Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang
PENINGKATAN INTERAKSI PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBASIS REALISTIK
PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN WONOSARI 03 KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang
Oleh :
M. Qurotul Aein 1401909109
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(2)
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M. Qurotul Aein
NIM : 1401909109
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan
Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,
bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat
atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah.
Semarang, 27 September 2011
M. Qurotul Aein 1401909109
(3)
(4)
(5)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Setiap manusia pasti binasa kecuali orang yang berilmu. Setiap yang berilmu juga binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Setiap pengamal ilmupun
akan binasa kecuali orang yang mengamalkan ilmu dengan ikhlas niatnya” (Al – Hadist).
”Ada tiga hal yang termasuk pusaka kebajikan, yaitu merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah, dan merahasiakan shodaqoh”
(HR. Athabroni)
“ sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberi manfaat kepada orang lain” ( HR. Bukhori Muslim )
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur atas segala karunia-Nya karya ini saya persembahkan kepada:
1. Abah dan Umi tercinta yang selalu memberi kasih sayang dan doa serta semangat dalam setiap langkah penulis
2. Kedua Adik kecil Najib dan Zahwa tersayang yang selalu menghibur penulis didalam duka.
3. Teman-teman kost, teman seperjuangan PGSD FIP UNNES dan teman SDN Wonosari 03 yang selalu mendukung penulis. 4. Almamater penulis.
(6)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata Pelajaran Pkn Kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang”
Dalam penulisan skripsi ini berkat bimbingan dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi.
2. Drs. Hardjono, M. Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin dan rekomendasi penelitian.
3. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membantu jalannya penelitian.
4. Drs. Jaino, M. Pd. Dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dengan kesabaran serta kesungguhan hati sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
5. Harmanto, S. Pd., M. Pd. Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dengan kesabaran serta kesungguhan hati sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
6. Dra. Renggani, M. Si. Dosen Penguji Utama Skripsi, yang telah menguji dengan teliti
7. Budi Sanyoto, S.Pd. Kepala SDN Wonosari 03 yang telah memberikan izin penelitian.
8. Seluruh siswa, guru dan karyawan SDN Wonosari 03.
9. Teman-teman yang telah membantu melaksanakan penelitian.
Segalanya akan dikenang peneliti. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, 23 September 2011
(7)
vii ABSTRAK
Aein, Qurotul M. 2011. Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Drs. Jaino, M.Pd. Dan Harmanto, S.Pd., M. Pd. 185 Halaman.
Kata kunci : Interaksi Pembelajaran, kooperatif tipe Jigsaw Berbasis Realistik.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran masih didominasi oleh guru. Siswa disuruh membaca kembali materi yang ada di LKS dan siswa disuruh menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di LKS setelah itu proses belajar mengajar selesai. Aktifitas siswa cenderung pasif dan prestasi belajar siswa kelas IV masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu (65). Nilai terendah yaitu 30 dan nilai tertinggi yaitu 80, siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa dengan presentase 29% dan yang belum tuntas 22 siswa dengan presentase 70,96% dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV yaitu 31. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : a) Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan keterampilan guru pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03?. b) Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan interaksi pembelajaran PKn kelas IV SD Negeri Wonosari 03?. c) Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03?. Penelitian ini bertujuan : Meningkatkan keterampilan guru dalam upaya meningkatkan interaksi pembelajaran, Meningkatkan interaksi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 3 siklus. Dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN Wonosari 03. Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik tes, observasi dan dokumentasi. Tehnik analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan keterampilan guru pada siklus I pertemuan 2 mendapat skor 20,presentase 56.25%, kategori baik. siklus II pertemuan 2 mendapat skor 26, presentase 81.2%, kategori baik. Sedangkan pada siklus III keterampilan guru mendapat skor 28, presentase 87.5%, kategori sangat baik. Interaksi pembelajaran siklus I pertemuan 2 mendapat skor 45, presentase 75% rata-rata 2,6 dengan kategori baik. Interaksi pembelajaran pada siklus II pertemuan ke 2 mendapat skor 52, presentase 86% rata-rata 3 kategori baik. Siklus III interaksi pembelajaran mendapat skor 55, presentase 91,6% rata-rata 3,2 kategori sangat baik. Sedangkan hasil belajar siklus I pertemuan ke 2 yang mengalami ketuntasan sebanyak 51,61% atau 15 siswa sedangkan yang belum tuntas 48,38% atau 15 siswa. Pada siklus II pada pertemuan 2 yang tuntas sebanyak 64,51% atau 20 siswa dan 35,48% atau 11 siswa belun tuntas. Pada siklus III yang mengalami ketuntasan sebanyak 87,09% atau 27 siswa dan yang belum tuntas sebanyak 12,90% atau 4 siswa. Pelaksanaan penelitian ini adalah Pendekatan Koopertif Tipe Jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan keterampilan guru, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03. Saran dalam penelitian ini. Guru lebih banyak membaca dan mencari inovasi model pembelajaran agar dapat meningkatkan keterampilan guru dan hasil pembelajaran dapat meningkat. Siswa jangan sungkan-sungkan bertanya, malu atau takut bertanya kepada guru apabila terdapat kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Sekolah memfasilitasi yang dapat menunjang pembelajaran, seperti media, alat peraga, laboratorium sumber belajar dan dapat memberikan kenyamanan dalam pembelajaran.
(8)
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN KEASLIAN... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN KELULUSAN... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang………... 1
B. PerumusanMasalah Dan PemecahanMasalah………. 12
1. PerumusanMasalah……… 12
2. PemecahanMasalah………... 12
C. TujuanPenelitian……….. 15
D. ManfaatPenelitian……… 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KajianTeori...………... 17
1. PengertianInteraksi………... 17
2. Keterampilan Guru ……… 45
(9)
ix
4. PembelajaranKooperetif ………... 67
5. KoopereatifTipeJigsaw………... 70
6. PendekatanRealistik ………. 74
7. HakikatPendidikanKewarganegaraan ………. 77
B. KajianEmpiris……….. 81
C. KerangkaBerpikir……… 85
D. HipotesisTindakan………... 87
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan SubyekPenelitian ………... 88
B. Prosedur / Langkah-LangkahPenelitian……… 88
1. Perencanaan………... 88
2. PelaksanaanTindakan ………... 89
3. Observasi………... 89
4. Refleksi ……….. 89
C. SiklusPenelitian……… 89
1. SiklusPertama ………... 90
2. SiklusKedua ………. 92
3. SiklusKetiga ………. 95
D. Data Dan Pengumpulan Data ………... 99
E. TehnikPengumpulan Data ………... 101
F. TehnikAnalisis Data ………. 103
1. Kualitatif……… 103
2. Kuantitatif ………. 104
(10)
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HasilPenelitian………... 107
1. Deskripsi Data PelaksanaanPraSiklus ………. 107
2. Deskripsi Data PelaksanaanSiklus I ………. 108
a. Perencanaan ……….. 109
b. Pelaksanaan……….. 109
c. Obnservasi……… 113
1)ObservasiKeterampilan Guru ………. 113
2)ObservasiInteraksiPembelajaran ………... 114
3) HasilBelajar ………... 116
d. Refleksi……… 119
e. Revisi……… 120
3. Deskripsi Data PelaksanaanSiklus II ……… 122
a. Perencanaan ………. 122
b. Pelaksanaan………. 123
c. Observasi………. 126
1) ObservasiKeterampilan Guru ………... 127
2) ObservasiInteraksiPembelajaran …………. 128
3) HasilBelajar……….. 130
d. Refleksi……… 134
e. Revisi………... 135
4. Deskripsi Data pelaksanaansiklus III……… 136
a. Perencanaan………. 136
(11)
xi
c. Observasi……….. 140
1)ObservasiKeterampilan Guru……….. 141
2)ObservasiInteraksiPembelajaran……… 142
3) HasilBelajar……… 145
d. Refleksi……….. 147
e. Revisi………. 149
B. Pembahasan……….. 150
1. PemaknaanHasilTemuanPenelitian ……… 150
a. Keterampilan guru dalam pembelajaran …………. 150
b. Interaksi Pembelajaran………. 157
c. HasilBelajar……… 169
2. ImplikasiHasilPenelitian ………. 170
BAB V PENUTUP A. Simpulan……… 180
B. Saran ……….. 182
DAFTAR PUSTAKA ……….. 184
(12)
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Penilaian ... 104
Tabel 2. Kriteria Ketuntasan ... 105
Tabel 3. Penilaan hasil Belajar Sebelum Perbaikan ... 107
Tabel 4. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan I Dan Pertemuan II ... 113
Tabel 5. Penilaian Keterampilan Guru Siklus I ... 113
Tabel 6. Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I Dan Pertemuan II ... 114
Tabel 7. Penilaian Interaksi Pembelajaran Siklus I………... 116
Tabel 8. Analisis hasil belajar siklus I pertemuan I dan pertemuan II ... 117
Tabel 9. Kriteria Ketuntasan Minimal ... 117
Tabel 10. Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II pertemuan I dan Pertemuan II ... 127
Tabel 11. Penilaian keterampilan guru siklus II ... 127
Tabel 12. Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I Dan Pertemuan II ... 128
Tabel 13. Penilaian interaksi pembelajaran siklus II ... 130
Tabel 14. Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I Dan Pertemuan II ... 131
Tabel 15. Kriteria Ketuntasan Minimal ... 131
Tabel 16. Hasil Pengamatan Guru Siklus III ... 141
Tabel 17. Penilaian Keterampilan Guru Siklus III ... 141
Tabel 18. Hasil Pengamatan Interaksi Pembelajaran Siklus III ... 142
(13)
xiii
Tabel 20. Analisis Hasil Belajar Siklus III ... 145 Tabel 21. Kriteria Ketuntasan Minimal
Tabel 22. Presentase Peningkatan Hasil Pengamatan Guru Per Siklus I, II Dan III ... Tabel 23. Presentase Peningkatan Interaksi Pembelajaran Per Siklus I, II dan
III ... Tabel 24. Presentase Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per Siklus ...
