Peningkatan Keterampilan Membaca Aksara Jawa melalui Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together siswa kelas IV SDN 03 Sengon Kabupaten Batang

(1)

KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER

SISWA KELAS

IV SDN 03 SENGON BATANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

INDRI MARDININGRUM

1401909049

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Bismillahirrohmannirrohim

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 18 Oktober 2011 Peneliti,

Indri Mardiningrum NIM 1401909049


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

hari : Selasa

tanggal : 18 Oktober 2011

Semarang, 18 Oktober 2011 Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs. Sukardi, M.Pd.

NIP 19590511 198708 1 001

Sri Sukasih, S.S, M.Pd. NIP 19700407 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP 19560512 198203 1 003


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Kamis

tanggal : 27 Oktober 2011

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Drs. Hardjono, M.Pd.

NIP 19510801 197903 1 007

Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd. NIP 19560512 198203 1 003 Penguji Utama,

Drs. Mujiyono, M.Pd NIP 195306061981031003

Penguji 1, Penguji 2,

Drs. Sukardi, M.Pd.

NIP 19590511 198708 1 001

Sri Sukasih, S.S, M.Pd. NIP 19700407 200501 2 001


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Membaca dapat memperoleh informasi dan meningkatkan ilmu pengetahuan (Tarigan).

Setiap pekerjaan akan terasa ringan bila dikerjakan secara bersama-sama (Trianto).

Persembahan: Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada : Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Suyudi dan Ibu Maryati) yang selalu memberikan kasih sayangnya dan memotivasiku untuk terus bersemangat. Segenap Civitas Akademi Universitas Negeri Semarang. Keluarga Besar SD Negeri 03 Sengon


(6)

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, karena peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun tujuan penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Aksara Jawa melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT pada siswa kelas IV SDN 03 Sengon, Subah Batang, adalah untuk meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan keterampilan siswa dalam membaca aksara Jawa.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa arahan dan dorongan serta bantuan lainnya selama proses penulisan skripsi ini. Selanjutnya, peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Soedjiono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan peneliti untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Harjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

3. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin penelitian.

4. Drs. Sukardi, M.Pd. Dosen Pembimbing I yang sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga.


(7)

vii

5. Sri Sukasih, S.S, M.Pd. Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan, dan arahan dengan ramah sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Mujiyono, M.Pd. Dosen Penguji Utama Skripsi yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis. 7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan

bekal pengetahuan dengan penuh keramahan dan tulus ikhlas.

8. Purwandi, S.Pd. Kepala SDN 03 Sengon yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian ini.

9. Bapak dan Ibu Guru SDN 03 Sengon yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian ini, serta murid-murid tersayang.

10. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materi. 11.Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan semangat dan dorongan

dalam menyelesaikan skripsi ini

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi guru SD dalam merancang pembelajaran yang kreatif serta bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Semarang, 18 Oktober 2011 Peneliti


(8)

viii ABSTRAK

Mardiningrum. Indri. 2011. Peningkatan Keterampilan Membaca Aksara Jawa melalui Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together siswa kelas IV SDN 03 Sengon Kabupaten. Batang. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing (1) Drs. Sukardi, M.Pd (2) Sri Sukasih,S.S, M.Pd. 317 halaman.

Kata kunci : Keterampilan Membaca, Aksara Jawa, Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT

Masalah pokok dalam penelitian adalah rendahnya keterampilan siswa dalam membaca aksara Jawa. Siswa kelas IV SDN 03 Sengon belum lancar dalam membaca aksara Jawa. Pembelajaran hanya berpusat pada guru dan guru cenderung kurang kreatif. Selain itu media yang digunakan kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran membaca aksara Jawa. Sebagai pemecahannya, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Supaya aktivitas guru, aktivitas siswa, dan keterampilan siswa dalam membaca aksara Jawa dapat meningkat. Hal ini didukung data dari nilai hasil belajar siswa kelas IV semester I Tahun pelajaran 2010/2011 yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan sekolah yaitu ≤ 65. Data hasil belajar siswa menunjukkan nilai terendah 40, nilai tertinggi 70, dan rata-rata kelas 58,17. Sebanyak 62% atau 21 dari 34 siswa mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Rumusan masalah penelitian ini apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa dan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SDN 03 Sengon ,Kabupaten Batang. Tujuan penelitian untuk meningkatan aktivitas guru, aktivitas siswa dan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SDN 03 Sengon, Kabupaten Batang.

