Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan juga merupakan tindak lanjut dari ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997, dijelaskan tugas pokok dan kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah yakni
melaksanakan sebagian dari kegiatan pendaftaran tanah dengan tugas pembuatan akta otentik sebagai bukti telah dilakukan perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan
hukum itu di daerah kerjanya yang ditentukan oleh pemerintah kompetensi absolute akni kabupaten atau kota satu wilayah dengan wilayah kerja kantor pertanahan.
Sedangkan untuk PPAT Sementara Camat adalah wilayah jabatan camat saat
perkembangannya, etika dimasukkan dalam disiplin pendidikan hukum
dalam menjalankan tugas jabatannya atau pekerjaannya secara y
menjabat.
B. Tanggung Jawab Profesi PPAT
Dalam . Hal ini disebabkan karena adanya gejala penurunan etika dikalangan aparat
penegak hukum profesional.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
89
yaitu :
89
Abdul Kadir Muhammad, Etika Profesi Hukum, Cet. 1, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1985, halaman 57-58.
Universitas Sumatera Utara
1. Pekerjaan dalam arti umum, yaitu pekerjaan apa saja yang mengutamakan
kemampuan fisik, baik sementara atau tetap dengan tujuan memperoleh pendapatan upah.
2. Pekerjaan dalam
fisik atau intelektual baik sementara atau tetap dengan tujuan pengabdian. 3.
Pekerjaan dalam arti khusus, yaitu pekerjaan bidang tertentu yang mengutamakan kemampuan fisik dan intelektual, bersifat tetap dengan tujuan memperoleh
pendapatan. Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut, dapat dikatakan bahwa profesi adalah
pekerjaan yang termasuk dalam arti khusus yaitu pekerjaan tetap dibidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan
memperoleh penghasilan. Pekerjaan yang menjalankan profesi ini disebut profesional.
Dalam memberikan pelayanannya, profesional itu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada masyarakat. Bertanggung jawab kepada diri sendiri, artinya ia
bekerja karena integritas moral, intelektual, dan profesional sebagai bagian dari kehidupannya. Dalam memberikan pelayanan, seseorang profesional selalu
mempertahankan cita-cita luhur profesi sesuai dengan tuntutan kewajiban hati nuraninya, bukan sekedar karena hobi belaka.
Sedangkan bertanggung jawab kepada masyarakat artinya kesediaan melakukan pelayanan tugas dengan sebaik mungkin yang termasuk dalam lingkup
profesinya, bertindak secara profesional tanpa membedakan perkara bayaran dan arti tertentu, yaitu pekerjaan yang mengutamakan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
perkara cuma-cuma prodeo, dan menghasilkan layanan yang bermutu yang berdampak positif bagi masyarakat serta kesediaan memberikan laporan pertanggung
jawaba
ain dan berdosa kepada Tuhan.
90
ri pengembannya dimana nilai atan luhur. Franz
ari kewajiban yang harus dipenuhi selama menjalankan profesi erwujudan makna misi organisasi profesi.
91
hukum, kelima kriteria tersebut yaitu : a. Dua sikap yang terdapat dalam kejujuran
an menunjukkan diri sesuai dengan keasliannya, kan wewenang
ngan klien tah atasan.
n atas pelaksanaan kewajibannya. Bertanggung jawab juga berarti berani menanggung segala risiko yang timbul akibat pelayanannya itu. Kelalaian dalam
menjalankan profesi menimbulkan dampak yang membahayakan atau merugikan diri sendiri, orang l
Profesi menuntut pemenuhan nilai moral da moral merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbu
Magnis Suseno 1975 mengemukakan tiga nilai moral yang dituntut dari pengemban profesi yaitu :
a. Berani berbuat untuk memenuhi tuntutan profesi
b. Menyad
c. Idealisme ebagai p
Selanjutnya Franz Magnis Suseno 1975 mengemukakan 5 kriteria nilai moral yang
kuat yang mendasari kepribadian profsional 1.
Kejujuran yang merupakan dasar utam yaitu :
a. Sikap terbuka
b. Sikap wajar
2. Otentik artinya menghayati d
kepribadian yang sebenarnya. Otentiknya pribadi profesional hukum antara lain : a.
Tidak menyalahguna b.
Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat perbuatan tercela c.
Mendahulukan kepenti d.
Berani berinisiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu perin
90
Ibid, halaman 59-60.
