Anak Tunagrahita

5. Anak Tunagrahita

a. Pengertian

Di dalam dunia ini, terdapat anak yang disebut normal karena perkembangannya sama dengan teman sebayanya, tetapi juga ada anak yang di atas normal dan di bawah normal karena perkembangannya lebih cepat atau lebih lambat dibanding teman sebayanya. Anak yang perkembangannya lebih lambat dibanding teman sebayanya baik dalam perkembangan intelegensi maupun sosial sering disebut anak terbelakang mental atau tunagrahita. Pemahaman yang jelas tentang siapa anak tunagrahita merupakan dasar yang penting untuk dapat memberikan pelayanan khusus sesuai kebutuhannya. Berikut dijelaskan beberapa pengertian tunagrahita menurut ahli.

American Association on Mental defeciency (AAMD) dalam Abdurrachman dan Sudjadi (1994) mendefinisikan retardasi mental sebagai kelainan yang (1) meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata- rata (subaverage), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes individual, (2) muncul sebelum usia 16 tahun, dan (3) menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif (hlm.20).

Menurut Amin (1995) anak tunagrahita adalah Mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-rata.

Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-

commit to user

sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama- lamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala- galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti: mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan juga mereka kurang/ terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan (hlm.11).

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2004) berpendapat tunagrahita (retardasi mental) adalah “anak yang secara nyata mengalami hambatan

dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata- rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan

pendidikan khusus” (hlm. 16). Sedangkan Somantri (2006) menjelaskan “anak tunagrahita merupakan

kondisi di mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga t idak mencapai tahap perkembangan yang optimal” (hlm.105).

Menurut Muhammad (2008) anak-anak yang mengalami cacat mental adalah anak-anak yang mengalami keadaan perkembangan yang kurang atau tidak lengkap dalam fungsi intelektual dan sosial. Biasanya juga mengalami masalah dalam pembelajaran dan kurang memiliki kemampuan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan intelektual atau kecerdasan dan sosialnya.

b. Penyebab

Terdapat banyak penyebab cacat mental, seperti penyakit yang diderita semasa kehamilan, kerusakan dalam metabolisme, penyakit pada otak atau kromosom yang abnormal, faktor lingkungan, pola makan yang tidak baik, dan perawatan yang tidak sesuai.

commit to user

disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu:

1) Faktor genetik

a) Kerusakan/ kelainan biokimiawi Para ahli biokimiawi telah mengidentifikasi sejumlah substansi kimia yang dapat berpengaruh terhadap kondisi genetik abnormal misalnya materi kimia berupa karbohidrat, lemak, dan asam amino.

b) Abnormalitas kromosomal (chromosomal abnormalities) Abnormalitas kromosom paling umum ditemukan adalah sindroma down atau sindroma mongol (mongolism). Dalam tubuh manusia ada 46 kromosom yang tersusun dalam 23 pasang. Pada anak sindroma Down memiliki 47 kromosom karena pasangan kromosom ke-21 terdiri dari 3 kromosom.

2) Penyebab tunagrahita pada masa prenatal

a) Ibu yang ketika hamil terkena infeksi rubella (cacar).

b) Faktor rhesus (Rh).

3) Penyebab tunagrahita pada masa perinatal Berbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan terjadinya retardasi mental yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran, sesak napas (asphyxia), dan prematuritas.

4) Penyebab tunagrahita pada masa postnatal Penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan retardasi mental, antara lain:

a) Encephalitis menunjuk pada suatu peradangan sistem saraf pusat

yang disebabkan oleh virus tertentu.

b) Meningitis adalah suatu kondisi yang berasal dari infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan pada selaput otak (meninges) dan menimbulkan kerusakan pada sistem saraf pusat.

c) Malnutrisi.

d) Kekurangan nutrisi.

commit to user

Peran nyata dari lingkungan dalam perkembangan kemampuan intelektual masih belum dapat dipahami secara jelas, tetapi para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual. Menurut Hildayani, dkk (2010) penyebab retardasi mental secara

umum dapat terjadi karena:

1) Faktor genetik Keterbelakangan mental adalah suatu bentuk sebagai akibat adanya sebuah kromosom tambahan pada pasangan ke-21 dari autosom (pasangan yang normal).