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 03 Sengon dengan jumlah siswa 34, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Variabel yang diselidiki penelitian ini yaitu aktivitas guru, aktivitas siswa dan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa. Penelitian ini berlangsung 2 siklus dengan alat pengumpul data berupa soal tes, lembar observasi dan foto selama proses pembelajaran. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil penelitian antara siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas guru dari rata-rata 2,8 dengan persentase 70% termasuk kriteria baik (siklus I), rata-rata 3,5 dengan persentase 87,5% termasuk kriteria sangat baik (siklus II). Peningkatan aktivitas siswa dari rata-rata 3,11 dengan persentase 70% termasuk kriteria baik (siklus I), rata-rata 3,80 dengan persentase 85% termasuk kriteria sangat baik (siklus II). Peningkatan hasil belajar dari tes awal keterampilan membaca aksara Jawa siswa rata-rata 67,35 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 50%, rata-rata 75 dengan persentase ketuntasan klasikal 66,29% (siklus I), rata-rata 83,5 dengan persentase ketuntasan klasikal 85% (siklus II).

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan keterampilan siswa dalam membaca aksara Jawa. Disarankan agar guru dapat memilih dan menerapkan model serta media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Sehingga keaktifan dan keantusiasan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat tercapai dan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN... ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN... ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

II. KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 9

1. Bahasa... 9

a. Pengertian Bahasa ... 9

b. Pengertian Bahasa Jawa... 10

2. Keterampilan Berbahasa………. 12

a. Membaca ... 12

b. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa... 13

c. Tujuan Membaca……… 14

d. Aspek-aspek Membaca……….... 15

e. Jenis-jenis Membaca………... 17


(10)

x

3. Aksara Jawa... 19

a. Asal Mula Aksara Jawa ... 20

b. Makna Aksara Jawa ... 23

c. Pemakaian Aksara Jawa... 26

4. Aktivitas……….. 30

a. Aktivitas Guru……… 31

b. Aktivitas Siswa……….. 33

5. Pembelajaran kooperatif ... 37

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif……… 37

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………... 38

6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT... 40

B. Kajian Empiris ... 42

C. Kerangka Berfikir ... 46

D. Hipotesis Tindakan ... 48

III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian... 49

B. Perencanaan Tahap Penelitian... ... 53

1. Siklus 1/PI... ... 53

2. Siklus I/PII... 56

3. Siklus II/PI... 60

4. Siklus II/PII... 63

C. Subjek Penelitian ... 67

D. Tempat Penelitian ... 67

E. Teknik Pengumpulan Data ... 67

F. Teknik Analisis Data ... 73

G. Indikator Keberhasilan... 77

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 78

1. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I/PI ... 78

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I/PII ... 101


(11)

xi

4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II/PII ... 149

B. Pembahasan... 177

1. Pemaknaan Hasil Temuan... 177

1. 2. Implikasi Hasil Penelitian... 198

V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 200

B. Saran ... 201

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 202


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Aksara Jawa... 26

Tabel 2 Sandhangan Aksara Jawa... 27

Tabel 3 Huruf Vokal tidak Mandiri (Sandhangan) ... 28

Tabel 4 Pasangan Aksara Jawa ... 28

Tabel 5 Aksara Swara... 29

Tabel 6 Tanda Baca ... 30

Tabel 7 Angka Jawa... 30

Tabel 8 Kriteria Ketuntasan Minimal Belajar... 74

Tabel 9 Rambu-rambu Analisis Aktivitas Pembelajaran ... 75

Tabel 10 Skala Penilaian ... 76

Tabel 11 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I/PI... 79

Tabel 12 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I/PI... 84

Tabel 13 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Siklus I/PI... 92

Tabel 14 Contoh Kesalahan Aspek Pelafalan Siklus I/PI... 93

Tabel 15 Contoh Kesalahan Aspek Jeda Siklus I/PI... 94

Tabel 16 Contoh Kesalahan Aspek Kelancaran Siklus I/PI... 94

Tabel 17 Hasil Belajar siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara Jawa Pra Siklus ... 96 Tabel 18 Daftar Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa... 97