146
173
176
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 86
Gambar 2. Diagram Hasil Belajar Siklus 1pertemuan I ... 118
Gambar 3. Diagram Hasil Belajar Siklus 1pertemuan II ... 118
Gambar 4. Diagram Batang Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I dan Pertemuan II ...
119
Gambar 5. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I... 132
Gambar 6. Diagram Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II ... 132
Gambar 7. Diagram batang pelaksanaan siklus II pertemuan I dan
pertemuan II
133
Gambar 8. Diagram hasil belajar siswa siklus III ... 146
Gambar 9. Diagram batang keterampilan guru dan interaksi pembelajaran siklus I, siklus II dan siklus III ...
148
Gambar 10. Diagram Batang Presentase Ketuntasan Klasikal Siswa ... 149
Gambar 11. Diagram Batang Presentase Peningkatan Keterampilan Guru .... 174
Gambar 12. Diagram batang peningkatan presentase interaksi pembelajaran 176
Gambar 13. Diagram Batang Presentase Peningkatan Hasil Belajar Per
Siklus
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen ... 186
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 190
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 201
Lampiran 4. Hasil Observasi Penelitian Keterampilan Guru ... 233
Lampiran 5. Hasil Observasi Penilitian Interaksi Pembelajaran... 240
Lampiran 6. Hasil Belajar Siswa………... 247
Lampiran 7. Foto Kegiatan……….……… 254
Lampiran 8. Surat – Surat ...……….……….... 259
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam UU RI No. 20 Pasal I Tahun 2003 bahwa pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Oleh karena itu setiap guru dituntut untuk
meningkatkan kompetensi siswanya dalam setiap pembelajaran, karena pada
dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang
dikehendaki dalam tingkah laku siswa.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 6 ayat ( 1 ) menyatakan bahwa Struktur dan
Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) pada jenjang
Pendidikan Dasar meliputi 5 kelompok mata pelajaran. Salah satunya adalah
mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, pendidikan kewarganegaraan
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan, pengetahuan, keterampilan, berpikir secara
kritis, rasional, dan kreatif serta sikap positif terhadap berbangsa dan
bernegara. Depdiknas (2005) menyatakan bahwa, “Pendidikan
Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia,
suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
(17)
2
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman,
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang
mantap dan mandiri, rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh
individu agar terjadi pereubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang
tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan
sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. Dari belajar
tersebut akan tampak perubahan perilaku individu sebagai akibat dari
belajarnya. Dari perubahan tersebut akan tampak baik perubahan dari
pengetahuan, keterampilan, penguasaan nilai-nilai dan perubahan sikapnya.
Menurut Gagne (1984) dalam Udin S. Winataputra, dkk (2005:2.3)
belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Ada tiga atribut pokok (ciri utama) belajar yaitu :
(1) Proses : Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir
dan merasakan. (2) Perubahan perilaku : Belajar adalah perubahan perilaku
atau tingkah laku, seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah
perilakunya baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik atau
penguasaan nilai-nilai (sikap). (3) Pengalamam : Belajar adalah mengalami,
artinya belajar terjadi di dalam interaksi antar individu dengan lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Didalam lingkup kelas, guru mempunyai peran yang strategis
(18)
3
yang memiliki kesempatan bertatap muka lebih banyak dengan siswanya,
oleh karena itu seorang guru hendaknya menguasai dan mengembangkan
materi pembelajaran, mengelola program belajar, mengelola kelas,
menggunakan media dan sumber, menguasai landasan pendidikan,
meningkatkan interaksi dalam belajar, merencanakan dan mempersiapkan
pembelajaran, serta mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa. Syaifudin
Nurdin (2002) dalam Ahmad Barizi(2009:150). Kemampuan guru dalam
memproses keterampilan serta menciptakan pembelajaran yang berkualitas
sangat menentukan keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas
pembelajaran sangat bergantung pada keterampilan dan kemampuan guru,
terutama dalam memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik secara
efektif dan efisien yang terorganisir dengan baik.
Didalam proses belajar mengajar berlangsung interaksi dan
komunikasi guru sebagai pendidik dan siswa sebagi yang dididik. Dalam
proses belajar mengajar interaksi merupakan kegiatan paling pokok dan
menjadi ruh dalam kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian
jika proses belajar mengajar tanpa adanya interaksi maka pembelajaran itu
tidak akan menghasilkan apa-apa dengan kata lain pembelajaran itu semu,
untuk itu seorang guru harus benar-benar terampil dalam mengelola interaksi
dalam pembelajaran agar kualitas dan hasil belajar akan meningkat lebih baik.
Selain itu guru dalam mengelola interaksi belajar mengajar harus memiliki
kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu
menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan
(19)
4
keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami
landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak. Dalam pembelajaran, interaksi
mempunyai beberapa tujuan yaitu : membantu menyeleksi bahan pengajaran
yang akan disampaikan, memudahkan menyeleksi metode yang akan
digunakan, memudahkan menyeleksi media dan alat bantu pengajaran,
menolong sikap, tingkah laku dan perbatan guru, memudahkan memberikan
penilaian, serta memudahkan mengorganisasika kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, memudahkan menyeleksi kemampuan yang
ingin diinginkan dari anak didik. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran
mempunyai arah dan tujuan yang jelas Syaifu Bahri Djamarah (2005:28)
Dalam belajar mengajar memunculkan istilah guru sebagai satu pihak dan siswa sebagai lain pihak. Keduanya memegang peran, posisi dan tanggung jawab yang berbeda-beda namun bersama-sama mencapai tujuan. Guru bertanggung jawab mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan susila yang cakap dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha untuk mencapai tujuan itu dengan bantuan dan pembinaan dari guru. Dari paparan di samping kedua belah pihak berada dalam interaksi edukatif. Didalam proses interaksi edukatif mengandung sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru transfer kepada anak didik. Proses intaraksi edukatif menjadi jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara pengetahuan dan perbuatan yang menghantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan pengetahuan yang diterima oleh anak didik. Dengan demikian interaksi edukatif adalah
(20)
5
hubungan dua arah antara guru dan anak didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut pendapat Drs. Moh. Uzer Usman (1990)dalam Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag. (2005 : 13) berpendapat bahwa kegiatan interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragan coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh anak didik. Hal ini tentu tergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interakasi mutlak dilakukan oleh guru , hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan.
Jadi proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi
antara dua unsur manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru
sebagai pihak yang mengajar. kedua belah pihak tersebut harus aktif. Aktif
tersebut dalam arti sikap, mental dan perbuatan dalam pembelajaran dengan
beberapa pendekatan proses. Anak didik harus lebih aktif dari pada guru, guru
hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator untuk menghasilkan
interaksi yang menjadi interaksi multi arah seperti halnya guru, lingkungan
dapat berfungsi sebagai sumber belajar bagi anak didik. Hal tersebut tentunya
mempunyai tujuan yakni memperbaiki proses belajar mengajar dan
pembelajaran untuk lebih baik dan meningkat. Didalam pembelajaran seorang
guru juga harus menguasai pendekatan - pendekatan pembelajaran agar
pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat membantu siswa berpikir positif,
(21)
6
pembelajaran siswa. Adapun yang dimaksud realistik adalah siswa dapat
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik
tolak dalam belajar. Realistik ini merupakan sebuah pendekatan yang dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan realistik ini
adalah sebuah pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan
pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri. http
://zahra-abcde.blogs.pot.Com/2010/04/ mengajar-matematika-denganpendekatan.
html.