91
Abdulkadir Muhammad, Etik Profesi Hukum, Cetakan I, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, halaman 60.
Universitas Sumatera Utara
e. Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
3. Bertanggung jawab, artinya :
a. Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk
lingkup profesinya. b.
Bertindak secara profesional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara an
, melainkan membentuk penilaian dan ayoritas, tidak terpengaruh oleh pertimbangan untung rugi,
menyesuaikan diri dengan nilai kesusilaan dan agama. 5.
Keb kesediaan untuk menanggung risiko konflik. Keberanian tersebut antara lain :
b. Menolak tawaran damai di tempat atas tilang karena pelanggaran lalu lintas
c. Menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak
batannya dalam bidang tertentu yang memiliki keahlia
entingan masyarakat yang membutuhkan jasanya i.
cuma-cuma prodeo. c.
Kesediaan memberikan laporan pertanggung jawaban atas pelaksana kewajibannya.
4. Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti
pandangan moral yang terjadi disekitarnya mempunyai pendirian sendiri. Mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh
pendapat m
eranian moral yaitu kesetiaan terhadap suara hari nurani yang menyatakan a.
Menolak segala bentuk korupsi, kolusi, suap, pungli. jalan.
sah. Berdasarkan hal tersebut dapat kita sebutkan bahwa seorang PPAT merupakan
seseorang yang menjalankan tugas ja n khusus dalam hal pembuatan akta yang kewenangannya diberikan oleh
pemerintah berdasarkan peraturan atas dasar kepercayaan yang tugasnya adalah mengutamakan melayani kep
daripada kepentingan dirinya sendir Dengan demikian PPAT dalam hal ini memiliki tanggung jawab sebagai
bentuk pertanggungjawaban profesinya yaitu tanggung jawab secara hukum dan tanggung jawab secara moral.
1. Tanggung jawab secara hukum
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya tanggung jawab PPAT secara hukum, dapat dikatakan merupakan tanggung jawab PPAT dalam melaksanakan kewajiban berdasarkan
peraturan perundang-undangan. 2.
Tanggung Jawab Profesi PPAT a.
Tanggung Jawab Profesi PPAT Secara Hukum
arkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hal pembuatan akta yaitu
kewajiban PPAT sebelum membuat akta, pada saat pelaksanaan membuat akta dan sesudah membuat akta.
Kewajiban PPAT ini diatur dalam PP 241997, PermenagKepala BPN 31997, PP 371998 dan PermenagKepala BPN 41999 yakni sebagai berikut :
1
Pada dasarnya tanggung jawab PPAT secara hukum, dapat dikatakan merupakan tanggung jawab PPAT dalam melaksanakan kewajiban berdas
Kewajiban PPAT Sebelum Membuat Akta
Kewajiban PPAT sebelum membuat akta antara lain diatur dalam : a
Pasal 97 ayat 1 dan 2 PermenagKepala BPN 31997 : 1
Sebelum melaksanakan pembuatan akta mengenai pemindahan atau pembebanan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
PPAT wajib terlebih dahulu melakukan pemeriksaan pada Kantor Pertanahan mengenai kesesuaian sertipikat hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan setempat dengan memperlihatkan sertifikat asli.
Universitas Sumatera Utara
atan akta pemindahan induk dalam rangka
emeriksaan
b ndahan hak atas tanah, calon
menyatakan :
c
orang atau badan hukum yang menjadi pihak epada pihak yang
asal 32 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, surat atau pembebanan hak atas bagian-bagian tanah hak
pemasaran hasil pengembangan oleh perusahaan real estate, kawasan industri dan pengembangan sejenis cukup dilakukan p
sertifikat tanah induk satu kali, kecuali apabila PPAT yang bersangkutan menganggap perlu pemeriksaan sertifikat ulang.
Pasal 99 ayat 1 sub a PermenagKepala BPN 31997 : 1
Sebelum dibuat akta mengenai pemi penerima hak harus membuat pernyataan yang
a. bahwa yang bersangkutan dengan pemindahan hak tersebut tidak
menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan maksimum penguasaan tanah menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pasal 100 ayat 1 PermenagKepala BPN 31997 :
1 PPAT menolak membuat akta PPAT mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun apabila olehnya diterima pemberitahuan
tertulis bahwa hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun itu sedang disengketakan dari
dalam sengketa tersebut dengan disertai dokumen laporan k berwajib, surat gugatan ke pengadilan, atau dengan memperhatikan ketentuan
P
Universitas Sumatera Utara
keberatan kepada pemegang hak serta dokumen lain yang membuktikan adanya sengketa tersebut.