2) Biologis non-keturunan Retardasi mental tidak hanya dapat terjadi karena faktor genetik tetapi juga banyak hal nongenetik yang menyebabkan keterbelakangan mental, termasuk radiasi, gizi ibu yang buruk ketika hamil, obat- obatan, dan faktor rhesus.

3) Lingkungan Selain keadaan genetik dan biologis, faktor lingkungan juga dapat berperan sebagai penyebab retardasi mental, terutama berkaitan dengan kesempatan stimulasi yang diberikan kepada anak, sebagai contoh karena penolakan orang tua atau keadaan ekonomi keluarga yang sangat kekurangan. Sedangkan Amin (1995) berpendapat terdapat beberapa faktor

penyebab tunagrahita:

1) Faktor keturunan

2) Gangguan metabolisme dan gizi Kelainan yang disebabkan oleh kegagalan metabolisme dan kekurangan gizi, antara lain:

a) Phenylketonuria Kelainan ini merupakan salah satu akibat gangguan metabolisme asam amino.

commit to user

Gargoylism disebabkan oleh adanya kerusakan metabolisme saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide di dalam hati, limpa kecil, dan otak.

c) Cretinism Kelainan ini disebabkan oleh keadaan hypohyroidism kronik yang terjadi selama masa janin atau segera setelah dilahirkan.

3) Infeksi dan keracunan

a) Rubella

b) Syphilis bawaan

c) Syndrome gravidity beracun

4) Trauma dan zat radioaktif

a) Trauma otak

b) Zat radioaktif

5) Masalah pada kelahiran Kelainan dapat juga disebabkan oleh masalah-masalah yang terjadi pada waktu kelahiran (perinatal), misalnya kelahiran yang disertai hypoxia, trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

6) Faktor lingkungan (sosial budaya) Beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ketunagrahitaan antara lain:

a) Pengalaman negatif atau kegagalan dalam melakukan interaksi

yang terjadi selama periode perkembangan.

b) Ketidakseimbangan nutrisi/gizi dan kurangnya perawatan medis.

c) Keadaan ekonomi keluarga.

d) Latar belakang pendidikan orang tua.

e) Kurangnya kasih sayang orang tua terutama dari ibu. Grossman dalam Muhammad (2008) memaparkan sembilan faktor

yang menjadi penyebab timbulnya cacat mental:

1) Penyakit yang disebabkan minuman keras.

2) Trauma.

commit to user

4) Penyakit dalam otak.

5) Pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui.

6) Kromososm yang abnormal.

7) Gangguan semasa kehamilan.

8) Gangguan psikiatris.

9) Pengaruh lingkungan (hlm. 102). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab tunagrahita antara lain karena:

1) Faktor keturunan.

2) Faktor penyakit yang terjadi saat prenatal (saat dalam kandungan ibu).

3) Faktor penyakit yang terjadi saat natal (saat dilahirkan).

4) Faktor penyakit yang terjadi saat postnatal (setelah lahir).

5) Faktor lingkungan/sosial-budaya.

c. Karakteristik

Anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda dibanding dengan anak normal lainnya. Berikut diuraikan beberapa pendapaat ahli mengenai karakteristik anak tunagrahita.

Amin (1995) karakteristik anak tunagrahita menurut tingkat ketunagrahitaannya:

1) Karakteristik anak tunagrahita ringan Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran berpikir abstrak tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Perkembangan intelektual tertinggi anak tunagrahita ringan adalah sesuai dengan tingkat kecerdasan anak normal usia 12 tahun.