Realistik atau dunia nyata tidak hanya sebagai sumber
pembelajaran, tetapi juga sebagai tempat untuk mengaplikasikan kembali
pembelajaran kedunia nyata. Pembelajaran diawali dengan masalah
kontekstual “dunia nyata yang berkaitan dengan isi dari pembelajarannya,
sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman yang pernah ia
dapat dalam kesehariannya sebelumnya secara langsung dituangkan dalam
pembelajaran. Melalui abstraksi dan formalisasi siswa akan mengembangkan
konsep yang lebih komplit. Kemudian, siswa dapat mengaplikasikan
konsep-konsep yang ia dapat ke bidang baru dari dunia nyata. Oleh karena itu, untuk
menjembatani konsep-konsep pembelajaran dengan pendekatan realistik
siswa perlu mengaplikasikan pengalaman sehari-hari.
Dalam proses belajar mengajar pendekatan realistik berpengaruh
penting terhadap aktifitas siswa itu sendiri, dimana didalam pelajaran tersebut
guru dapat mengaitkan masalah atau pencarian informasi terhadap dunia
nyata yang dikaitkan dengan pengalaman siswa, siswa dapat menemukan
(22)
7
berlangsung, sehingga dalam pendekatan realistik tersebut guru dengan
langsung dapat meningkatkan interaksi pembelajaran.
Namun didalam pembelajaran, seringkali dalam pelaksanaannya
guru kurang memperhatikan aspek-aspek yang dapat meningkatkan belajar
siswa. Terkait dengan hal tersebut, berdasarkan pengamatan/observasi
khususnya pada mata pelajaran PKn di SD Negeri wonosari 03 terutama
dalam proses belajar mengajarnya terdapat beberapa permasalahan yang
belum optimal. Pembelajaran masih didominasi oleg guru (teacher centre)Guru dalam menerapkan pembelajaran kurang kreatif dan efektif, dalam pembelajaran guru kurang mengoptimalkan media pembelajaran serta
model-model pembelajaran. Proses interaksi timbal balik antara siswa dengan
guru belum sepenuhnya berjalan dengan baik,yaitu siswa masih malu dan
takut untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya, interaksi siswa dalam
pembelajaran baik dengan siswa lain, dengan lingkungan, maupun dengan
pembelajarannya itu sendiri belum sepenuhnya berjalan dengan baik.
Mayoritas siswa hanya duduk dan diam mendengarkan penjelasan dari guru,
siswa disuruh membaca kembali materi yang ada di LKS dan siswa disuruh
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di LKS yang berhubungan
dengan materi setelah itu proses belajar mengajar selesai.
Masalah-masalah diatas diperkuat oleh Lukman Hakim, S.Pd
sebagai kolaboratordalam penelitian ini. Didalam pengamatan bersama bahwa
interaksi multi arah masih belum tampak, aktifitas siswa cenderung pasif,
guru masih kurang terampil dalam mengajar, artinya siswa masih terpusat
(23)
8
sekaligus menjadi media pembelajaran. Selain itu aktifitas siswa cenderung
pasif dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03 masih di bawah
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu
(65). Hal tersebut dapat dilihat dalam rerata klasikal awal.Data hasil belajar
ditunjukkan dengan nilai terendah yaitu 30 dan nilai tertinggi yaitu 80, siswa
yang tuntas sebanyak 9 siswa dengan presentase 29% dan yang belum tuntas
22 siswadengan presentase 70,96% dari jumlah keseluruhan siswa kelas IV
yaitu 31. Beberapa faktor yang lain dapat diduga penyebab tidak
keberhasilan siswa diantaranya adalah jumlah siswa yang cukup banyak
ukuran kelas di SD yaitu sebanyak 31 siswa, sehingga didalam kelas
cenderung ramai untuk bercanda dan bermain-main dengan teman lainnya.
Untuk itu guru harus berpikir kembali dan meningkatkan kemabali
keterampilan serta kepedulian dalam mengajar agar masalah-masalah yang
terdapat didalam proses belajar menagajar dapat teratasi denagan baik.
Dengan adanya masalah ini, perlu adanya pemechan masalah salah
satunya yaitu dengan penerapan pembelajaran inovatif. Pembelajaran yang
bernaungdalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Kooperatif disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi de
ngan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Ada beberapa
model kooperatif yaitu STAD, JIGSAW, Investigasi Kelompok, TGT, TPS,
dan NHT.Memperhatikan uraian diatas bahwa untuk memecahkan masalah
(24)
9
untuk meningkatkan interaksi pembelajaran PKn. Maka dalam Penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis realistik. Ketertarikan peneliti mengambil pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasisi realistik karena peneliti melihat dalam pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw berbasis realistik semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggungjawab masing-masing baik
individu maupun kelompok yang mengaitkan dengan kehidupan seharai-hari
dengan kenyataannya. Jadi, keunggulan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw berbasis realistik dibanding dengan diskusi lain yaitu seluruh anggota dalam kelompok bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab tugas itu
merupakan tanggung jawab individu dan tanggung jawab kelompok. Model
jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memeberikan informasi yang diperlukan supaya dapat
berkinerja baik pada saat penilaian Robert E. Slavin (2009:237).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rani Purwani Dewi,
2101404602 (2009) Deskripsi Interaksi Siswa dan Guru dalam Pembelajaran
Membaca Puisi Anak di Sekolah Dasar Kelas Rendah Melalui Teori Flander dan Larsen-Freeman. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.Data penelitian menunjukkan bahwa (1) Guru berbicara (GB)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 48,18%, (2) Siswa Berbicara (SB)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 27,53%, (3) Kesunyian (K)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 14,41%, (4) Rasio Respon Guru (RRG)
menghasilkan nilai rata-rata sebesar 32,45%, (5) Rasio Inisiatif Siswa (RIS)
(25)
10
Guru (RRLG) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 69,45%, (7) Rasio
Pergantian Konten (RPK) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 45,77%, (8)
Rasio Tetap Siswa (RTS) menghasilkan nilai rata-rata sebesar 0%, dan (9)
penggunaan bahasa antara siswa dan guru selama berinteraksi sebesar 93,56%
untuk penggunaan bahasa Indonesia, terdiri dari guru sebesar 65,34% dan
siswa 28,21%; dan penggunaan bahasa Jawa sebesar 6,44%, terdiri dari guru
3,13% dan siswa 3,32%. Data di atas mengindikasikan bahwa pola interaksi
guru dan siswa bersifat multi arah, namun tetap berpusat pada guru. Interaksi
yang terjadi antara guru dan siswa merupakan jenis interaksi
edukatif.http://lib.unnes.ac.id/75/.
Catur Endah Lestari. 2007, dengan judul Skipsi Peningkatan
Interaksi Pembelajaran Dan Hasil Belajar Dengan Strategi Pembelajaran
Everyone Is A Teacher Here Dalam Mata Pelajaran IPS Ekonomi Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Ambarawa Kabupaten Semarang. Menunjukkan
bahwa dengan strategi Everyone Is A Teacher Here interaksi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Terbukti dari data siklus I nilai rata-rata siswa
65,24 dengan kriteria ketuntasan klasikal 66.66%. siklus II rata-rata 71,6
dengan kriteria ketuntasan klasikal 79,19%. Siklus III rata-rata 78,85 dengan
ketuntasan klasikal 91,66%. Interaksi dalam pembelajaran juga meningkat
yaitu interaksi dalam menjawab pertanyaan sebesar 54,16%. Menyampaikan
pendapat sebesar 29,16%. Interaksi denga sumber ajar 50% didalam siklus I.
dalam siklus II interaksi menjawab pertanyaan sebesar 70,08%, interaksi
dalam menyampaikan pendapat sebesar 50%, 8interaksi dengan sumber ajar
(26)
11
menjawab pertanyaan sebesar 79,16%, mengemukakan pendapat sebesar
291,16%, interaksi dengan sumber ajar sebesar 91,16%.Skripsi oleh Catur
Endah Lestari 2010, dengan judul Skipsi. Peningkatan Interaksi Pembelajaran Dan Hasil Belajar Dengan Strategi Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang)
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji
penelitian tindakan kelas dengan judul peningkatan interaksi pembelajaran
melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasisi realistik pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03 Kecamatan Bawang Kabupaten
Batang.
Harapan melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik ini interaksi didalam belajar mengajar lebih meningkat dan lebih baik serta dari interaksi hanya dua arah antara guru dan siswa menjadi
interaksi multi arah, siswa dan siswa, siswa dan guru serta guru dan siswa
dengan sumber belajar. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana
guru memainkan peranannya sesuai fungsinya sebagai fasilitator, motivator,
mediator, komunikator dan evaluator.
B. Rumusan Masalah Dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah
a. Apakahpendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan keterampilan guru pada mata pelajaran PKn kelas IV
(27)
12
b. Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan interaksi pembelajaran PKn kelas IV SD Negeri
Wonosari 03?
c. Apakah pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Wonosari 03?
2. Pemecahan Masalah
Semua siswa harus mendapatkan perhatian khusus oleh guru
tentunya akan menghasilkan atau menguasai yang berbeda pula bahkan
perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya perlakuan dan
perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah,
tentunya akan lebih baik pula penguasaan keterampilan atau konsep
terhadap pelajaran - pelajaran yang dipelajarinya. Guru juga dituntut tidak
memperlakukan perhatian khusus terhadap salah satu siswa di dalam kelas,
dan juga harus bisa di senangi dan disegani oleh siswa-siswanya. Dengan
menggunakan model pembelajaran, media pembelajaran dan pendekatan
dalam pembelajaran secara terus menerus dan berkelajutan serta
terorganisir dengan baik akan menumbuhkan semangat belajar siswa serta
dapat memberi pengaruh positif terhadap siswa sehingga akan mampu
mengkondisikan dalam bentuk motifasi kepada siswa.
Demikian halnya dengan guru memberikan beberapa pendekatan
pembelajaran dan media pembelajaran dengan harapan baik maka akan
tercipta motifasi terhadan siswa, yang jelas guru dapat mengkondisikan
siswa dengan baik dalam belajar. Dengan pola demikian tentunya anak
(28)
13
Guru dapat pula menggunakan model pembelajaran kooperatiftipe
jigsaw berbasis realistik yaitu :
a. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok asal,
beranggotakan 3-5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya
A,B,C,D,E
b. Membagi tugas sesuai dengan materi yang diajarkan. Masing-masing
siswa dalam kelompok asal mendapat tugas yang berbeda,
c. Masing-masing nomor yang sama berkumpul menjadi kelompok ahli
atau siswa yang memiliki tugas yang sama berkumpul menjadi satu
kelompok
d. Dalam kelompok ahli ini, tugaskan agar siswa belajar bersama untuk
menjadi tim ahli sesuai dengan wacana atau tugas yang menjadi
tanggung jawabnya dan mengaitkan wacana atau tugas tersebut ke
dunia nyata atau mencari bukti-bukti konkrit (riil)dari wacana atau
tugas tersebut.
e. Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan
mendapat bukti konkrit atau berkaitan dengan dunia nyata (realistik)
serta dapat menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana atau
tugas yang telah dipahami kepada kelompok asal
f. Apabila tugas telah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli
masing-masing siswa kembali ke kelompok asal atau kelompok awal.
g. Beri kesempatan secara bergantian masing-masing siswa untuk
menyampaikan hasil diskusi dari tugas kelompok ahli ke kelompok
(29)
14
h. Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan
guru memberikan klarifilkasi.
Hipotensis : Hipotensisi yang diajukan dalam proposal
penelitian ini adalah :“Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik Diharapkan Dapat Meningkatkan Interaksi Belajar Siswa Kelas IV SDN Wonosari 03 Pada Mata Pelajaran PKn “.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini dengan
menggunakan pendekatan kooperatiftipe jigsaw berbasis realistik pada mata pelajaran PKn SDN Wonosari 03 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan keterampilan guru dalam upaya meningkatkan interaksi
pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03.
2. Meningkatkan interaksi pembelajaran melalui pendekatan kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik pada mata pelaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan kooperatif tipe
jigsaw berbasis realistik pada mata pelajaran PKn kelas IV SDN Wonosari 03.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi di
dalam dunia pendidikan sehingga penelitian ini dapat bermanfaat. Manfaat
yang diharapkan penulis adalah sebagai berikut :
(30)
15
Agar siswa dapat meningkatkan interaksi dalam pembelajaran,
meningkatkan pemahaman, perhatian, aktivitas, dan keterampilan memalui
model pendekatan kooperatif tipe jigsaw berbasis realistik. 2. Bagi guru
a. Yaitu untuk menambah wawasan, pemahaman, keterampilan dan
kreativitas guru dalam rangka peningkatan sebagai tenaga profesional
dalam bidang pendidikan
b. Guru dapat memahami pentingnya model pembelajaran untuk
meningkatkan interaksi, aktifitas, perhatian dan prestasi belajar siswa
3. Bagi sekolah
a. Sebagai gambaran dalam upaya meningkatkan mutu dan hasil
pembelajaran di dalam sekolah
b. Mendorong guru - guru SDN Wonosari 03 untuk mengembangkan
wawasan profesionalnya, sehingga dapat meningkatkan kemajuan
sekolah
4. Bagi penulis
Dapat menambah keterampilan dalam menulis, menambah
pengetahuan dan pengalaman penulis. Penulis juga dapat memperbaiki
proses pembelajaran dengan menggunakan beberapa model-model
(31)
16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Pengertian Interaksi
Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu
dua atau lebih objek memengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide
efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari
hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-interaksi
sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan.
Dalam berbagai bidang ilmu, interaksi memiliki makna yang berbeda.
http://id.wikipedia. org/wiki/Interaksi.
Dalam lingkup pembelajaran Interaksi menjadi tuntutan utama bagi
proses pemelajaran yang dibimbing oleh guru. Dengan interaksi maka
terjadi komunikasi dua arah antara guru sebagai fasilitator pembelajaran
dan siswa sebagai subyek belajarnya. Keberhasilan proses pembelajaran
pada dasarnya tergantung pada situasi yang tercipta atau diciptakan di
atara pembelajar dan pelajar atau pedidik dan pendidiknya. Hal ini terkait
dengan konsep dasar pembelajaran yang sangat membutuhkan sebuah
kondisi yang kondusif dan kondisi kondusif dapat tercipta jika diantara
kedua pihak mempunyai persepsi yang sama terhadap tujuan proses yang
mereka jalani. Jika tidak, tentunya kondisi tersebut hanya kamuflase atas
tujuan semu semata. Tanpa interaksi yang baik, tentunya akan terjadi
(32)
17
jika telah terjadi rekayasa tentunya hal tersebut sudah merupakan pratanda
kondisi negatif. Untuk mencapai keberhasilan di dalam proses
pembelajaran, maka seorang guru harus mampu menerapkan metode
interaksi yang sesuai dengan kondisi saat proses berlangsung.
Interaksi merupakan prasyarat agar tercipta sebuah komunikasi dua
arah yang selanjutnya memberikan pengalaman belajar maksimal bagi
anak didik. Peningkatan kualitas hasil proses pembelajaran memang
tergantung pada sikap para pelaku pembelajaran, pembelajar dan pelajar
pada saat mengikuti proses pembelajarannya. Hal ini karena pada
prinsipnya proses pembelajaran merupakan interaksi antar dua orang atu
lebih untuk melakukan perubahan sistematis pada satu sisi, yaitu anak
didik. Jika tidak terjadi interaksi yang baik, tentunya proses pembelajaran
tidak dapat berlangsung maksimal.
a. Interaksi Belajar Mengajar
Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat
interaktif dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan
pembelajaran. Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara guru
(pengajar) dengan anak (murid), dalam hal ini harus menunjukan
adanya hubungan yang bersifat edukatif.
http://lubmazreserach.wordpress.com.Hal ini sejalan dengan pendapat
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag (2005:12), bahwa interaksi dalam
(33)
18
guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi
edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental
dan perbuatan dalam sistem pengajaran dengan menggunakan beberapa
pendekatan proses. Anak didik harus lebih aktif dari pada guru, guru
hanya bertindah hanya sebagai pembimbing dan fasilitator. Kegiatan
interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari
kegiatan yang didomonasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang
dilakukan oleh anak didik. Hal ini tentu saja bergantung pada
keterampilan guru dalam mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar.
Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan,
serta untuk menghidupkan suasana kel;as demi keberhasilan anak didik
dalam mencapai tujuan belajar. Drs. Moh. Uzer Usman dalam Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag (2005:13) mengemukakan pendapatnya
tentang jenis pola interaksi yaitu :
1)Pola guru-anak didik.
Yaitu komunikasi sebagai aksi (satu arah)
2)Pola guru-anak didik-guru.
Yaitu ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi)
3)Pola guru-anak didik-anak didik
yaitu ada balikan bagi guru, anak didik saling belajar satu sama
lain.
(34)
19
Yaitu interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antara anak
didik dengan anak didik (komunikasi sebagai interaksi multi arah)
5)Pola melingkar
yaitu setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan
sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali
apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.
Dalam proses belajar mengajar, interaksi mempunyai peranan
yang sangat penting. Hal ini karena dengan interaksi memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar. Tanpa adanya interaksi, proses
belajar mengajar tidak akan terjadi. Belajar mengajar sebagai suatu
proses memiliki beberapa tahap yang harus dilalui, pada dasarnya
merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya yaitu; tahap perencanaan, yang dengan perencanaan yang baik
akan memungkinkan terciptanya perencanaan yang baik pula untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tahap pelaksanaan, dimana dalam
pelaksanaan juga harus mempunyai tujuan, metode, dan alat yang
digunakan dalam proses belajar mengajar yang sedang berlangsung,
dan tahap evaluasi yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan apakah tercapai atau tidak pembelajaran tersebut.
Tugas guru ialah mengajar, dimana guru harus membimbing
anak belajar dengan menyediakan situasi dan kondisi yang tepat agar
(35)
20
demikian tujuan pendidikan dapat tercapai, hal ini hanya dapat terjadi
dengan interaksi belajar mengajar.
Belajar mengajar adalah sebagai suatu proses memiliki
beberapa tahap yang harus dilalui, pada dasarnya belajar mengajar
merupakan kegiatan yang saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya yaitu : tahap perencanaan, yang dengan perencanaan yang
baik akan memungkinkan terciptanya perencanaan yang baik pula
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tahap pelaksanaan, dimana
dalam pelaksanaan juga harus mempunyai tujuan, metode, dan alat
yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung, dan tahap evaluasi yang digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan apakah tercapai atau tidak pembelajaran tersebut.
Masalah dalam interaksi yang terjadi kadang kala guru atau siswa
tidak memahami apa yang dibicarakan dalam suatu kegiatan belajar
mengajar hal ini menuntut seorang guru untuk dapat memilih
kata-kata yang mudah untuk dipahami oleh anak didik. Wacana kelas atau
biasa disebut interaksi yang terjadi di kelas, apabila dikemukakan
secara umum bahwa analisis wacana harus lah berkenan dengan
cara-cara informasi itu diseleksi, diformulasikan dan disampaikan kepada
penutur atau dengan kata lain informasi itu dipandang sebagai
pengetahuan yang diketahui, diperiksa, dan tidak diseleksi sama
(36)
21
Dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah berlangsung interaksi guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar yang merupakan kegiatan paling pokok. Jadi proses belajar
mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur
manusiawi yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai
pihak yang mengajar. Dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan
komponen pendukung atau ciri-ciri interaksi belajar mengajar, yaitu
(1) Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan : yakni untuk
membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Interaksi belajar
mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat
perhatian siswa mempunyai tujuan, (2) Ada suatu prosedur (jalannya
interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang
telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur,
atau langkah-langkah sistematik yang relevan, (3) Interaksi belajar
mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan
sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (4) Ditandai
dengan adanya aktivitas siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran,
maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
interaksi belajar mengajar, (5) Dalam interaksi belajar mengajar guru
berperan sebagai pembimbing. Guru memberikan motivasi agar terjadi
proses interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar, (6)
(37)
Langkah-22
langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah
ditentukan, (7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktu tertentu,
kapan tujuan itu harus dicapai, (8) Unsur penilaian. Untuk mengetahui
apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi belajar mengajar. Edi
Suardi (1980) dalam Sardiman A.M. (2011:15)
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam mengelola interaksi
belajar mengajar guru harus memiliki kemampuan mendesain
program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi
kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih
sumber, memahami cara atau metode yang digunakan, memiliki
keterampilan mengkomunikasikan program serta memahami
landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar 1)Faktor Guru
Guru adalah pengelola pembelajaran atau disebut pembelajar.
Pada faktor ini yang perlu diperhatikan adalah keterampilan
mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, dan memanfaatkan
metode pembelajaran
2)Faktor Siswa
Siswa adalah subyek yang belajar atau disebut belajar. Pada
faktor siswa yang harus anda perhatikan adalah karakteristik siswa
baik karakteristik umum maupun karakteristik khusus.
(38)
23
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam
mengorganisasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini perlu
diperhatikan bagaimana merumuskan tujuan pembelajaran dan
mengorganisasikan isi pembelajaran
4)Faktor Lingkungan
Lingkungan atau latar adalah konteks terjadinya pengalaman
belajar. Pada faktor ini perlu diperhatikan lingkungan fisik dan
lingkungan non fisik yang menunjang situasi interaksi belajar
mengajar optimal.http://guruproffesional.blogspot.com/2010/05/
interaksi-belajar-mengajar.html.
Adapun pengelolaan interaksi belajar mengajar adalah sebagai
berikut :
a)Menguasai bahan
Sebelum guru tampil didepan kelasuntuk mengelola
interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai
bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar
mengajar.
b)Mengelola program belajar mengajar
Guru juga harus mampu mengelola program-program
belajar mengajar agar proses belajar-mengajar dapat terkendali dan
berjalan dengan baik.
(39)
24
Untuk mengajar didalam kelas guru dituntut mampu
mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk
berlangsungnya proses belajar mengajar.
d)Menggunakan media dan sumber
Seorang guru harus benar-benar mengenal dan bisa,
memilih, membuat alat bantu pelajaran sederhana, mengelola dan
menggunakan laboraturium, menggunakan buku pegangan atau
buku sumber, menggunakan perpustakaan dalam proses belajar
mengajar, menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan.
e) Menguasai landasan-landasan kependidikan
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk
pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa tersebut akan
terwujud secara nyata dengan menciptakan ketahanan nasioanal
dalam rangka mencapai cita-cita bangsa
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
Didalam proses belajar menggajar, kegiatan interaksi
antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan.
Dengan interaksi proses belajar mengajar akan tertransfer dengan
baik.
g)Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
Setiap siswa hakikatnya memiliki perbedaan antara stu
(40)
25
yang lain misalnya soal kreativitas, gaya belajar siswa. Untuk itu
hal ini perlu diketahui oleh guru agar guru dapat mengambil
tindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai.
h)Mengebal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan disekolah
Dalam tugas dan peranannya di sekolah guru ujga sebagai
pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru
harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan
penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program
layanan bimbingan di sekolah agar kegiatan interaksi belajar
mengajarnya menjadi lebih tepat dab produktif.
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Seorang guru diosamping berperan sebagai pengajar juga
sebagai administator, dengan demikian guru harus mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekoalah.
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran
Disamping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing guru
juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan pengembangan
proses belajar mengajar.
Didalam belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan
(41)
26
kegiatan interaksi guru dan siswadalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senatiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen satu dengan yang lainnya.
Serasi dalam hal ini berarti komponen komponen yang ada pada
kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jadi
proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya
tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi
komponen-komponen yang lain juga akan mempengaruhi keberhasilan interaksi
belajar mengajar tersebut.
Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar,
komponen-komponen itu misalnya guru, siswa, metode, alat atau
teknologi, sarana, dan tujuan. Untuk mencapai tujuan instruksional,
masing-masing komponen tersebut akan saling merespon dan
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga tugas
guru adalah bagaimana harus mendesain dari masing-masing
komponen agar menciptakan proses belajar mengajar yang lebih
optimal. Dengan demikian guru dselanjunya akan dapat
mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
Didalam interaksi ada sejumlah komponen yang meliputi
tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat,
(42)
27
dalam kegiatan interaksi. Tujuan dapat memberikan arah yang jelas
dan pasti kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. 2)
Bahan pelajaran : Bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan
baik. Bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi,
karena harus diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. 3) Kegiatan
belajar mengajar : Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan
dalam pendidikan. Semua komponen pengajaran akan diproses
didalamnya. Komponen inti yakni manusiawi, guru, dan anak didik. 4)
Metode : metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar
mengajar metode diperlukan oleh guru guna kepentingan
pembelajaran. 5) Alat : alat adalah segala sesuatu yang dapat di
gunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan
interaksi biasanya dipergunakan alat nonmaterial dan alat material.
Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat dan
sebagainya. Sedangkan alat material atau alat bantu berupa globe,
papan tulis, kapur, gambar, diagram, lukisan, video dan sebagainya. 6)
sumber belajar : sumber belajar juga sangat dibutuhkan oleh guru dan
siswa sebagai penunjang keberhasilan dalam belajar. Sumber belajar
sangat banyak sekali, ada dimana-mana ; di sekolah, di halaman, di
pusat kota, di pedesaan, di buku, di majalah dan lain sebagainya. 7)
evaluasi : evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
(43)
28
keberhasilan guru dalam mengajar. Pelaksanaan evaluasi dilakukan
oleh guru dengan mengguanakan seperangkat instrumen penggali data
seperti tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan.
Menurut Agus Suprijono (2010) ada unsur interaksi promotif,
unsure ini pening karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. adapun cirri-ciri unsur promotif ini adalah : saling membantu
secara efektif dan efisien, saling memberi informasi dan sarana yang
diperlukan, memproses informasi secara bersama lebih efektif dan
efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan
dan mengembangkan argumenttasi serta meningkatkan kemampuan
wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
c. Interaksi Belajar Mengajar Sebagai Interaksi Edukatif
Belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai
normatif. Belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan
dengan sadar dan bertujuan. Tujuan adalah sebagai pedoman kearah
mana akan dibawa proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
akan berhasil bila hasilnya mampu membawa perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap dalam diri
anak didik. Belajar mengajar dikatakan bernilai normatif karena di
dalamnya ada sejumlah nilai, jadi wajar bila interaksi itu dinilai
(44)
29
harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya
satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental dan perbuatan.
Interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung
sejumlah norma, semua norma itulah yang harus guru transfer kepada
anak didik. Oleh karena itu, wajar bila interaksi edukatif tidak
berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh makna. Interraksi
edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara
pengetahuan dan perbuatan yang mengantarkan kepada tingkah laku
sesuai dengan pengetahuam yang diterima oleh anak didik.
Interaksi pemebelajaran atau interaksi edukatif dalam
pembelajaran menpunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu :
1) Interaksi edukatif mempunyai tujuan. Tujuan tersebut adalah untuk
membantu anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
2) Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan.
Yaitu agar mencapai tujuan yang optimal, maka dalam melakukan
interaksi perlu adanya prosedur atau langkah-langkah sistematik
dan relevan. Untuk mencapai tujuan mungki akan membutuhkan
prosedur dan desain yang berbeda-beda.
3) Ditandai dengan penggarapan materi khusus. Dalam hal ini materi
perlu didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai
tujuan. Dalam hal ini perlu emperhatikan komponen-komponen
pengajaran yang lain. Materi sudah didesaindan dipersiapkan
(45)
30
4) Ditandai dengan aktivitas siswa. Yaitu sebagai konsekuensi, bahwa
anak didik merupakan sentral, maka aktivitas anak didik
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatis.
Aktivitas anak didik dalam hal ini baik secara fisik maupun mental
aktif
5) Guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranan sebagai
pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan
motifasi agar terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Guru
harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi
edukatif, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat
dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik.
6) Interaksi edukatif membutuhkan disiplin. Disiplin disini diartikan
sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan
yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru dengan pihak anak
didik
7) Mempunyai batas waktu. Yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak
didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan deberi waktu tertentu, kapan
tujuan sudah harus tercapai.
8) Diakhiri dengan evaluasi. Dari seluruh kegiatan tersebut, masalah
(46)
31
Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan pengajaran yang telah ditentukan
Dalam interaksi pembelajaran atau interaksi edukatif
mempunyai tujuan yang sangat penting, sebab tanpa tujuan kegiatan
yang telah dilakukan akan kurang bermakna, bahkan akan
membuang-buang wakstu dengan sia-sia. Oleh karena itu, tujuan menempati
posisi yang penting dalam semua aktifitas. Tujuan dapat memberikan
arah kegiatan yang jelas. Oleh karena itu, guru sebaiknya merumuskan
tujuan dalam pembelajarannya sebelum melaksanakan tugas mengajar
dikelas. Dengan cra itu guru akan mudah menyeleksi bahan
pengajaran yang akan disampaikan atau deberikan kepada anak didik.
Jadi tujuan menempati posisi yang strategis dalam kegiatan
interaksi edukatif. Nilai strategis itu adalah bahwa tujuan dapat
memberikan arah dalam interaksi edukatif, membantu menyeleksi
bahan pengajaran yang akan disampaikan, memudahkan menyeleksi
metode yang akan digunakan, memudahkan menyeleksi media dan
alat bantu pengajaran, menolong menyeleksi sikap, tingkah laku dan
perbuatan guru, memudahkan menyeleksi kemampuan yang
diinginkan dari anak didik, memudahkan memberikan penilaian, serta
memudahkan mengorganisasikan kegiatan-kegiatan untuk mencapai
tujuan pengajaran. Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran mempunyai
(47)
32
d. Prinsip-Prinsi Interaksi Pembelajaran
Interaksi pembelajaran adalah intraksi yang tidak pernah sepi
dari masalah. Permasalahan bisa muncul dari pada anak didik, dimana
anak didik kurang mampu menempatkan perolehannya, baik berupa
pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai kedalam situasi
yang nyata dan berlainan. Kebanyakan anak didik hanya menerima
informasi dan kurang dapat memahami hubungannya dengan dunia
lingkungannya. Hal ini disebabkan bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru dalam bentuk penjelasan kurang atau tidak dikaitkan
dengan situasi lingkungan nyata. Sebanyak apapun bahan yang
diberikan kepada anak didik, maka anak didik akan kurang mampu
menerapkan perolehannya itu, bila guru menjelaskan bahan pelajaran
tidak dikaitkan dengan situasi nyata yang sedang dihadapi dan
dirasakan oleh anak didik.
Dalam rangka menjangkau dan memenuhi sebagian besar
kebutuhan anak didik, dikembangkan beberapa prinsip dalam interaksi
pembelajaran. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
1)Prinsip motivasi
Didalam interaksi pembelajaran tidak semua anak didik
termotivasi untuk bidang studi tertentu. Anak didik menerima
motivasi pembelajaran dengan cara berbeda-beda, ada anak didik
yang memiliki motivasi yang tinggi, ada yang sedang, dan ada juga
(48)
33
oleh guru agar dapat memberi motivasi yang berfariasi kepada anak
didik. Guru dapa menggunakan motivasi ekstrinsik yang
bersumber dari luar diri anak didik, motivasi ekstrinsik ini sangat
diperlukan oleh guru karena motivasi ini dapat diberikan kepada
anak didik, seperti bentuk ganjaran, pujian, hadiah, dan sebagainya.
2)Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki
Seiap anak didik yang hadir dikelas memiliki latar belakang
pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Guru jangan
menyalahkan anak didik yang tidak bisa menguasai bahan pelajaran
dan jangan pula mengatakan anak didik bodoh atau memarahinya.
Koreksilah diri apakah guru mengabaikan bahan apersepsi yang
dipunyai oleh anak didik. Bila ingin bahan pelajaran mudah
dikuasai oleh sebagian atau seluruh anak didik guru harus
memperhatikan bahan apersepsi yang dibawa anak didik dari
lingkungan kehidupan mereka. Penjelasan yang guru berikan
dengan mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan anak
didik akan memudahkan mereka menaggapi dan memahami
pengalaman yang baru dan bahkan membuat anak didik mudah
memusatkan perhatiannya.
3)Prinsip mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus
tertentu.
Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola
(49)
34
dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola pelajaran dapat
terpisah-pecah dan para anak didik akan sulit memusatkan perhatiannya.
Titik pusat dapat tercipta melalui upaya merumuskan masalah yang
hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab
atau merumuskan konsep yang hendak ditemukan.
4)Prinsip keterpaduan
Salah satu sumbangan dari guru untuk membantu anak didik
dalam upaya mengorganisasikan perolehan belajar adalah
penjelasan yang mengaitkan antara suatu pokok bahasan dengan
pokok bahasan yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda.
Misalnya dalam menjelaskan pokok bahasan moral dalam mata
pelajaran PKn, guru menghubungkannya dengan masalah akhlak
dalam mata pelajaran akidah akhlak. Ketrpaduan dalam
pembahasan dan peninjauan ini akan membantu anak didik dalam
memadukan perolehan belajar dalam interaksi pembelajaran.
5)Prinsip pemecahan masalah yang di hadapi
Masalah perlu dihadapi bukan dihindari. Menghindari
masalah sama halnya tidak mau membina diri untuk terbiasa
memecahkan masalah. Namun masalah bukan dicari, mencari
masalah sama halnya dengan mengundang masalah.
Lain halnya didalam interaksi belajar guru perlu menciptakan
suatu masalah untuk dipecahkan oleh anak didik dikelas. Salah satu
(50)
35
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pemecahan masalah dapt mendorong anak didik untuk lebih tegar
dan terbiasa dalam memecahkan berbagai masalah dalam belajar.
6)Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri
Anak didik sebagai individu pada hakikatnya mempunyai
potensi untuk mencari dan mengembangkan dirinya.
Lingkunganlah yang harus diciptakan untuk menunjang potensi
anak didik.
Guru yang bijaksana akan membiarkan dan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan menemukan
sendiri informasi. Atau apabila memberikan informasi, hanya yang
mendasar saja sebagai dasar pijakan bagi anak didik dalam mencari
dan menemukan sendiri informasinya.
7) Prinsip belajar sambil bekerja
Belajar secara verbal terkadang kurang membawa hasil bagi
anak didik, karena itulah dikembangkan konsep belajar secara
realistis atau belajar sambil bekerja (learning by doing). Berlajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi
anak didik, sebab kesan yang didapat oleh anak didik lebih tahan
lama tersimpan didalam benak anak didik.
8)Prinsip hubungan sosial
Dalam proses belajar anak didik tidaklah sendiri, tetapi anak
(51)
36
(belajar bersama dalam kelompok) . konsepsi belajar seperti ini
dimaksudkan untuk mendidik anak didik terbiasa bekerjasama
dalam kebaikan. Terlepas dari kegiatan “nyontek” ketika ulangan.
Kerjasama disini memberikan kesan bahwa kondisi sosialisasi juga
diciptakan di kelas, yang akan mengakrabkan hubungan anak didik
dengan anak didik lainnya dalam belajar.
Keunggulan lain dari belajar bersama, yakni anak didik yang
belum mengerti penjelasan dari guru, akan menjadi mengerti dari
hasil penjelasan dan diskusi mereka dalam kelompok, dalam
kasus-kasus tertentu penejelasan anak didik lebih efektif dimengerti dari
pada penjelasan dari guru. Hal demikianlah yang mendassari
pentingnya prinsip hubungan sosial.
9)Prinsip perbedaan individual
Ketika guru hadir didalam kelas guru akan berhadapan
dengan anak didik dengan segala perbedaannya. Perbedaan inilah
yang perlu guru sadari sehingga guru tidaka akan terkejut melihat
tingkah laku dan perbuatan anak didik yang berlainan antara yang
satu dengan yang lainnya.
Sudut pandang untuk melihat aspek perbedaan anak didik itu
adalah dari segi biologis, intelektual, dan psikologis. Semua
perbedaan ini akan memudahkan guru melakukan pendekatan
edukatif kepada setiap anak didik. Dalam mengajar guru perlu
(52)
37
dimiliki anak didik, fokus tertentu, keterpaduan, pemecahan
masalah, mencari, menemukan, mengembangkan sendiri, belajar
sambil bekerja, hubungan sosial dan perbedaan individual agar
kegairahan belajar anak didik dapat bertahan dalam waktu yang
relatif lama dengan suasana kelas yang kondosif.
e. Tahap-Tahap Interaksi Pembelajaran
R.D. Connes dalam Drs. Syaiful Bahri Djamarah, M.Ag.
(2005:69) mengidentifikasikan tugas mengajar guru yang bersifat
suksesif menjadi tiga tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1)Tahapan sebelum pengajaran
Dalam tahapan ini guru harus menyusun program tahunan
pelaksabaan kurikulum, program semester atau catur wulan (cawu),
program satuan pembelajaran dan perencanaan program
pengajaran. Dalam melaksanakan program-program tersebut diatas
perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan :
a) Bekal bawaan anak didik
Bekal bawaan anak didik sebagai bahan apersepsi anak
didik perlu diperhatikan oleh guru. Guru menyadari bahwa anak
didik anak didik membawa bahan apersepsi yang berbeda-beda.
Bahan yang dipersiapkan guru harus tidak jauh dari pengalaman
(53)
38
berhubungan sehingga anak didik mudah menyerap penjelasan
yang diberikan oleh guru.
b) Perumusan tujuan pembelajaran
Guru mutlak melakukan perumusan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran memberikan arah yang jelas kemana
kegiatan interaksi akan dibawa. Didalam tujuan pembelajaran
tersimpan sejumlah norma seperti, norma susila, norma sosial,
norma huku, norma agama dan norma moral.
c) Penilaian metode
Metode adalah cara atau siasat yang digunakan dalam
pengajaran. Sebagai strategi, metode ikut memperlancar kearah
pencapaian tujuan pembelajaran. Peranan metode ini akan nyata
jika guru memilih metode yang sesuai dengan tingkat
kemampuan yang hendak dicapai oleh tujuan pembelajaran.
d) Pemilihan pengalaman-pengalaman belajar
Pengalaman belajar apa yang harus diberikan kepada anak
didik adalah suatu hal yang perlu mendapat perhatian guru.
Guru tidak dibenarkan memberikan pengalaman yang negatif
kepada anak didik, karena semua itu akan berkesan didalam jiwa
anak didik.
e) Pemilihan bahan dan peralatan belajar
Bahan adalah isi atau materi yang akan disampaikan
(54)
39
akan diberikan kepada anak didik harus diseleksi. Bahan apa
yang akan di terima oleh anak didik harus disesuaikan dengan
tingkat penguasaannya, bukan memberikan bahan pelajaran
yang sukar diterima dan dicerna oleh anak didik.
f) Mempertimbangkan jumlah dan karakteristik anak didik
Jumlah anak didik akan mempengaruhi suasana kelas.
Semakin banyak jumlah anak didik mudah terjadi konflik. Anak
lebih mudan memilh teman yang disukainya, sebaliknya dengan
jumlah anak didik yang sedikit lebih mudah mengendalikan
kelas bila terjadi kasus keributan, mengelola kelaspun lebih
mudah dari pada jumlah anak didik yang banyak. Didalam kelas
setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari siswa
satu dengan siswa yang alinnya.
g) Mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia
Jumlah jam untuk setiap mata pelajaran ada yang sama
ada juga yang berlainan. Masalah waktu ini akan berhibungan
dengan kedisiplinan dalam mengajar. Kelebihan pemakaian
waktu belajar berarti tidak disiplin dan merugikan guru lain
yang akan mengajar pada jam berikutnya. Oleh karena itu guru
harus mempertimbangkan jumlah jam pelajarean yang tersedia,
sehingga dapat mempersiapkan bahan pelajaran yang sesuai
waktu yang tersedia.
(55)
40
Pola pengelompokan anak didik bervariasi.
Pengelompokan bisa bisa menurut kesenangan berkawan. Selain
menurut kemampuan anak didik. Atau bisa juga menurut minat
anak didik. Pola lain misalnya pembentukan kelompok
diserahkan kepada anak didik diatur oleh guru sendiri atau diatur
oleh guru atas usul anak didik.
i) Mempertimbangkan prinsip-prinsip belajar
Belajar adalah berubah. Perubahan dalam belajar adalah
disadari setelah berahirnya kegiatan belajar. Agar perubahan itu
tercapai ada beberapa prinsip belajar yang patut diperhatikan,
antara lain : prinsip motivasi, pemusatan perhatian, pengambilan
pengertian yang pokok, pengulangan, kegunaan, pemanfaatan
hasil belajar atau pengalaman dan penghindaran dari segala
gangguan dalam pembelajaran.
2)Tahapan Pengajaran
Tahapan ini merupakan tahap pelaksanaan apa yang telah
direncanakan. Ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam tahapan penngajaran ini, yaitu :
a) Pengelolaan dan pengendalian kelas
Salah satu syarat pengajaran yang baik ditetntukan oleh
pengelolaan dan pengendalian kelas yang baik. Suasana yang
kondusif sangat mendukung kegiatan interaksi belajar. Indikator
(56)
41
didik belajar dengan penuh perhatian mendengarkan penjelasan
dari guru yang sedang memberi bahan pembelajaran.
b) Penyampaian informasi
Awal terjadinya komunikasi antara guru dengan anak
didik dikelas adalah diawali dengan penyampaian informasi dari
guru kepada anak didik. Informasi yang diberikan bukan hanya
menyangkut masalah apa yang harus dikerjakan oleh anak didik
tetapi juga menyangkut masalah lain, seperti petunjuk,
pengarahan, dan apersepsi yang divariasikan kedalam berbagai
bentuk tanpa menyita banyak waktu untuk kegiatan pokok.
c) Pengguanaan tingkah laku verbal dan non verbal
Apapun yang dilakukan guru didalam kelas pasti akan
terkait dengan masalah tingkah laku verbal dan non verbal.
Tingkah laku verbal itu misalnya dengan kata-kata : “bagus”,
“benar”, “tepat”, dan sebagainya. Dengan kalimat misalnya
“pekerjaanmu baik sekali”, saya senang dengan pekerjaanmu”
dan sebagainya.
d) Merangsang tanggapan balik dari anak didik
Indikator adanya tanggapan dari anak didik adalah ketika
guru menyampaikan bahan pelajaran, ketika itu juga anak didik
memberikan perhatian dan tanggapan atas tugas yang diberikan
untuk dikerjakan dalam kelompok atau sendiri-sendiri.
(57)
42
Kegiatan interaksi pembelajaran bukan hanya kegiatan
fisik yang dapat dilihat, tetapi juga kegiatan psikologis anak
didik. Namun pandangan anak didik yang tertuju kepada guru
bukan sebagai indikator untuk menilai belajar atau tidaknya
anak didik.
f) Mendiaknosis kesulitan belajar
Dengan mendiaknosis guru akan mudah mkelakukan
prognosa (ramalan) tentang bentuk perlakuan (treatment) sebagai tindak lanjut (follow up) dari diaknosis.
g) Mempertimbangkan perbedaan individual
Dalam kelas myang jumlah anak didik yag banyak
cenderung heterogen. Berbagai sifat tingkah laku anak didik
terhimpun didalamnya.
h) Mengevaluasi kegiatan interaksi
Interaksi antar guru dengan anak didik bervariasi. Ada
interaksi satu arah (guru keanak didik), interaksi dua arah (guru
ke anak didik dan anak didik ke guru), dan minteraksi banyak
arah (guru-anak didik, anak didik-guru dan anak didik-anak
didik). Ketiga macam interaksi tersebut dapat guru jadikan
sebagai bahan evaluasi, apakah kegiatan interaksi yang telah
dilakukan sudah sampai pada tingkat optimal yakni sampai
ketingkat interaksi banyak arah.
(58)
43
Tahapan ini merupakan kegiatan atau perbuatan setelah
pertemuan tatap muka dengan anak didik. Beberapa perbuatan guru
yang tampak pada tahap sesudah mengajar, antara lain :
a) Menilai pekerjaan anak didik
Penilaian adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan
dengan pekerjaan yang harus guru lakukan sesudah pengajaran.
Untuk menilai keberhasilan siswa salah satunya adalah
melaksanakan tes tertulis, lisan, perbuatan atau tindakan.
Penilaian bisa dengan pendekatan analisis kuantitatif atau
analisis kualitatif.
b) Menilai pengajaran guru
Pekerjaan gurupun juga harus dinilai oleh guru sendiri.
Disisni kejujuran penilaian dituntut dari guru. Penilaian
diarahkan pada aspek antara lain gaya-gaya mengajar, struktur
penyampaian bahan pelajaran, penggunakaan metode, ketepatan
[erumusan tujuan pembelajaran, ketepatan pemakaian alat dana
alat bantu pengajaran.
c) Membuat perencanaan untuk pertemuan berikutnya
Membuat perencanaan pengajaran tidak asal membuat
semaunya guru, tetapi harus ada bahan pijakan yang dijadikan
sebagai patokan. Bahan pijakan ini adalah hasil penilaian
pekerjaan anak didik (evaluasi produk) dan hasil penilaian
(59)
44
perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah ketepatan
perumusan tujuan pembelajaran, kesesuaian bahan dengan
tujuan pembelajaran, pemilihan metode yang akurat, pemakaian
alat pengajaran, pemilihan sumber belajar, pemakaian prosedur,
jenis dan alat evaluasi yang sesuai dengan rumusan tujuan
pembelajaran.
2. Keterampilan Guru Dalam Pembelajaran a. Keteampilan Pendahuluan Pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran diantaranya sangat
dipengaruhi oleh kegiatan pendahuluan pembelajaran. Fungsi kegiatan
pendahuluan pembelajaran adalah untuk menciptakan awal
pembelajaran yang efekif agar siswa secara penuh dalam mengikuti
kegiatan inti pembelajaran.
Beberapa kegiatan pendahuluan yang perlu dilakukan
pembelajaran, diantaranya sebagai berikut :
1)Menciptakan kondisi awal pembelajaran
a) Menciptakan semangat dan kesiapan belajar, upaya ini dapat
diwujudkan melaui bimbingan dari guru pada siswa. Atau melalui
cara dan teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran.
b) Menciptakan suasana demokrasi dalam belajar, upaya ini dapat
diwujudkan melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam
mendorong siswa agar berkreatif, dalam belajar dan
(60)
45
2)Melaksanakan apersepsi dan atau penilaian kemampuan awal siswa
Kegiatan ini lebih menekankan untuk mengetahui sejauhmana
kemampuan awal yang telah dimilki siswa. Serta guru perlu
menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan
materi yang akan dipelajari siswa. Dengan tidak mengenyampingkan
pemberian motivasi belajar terhadap siswa. Kegiatan tersebut
merupakan rangkaian yang perlu dikembangkan pada awal
pembelajaran.
b. Keterampilan Melaksanakan Kegiatan Inti
Kegiatan inti dalam pembelajaran memegang peranan penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam
kurikulum. Oleh kerena itu, kegiatan inti dalam pembelajaran
merupakan kegiatan yang kompleks dalam proses belajar mengajar
yang mengutamakan pada proses pembentukan pengalaman belajar
siswa
Kegiatan inti dalam pembelajaran harus direncanakan oleh guru
berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Dengan memprioritaskan
pada aktifitas siswa yang dibilang secara efektif oleh guru.
1) Langkah-langkah kegiatan inti dalam pembelajaran meliputi :
a) Memberitahukan tujuan/topic pelajaran yang akan dibahas
b) Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang harus ditempuh
siswa
(1)
259
(2)
(3)
261 LAMPIRAN 9 CATATAN LAPANGAN
(4)
262
CATATAN LAPANGAN
Kesulitan-Kesulitan Yang Ditemukan Pada Pembelajaran PKn Dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik
1. Kesulitan pada kegiatan awal
Pada tahap ini Siswa banyak yang ramai dan bermain-main serta siswa basnyak yang tidak memperhatikan pada waktu guru menginformasikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan kooperatif jigsaw dan menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kesulitan pada pembentukan kelompok jigsaw
Pada waktu membentuk kelompok masih banyak siswa yang ingin membentuk kelompok dengan teman dekatnya saja, dan masih banyak siswa putri yang malu berkelompok dengan siswa putra.
3. Kesulitan pada mempresentasikan jawaban kepada teman kelompok asal.
Pada waktu siswa mempresentasikan hasil keja di kelompok asal, masih banyak siswa yang malu dan takut untuk mempresentasikan jawabanya, dan masih banyak siswa yang yang tidak mau dan malah cenderung ramai.
4. Kesulitan pada mempresentasikan kedepan kelas
Siswa kalau disuruh mempresentasikan hasil kerjanya kedepan kelas masih malu-malu dan takut salah serta pada waktu siswa disuruh menanggapi jawabanya siswa hanya pasif dan tidak ada yang menaggapi, hal ini karena siswa malu dan takut salah serta siswa masih kurang percaya diri dan diawali dengan saling menunjuk kepada siswa lainnya untuk disuruh maju.
(5)
263
CATATAN LAPANGAN
Solusi Kesulitan-Kesulitan Yang Ditemukan Pada Pembelajaran PKn Dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Berbasis Realistik
1. Guru menegur siswa dan membujuk siswa dengan kata-kata yang halus yang dapat memotivasi siswa sehingga siswa dapat dalam memperhatikan penjelasan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran jigsaw sehingga siswa terfokus pada yang disampaikan informasi dari guru dan siswa dapat berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan semuasiswa termotivasi untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya.
2. Guru memberikan arahan dan bimbingan serta menanamkan pengertian-pengertian kepada siswa puti untuk mampu berkelompok dengan siswa putra yang dapat membuat lebih kompak dalam kelompok. Sehingga siswa putrid lebih percaya diri terhadap dirinya jika siswa puti juga mampu berperilaku positif dalam pembelajaran dari pada siswa putra. Dan guru menyuruh siswa untuk saling berinteraksi, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman lainnya tanpa pengecualian gander. Hal ini dapat membuat siswa lebih termotivasi untik berinteraksi, berkomunikasi dan bersosialisasi kepada teman lainnya, hal ini juga dapat meberikan pengaruh positif dalam berkelompok dan dapat bekerjasama dengan baik.
3. Guru membujuk siswa dan memotivasi siswa sehingga siswa mampu dan berani mengungkapkan mengungkapkan pengetahuannya tentang hasil jawabannya didalam diskusi kepada kelompoknya. Dan guru benar-benar
(6)
264
meyakinkan siswa bahwa siswa bisa dan mampu. Sehingga siswa dapat semangat dalam mempresentasikan hasilnya.
4. Sebelum melaksanakan kegiatan akhir dalam kelompok sebaiknya guru memberikan evalusi secara lisan dan siswa ditunjuk namanya untuk maju kedepan kelas, karena biasanya tanpa ditunjuk siswa hanya saling menunjuk kepada sesama temannya untuk maju kedepan kelas dahulu, dengan cara tadi dapat memberikan motivasi siswa agar sebelum meju kedepan kelas dengan cara ditunjuk oleh guru siswa dapat benar-benar membaca kembali hasil yang telah dikerjakan tadi dan memberikan siswa termotivasi untuk mengkaji lagi tentang hasiljawabannya tadi untuk dipersiapkan jika di suruh maju oleh guru. Dan hal ini juga dapat memberikan rangsanggan kepada siswa untuk selalu mengevaluasi dan dipelajari lagi jawannya yang telah dikerjakan pada tugas kelompoknya. Dan juga dapat memberikan keberanian dan kebiasaan kepada siswa untuk maju mempresentasikan kedepan kelas dengan baik.