241997 jo. Pasal 101 PermenagKepala BPN 31997
n peraturan perundang-undangan yang
uatan akta, dan telah dilaksanakannya perbuatan hukum tersebut
2 Kewajiban PPAT Pada Saat Pelaksanaan Pembuatan Akta
Kewajiban PPAT pada saat pelaksanaan pembuatan akta antara lain diatur dalam :
a Pasal 38 ayat 1 PP
jo. Pasal 22 PP 371998 : 1
Pembuatan akta PPAT harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau orang yang dikuasakan olehnya
dengan surat kuasa tertulis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2 Pembuatan akta PPAT harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 dua
orang saksi yang menurut ketentua berlaku memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam suatu
perbuatan hukum, yang memberi kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau kuasanya, keberadaan dokumen-dokumen yang ditunjukkan
dalam pemb oleh para pihak yang bersangkutan.
3 PPAT wajib membacakan akta kepada para pihak yang bersangkutan dan
memberi penjelasan mengenai isi dan maksud pembuatan akta, dan prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya sesuai ketentuan yang
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
b Pasal 102 PermenagKepala BPN 31997 :
Ak di Kantor
kepada pihak-pihak yang bersangkutan
3
1997 jo. Pasal 103 ayat 1 dan 5
inya
ang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan ta PPAT dibuat sebanyak 2 dua lembar asli, satu lembar disimpan
PPAT dan satu lembar disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran, sedangkan
diberikan salinannya.
Kewajiban PPAT Sesudah Membuat Akta
Kewajiban PPAT sesudah membuat akta antara lain diatur dalam : a
Pasal 40 ayat 1 dan 2 PP 24 PermenagKepala BPN 31997 :
1 Selambat-lambatnya 7 tujuh hari kerja sejak tanggal ditandatangan
akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen y
untuk didaftar. 2
PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta tersebut kepada para pihak yang bersangkutan.
b Pasal 26 ayat 1, 2 dan 3 PP 371998 dan Pasal 24 ayat 1 dan ayat 2
PermenagKepala BPN 41999 : Pasal 26 ayat 1, 2 dan 3 PP 371998 :
1 PPAT harus membuat satu buku daftar untuk semua akta yang dibuatnya.
2 Buku daftar akta PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diisi setiap
hari kerja PPAT dan ditutup setiap akhir hari kerja dengan garis tinta yang diparaf oleh PPAT yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
3 PPAT wajib mengirim laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya,
ah yang berlaku
mengenai Akta Jual-beli,
Akta Pemberian Hak Pakai Atas
m Pasal 45 Peraturan Kepala Badan an Nasional Nomor 1 Tahun 2006 yaitu :
enai akta yang dibuatnya lepada Kepala yang diambil dari buku daftar akta PPAT sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 kepada Kepala Kantor Pertanahan dan kantor-kantor lain sesuai ketentuan Undang-Undang atau Peraturan Pemerint
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Pasal 24 ayat 1 dan ayat 2 PermenagKepala BPN 41999 :
1 PPAT wajib menyampaikan laporan bulanan mengenai semua akta yang
dibuatnya selambat-lambatnya setiap tanggal 10 bulan berikutnya kepada Kepala Kantor Pertanahan dan Kepala Kantor Wilayah.
2 PPAT wajib menyampaikan laporan bulanan
Akta Tukar Menukar, Akta Hibah, Akta Pemasukan ke Dalam Perusahaan, Akta Pembagian Harta Bersama, Akta Pemberian Hak Pakai
Bangunan Atas Tanah Hak Milik, dan Tanah Hak Milik kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Akan tetapi, selain dari kewajiban PPAT tersebut diatas, ada juga terdapat
kewajiban PPAT lainnya yang diatur dala Pertanah
1. Menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. 2.
Mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan sebagai PPAT. 3.
Menyampaikan laboran bulanan meng Cantor Pertanahan, Kepala Cantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan setempat paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
4. Menyerahkan protokol PPAT dalam hal :
Universitas Sumatera Utara
6. Membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang melaksanakan cuti atau hari
a sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pengangkatan PPAT.
8. Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf dan teraan
r Wilayah, BupatiWalikota, Ketua Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi
dae pengambilan sumpah jabatan.
10. Memasang papan nama dan menggunakan stempel yang bentuk dan ukurannya
11. Lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan.
an dengan profesi PPAT itu sendiri yang disebut Ikatan
g pada tahun 1997 menghasilkan Kode Etik Profesi Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya disebut
Kode Etik Profesi PPAT dimana dalam Pasal 1 Kode Etik tersebut dinyatakan bahwa merupakan panduan yang harus ditaati,
libur resma dengan jam kerja paling kurang sama dengan jam kerja kantor pertanahan setempat.
7. Berkantor hanya 1 satu kantor dalam daerah kerj
capstempel jabatannya kepada Kepala Kanto rah kerja PPAT yang bersangkutan dalam waktu 1 satu bulan setelah
9. Melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah jabatan.
ditetapkan oleh Kepala Badan.
b. Tanggung Jawab Profesi PPAT Secara Moral
Tanggung jawab profesi PPAT secara moral berkaitan dengan etikatingkah laku PPAT baik didalam maupun diluar jabatannya. Mengenai etika ini diatur oleh
suatu organisasi profesi yang berkait Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya disebut IPPAT. IPPAT tersebut
mengatur ketentuan mengenai Kode Etik bagi PPAT sebagai peraturan pelaksana ataupun sebagai penjelasan tambahan terhadap ketentuan-ketentuan hukum
sebagaimana terdapat dalam PP 241997, PermenagKepala BPN 31997, PP 371998 dan PermenagKepala BPN 41999.
Kongres I IPPAT yang diselenggarakan di Bandun
Kode Etik Profesi adalah aturan-aturan yang
Universitas Sumatera Utara
yang m
garis besar mengatur mengenai kewajib
Pasal 7
n bahwa untuk menjaga terlaksananya Kode Etik PPAT dibentu
engatur tingkah laku, lahiriah maupun sikap batiniah, baik dalam rangka menjalankan profesi maupun dalam tingkah laku sehari-hari.
92
Ketentuan Kode Etik Profesi PPAT ini secara an ataupun larangan serta sanksi yang dapat diberikan kepada PPAT apabila
ketentuan tersebut dilanggar oleh yang bersangkutan. Di dalam Pasal 7 ayat 1 Kode Etik tersebut disebutkan mengenai sanksi
yang dapat diberikan kepada seorang PPAT apabila kode etik yang telah ditetapkan dilanggar yaitu antara lain dikenakan teguran, peringatan, pemberhentian sementara
dari keanggotaan IPPAT dan pemecatan dari keanggotaan IPPAT. Kemudian didalam ayat 2 Kode Etik tersebut disebutkan bahwa pengenaan sanksi-sanksi
tersebut disesuaikan dengan jenis atau macam pelanggaran yang dilakukan anggota. Hasil Kongres II IPPAT yang diselenggarakan di Denpasar-Bali tanggal 7-8
September 2000 telah mengesahkan perubahan anggaran dasar IPPAT yang didalam salah satu ketentuannya menyebutkan bahwa kode etik diatur secara tersendiri dan
disahkan oleh kongres untuk memelihara martabat PPAT. Sedangkan didalam Pasal 20-nya disebutka
k Dewan Kehormatan yang disebut Dewan Kehormatan Pusat dan Dewan Kehormatan Daerah.
93
92
Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah IPPAT, Kode Etik Profesi Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT, Kongres I IPPAT di Bandung, 1997.
93
Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah IPPAT, Anggaran Dasar Perkumpulan Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, Kongres II IPPAT di Denpasar-Bali, tanggal 7-8 September 2000.
Universitas Sumatera Utara
Dewan kehormatan ini berfu mengawasi PPAT dan berwenang
untu an
pela asi
profesi.
AK
akta otentik atau bukan, m
Hukum Perdata KUHPerdata yang merupakan sumber untuk otentisitas akta yang dibuat
Tahun Menurut Pasal 1868 KUHPerdata bahwa :
yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum
ngsi untuk k mengadili setiap anggota IPPAT yang terbukti nyata telah melakuk
nggaran Kode Etik yang telah ditetapkan oleh IPPAT sebagai suatu organis
BAB IV IBAT HUKUM TERHADAP AKTA YANG DIBUAT DIHADAPAN
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH SECARA MELAWAN HUKUM
A. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT