sangat diharapkan oleh sekolah adalah mengawasi membimbing kebiasaan anak belajar di rumah, membimbing dan mendukung kegiatan akademik anak, memberikan dorongan untuk meneliti, berdiskusi tentang gagasan atau kejadian-kejadian aktual, dan mengarahkan aspirasi dan harapan akademik anak. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui penjelasan lebih rinci mengenai bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan menurut Rodliyah 2013: 35-36 ialah: 1. Mengawasi perkembangan pribadi dan proses belajar putra-putrinya di rumah dan bila perlu memberi laporan dan berkonsultasi dengan pihak sekolah. Hal ini memang agak jarang dilakukan oleh orang tua siswa, mengingat kesibukan bekerja atau karena alasan lain; 2. Menyediakan fasilitas belajar di rumah dan membimbing putra-putrinya agar belajar dengan penuh motivasi dan perhatian; 3. Menyediakan perlengkapan belajar yang dibutuhkan untuk belajar di lembaga pendidikan sekolah; 4. Berusaha melunasi SPP dan bantuan pendidikan lainnya; 5. Memberikan umpan balik kepada sekolah tentang pendidikan, terutama yang menyangkut keadaan putra-putrinya; 6. Bersedia datang ke sekolah bila diundang atau diperlukan di sekolah; 23 7. Ikut berdiskusi memecahkan masalah-masalah pendidikan seperti sarana, pra sarana, kegiatan, keuangan, program kerja dan sebagainya; 8. Membantu fasilitas-fasilitas belajar yang dibutuhkan sekolah dalam memajukan proses pembelajaran; 9. Meminjamkan alat-alat yang dibutuhkan sekolah untuk berpraktek, apabila sekolah memerlukannya; 10. Bersedia menjadi tenaga pelatihnarasumber bila diperlukan oleh sekolah; 11. Menerima para siswa dengan senang hati bila mereka belajar di lingkungan masyarakat misalnya praktikum; 12. Memberi layananpenjelasan kepada siswa yang sedang belajar di masyarakat; 13. Menjadi responden yang baik dan jujur terhadap penelitian-penelitian siswa dan lembaga pendidikan; 14. Bagi ahli pendidikan bersedia menjadi ekspert dalam membina lembaga pendidikan yang berkualitas; 15. Bagi hartawan, bersedia menjadi donatur untuk pengembangan sekolah; 16. Ikut memperlancar komunikasi pendidikan; 17. Mengajukan usul-usul untuk perbaikan pendidikan; 18. Ikut mengontrol jalannya pendidikan kontrol sosial; 19. Bagi tokoh-tokoh masyarakat, bersedia menjadi partner manajemen pendidikan dalam mempertahankan dan memajukan lembaga pendidikan; 20. Ikut memikirkan dan merealisasikan kesejahteraan personalia pendidikan. 24 Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1992 Bab III pasal 4 peran sertapartisipasi maysarakat dapat berbentuk: 1. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah; 2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran, pembimbingan danatau pelatihan peserta didik; 3. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar danatau penelitian dan pengembangan; 4. Pengadaan danatau penyelenggaraan program pendidikan yang belum diadakan danatau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang pendidikan nasional; 5. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis; 6. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar; 7. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar; 8. Pemberian kesempatan untuk magang danatau latihan kerja;