2) Karakteristik anak tunagrahita sedang Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran- pelajaran akademik. Perkembangan bahasanya lebih terbatas. Mereka

commit to user

membedakan bahaya dan tidak bahaya. Mereka masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa mereka baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun.

3) Karakteristik anak tunagrahita berat dan sangat berat

Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang hidupnya akan selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri mereka sendiri dan berpartisipasi dengan lingkungan. Jika berbicara makna kata-katanya sangat sederhana. Kecerdasan seorang anak tunagrahita berat dan sangat berat hanya dapat berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berumur 3 atau 4 tahun. Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2004) karakteristik siswa

tunagrahita adalah sebagai berikut

1) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/

besar,

2) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia,

3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat,

4) Tidak ada/ kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan

(pandangan kosong),

5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali),

6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler) (hlm.19).

Menurut Hildayani, dkk, (2010) ecara umum, terlihat bahwa anak dengan retardasi mental memiliki karakteristik tertentu yang dapat diamati sebagai berikut:

1) Menunjukkan ada kendala pada aspek rentang perhatian, daya ingat dan cara belajar.

2) Aktivitas bermain yang dilakukan anak dengan retardasi mental serupa dengan anak yang usianya jauh lebih kecil dari mereka. Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik

anak tunagrahita adalah sebagai berikut:

commit to user

tunagrahita sedang dan berat.

2) Kemampuan intelektual anak tunagrahita dibawah anak normal.

3) Anak tunagrahita ringan dan sedang tidak mengalami masalah dalam

hal bina diri dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

d. Klasifikasi

Klasifikasi anak tunagrahita diperlukan untuk pemberian layanan khusus sesuai dengan taraf kemampuannya. Menurut Abdurrachman dan Sudjadi (1994) ada empat kelompok pembedaan untuk keperluan pembelajaran yaitu:

1) Taraf perbatasan atau lamban belajar (the boderline or the slow learner ) (IQ 70-85),

2) Tunagrahita mampu didik (educable mentally retarded) (IQ 50-70 atau 75),

3) Tunagrahita mampu latih (trainable mentally retarded) (IQ 30 atau 35 sampai 50 atau 55), dan

4) Tunagrahita mampu rawat (dependent or profoundly mentally retarded ) (IQ di bawah 25 atau 30) (hlm. 26).

Klasifikasi anak tunagrahita menurut Somantri (2006):

1) Tunagrahita ringan, disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Skala Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.

2) Tunagrahita sedang, disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ 51-36 pada Skala Binet dan 54-40 menurut Skala Weschler (WISC). Mereka dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya.

3) Tunagrahita berat, sering disebut idiot. Kelompok ini dibedakan lagi antara anak tunagrahita berat dan sangat berat. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan antara 39-

25 menurut Skala Weschler (WISC). Tunagrahita sangat berat

commit to user

dibawah 24 menurut Skala Wischler (WISC). Anak tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan, dan lain-lain. Bahkan mereka memrlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnya. Hidayani, dkk, (2010) menyebutkan para ahli melakukan klasifikasi

gangguan anak dengan retardasi mental menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu:

1) Retardasi mental tingkat ringan dengan kategori pendidikan mampu didik dan memiliki IQ antara 69-55 menurut Skala Wechsler.

2) Retardasi mental tingkat sedang dengan kategori pendidikan mampu

latih dan memiliki IQ antara 54-40 menurut Skala Wechsler.

3) Retardasi mental tingkat berat dengan kategori pendidikan mampu latih dengan bantuan dan memiliki IQ antara 39-25 menurut Skala Wechsler (hlm. 6.8). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak

tunagrahita adalah sebagai berikut:

a) Tunagrahita ringan (mampu didik) dengan IQ 69-55 menurut Skala Wechsler.

b) Tunagrahita sedang (mampu latih) dengan IQ 54-40 menurut Skala Wechsler.

c) Tunagrahita berat (mampu rawat) dengan IQ 39-25 menurut Skala Wechsler.