Tabel 19 Hasil Belajar siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara Jawa Siklus I/PI... 99 Tabel 20 Daftar Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa... 100


(13)

xiii

Tabel 21 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I/PII... 102

Tabel 22 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I/PII... 107

Tabel 23 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Siklus I/PII... 115

Tabel 24 Contoh Kesalahan Aspek Pelafalan Siklus I/PII... 116

Tabel 25 Contoh Kesalahan Aspek Jeda Siklus I/PII... 117

Tabel 26 Contoh Kesalahan Aspek Kelancaran Siklus I/PII... 117

Tabel 27 Hasil Belajar siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara Jawa Siklus I/PII... 119 Tabel 28 Daftar Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa... 120

Tabel 29 Persentase Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran Siklus I/PI/PII... 123 Tabel 30 Persentase Keberhasilan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I/PI/PII... 128 Tabel 31 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II/PI... 130

Tabel 32 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II/PI... 135

Tabel 33 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Siklus II/PII... 143

Tabel 34 Contoh Kesalahan Aspek Pelafalan Siklus II/PI... 144

Tabel 35 Contoh Kesalahan Aspek Jeda Siklus II/PI... 145

Tabel 36 Contoh Kesalahan Aspek Kelancaran Siklus II/PI... 145

Tabel 37 Hasil Belajar siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara Jawa Siklus II/PI... 147 Tabel 38 Daftar Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa... 148

Tabel 39 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II/PII... 150

Tabel 40 Hasil Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II/PII... 155


(14)

xiv

Tabel 42 Contoh Kesalahan Aspek Pelafalan Siklus II/PII... 163

Tabel 43 Contoh Kesalahan Aspek Intonasi Siklus II/PII... 163

Tabel 44 Contoh Kesalahan Aspek Jeda Siklus II/PII... 164

Tabel 45 Contoh Kesalahan Aspek Kelancaran Siklus II/PII... 164

Tabel 46 Hasil Belajar siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara Jawa Siklus II/PII... 166 Tabel 47 Daftar Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa... 167 Tabel 48 Persentase Keberhasilan Pengelolaan Pembelajaran Siklus

II/PI/PII... 170

Tabel 49 Persentase Keberhasilan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II/PI/PII...

174

Tabel 50 Persentase Peningkatan Aktivitas Guru pada setiap Pertemuan yaitu Siklus I/PI/PII dan Siklus II/PI/PII...

188

Tabel 51 Peningkatan Persentase Keberhasilan Aktivitas Siswa pada setiap Pertemuan yaitu Siklus I/PI/PII dan Siklus II/PI/PII...


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Aspek-aspek Membaca ... 16

Gambar 2 Jenis-jenis Membaca ... 18

Gambar 3 Kerangka Berfikir... 47

Gambar 4 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I/PI... 83

Gambar 5 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I/PI... 91

Gambar 6 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Siswa Siklus I/PI... 95

Gambar 7 Analisis Nilai Pra Siklus... 98

Gambar 8 Analisis Nilai Siklus I/PI... 101

Gambar 9 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I/PII... 106

Gambar 10 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I/PII... 114

Gambar 11 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Siswa Siklus I/PII... 118 Gamba 12 Analisis Nilai Siklus I/PII... 121

Gambar13 Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus I/PI/PII ... 123

Gambar 14 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus I/PI/P II... 128 Gambar 15 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I/PI/PII... 129

Gambar 16 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II/PI... 134

Gambar 17 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II/PI... 142

Gambar 18 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Siswa Siklus II/PI... 146 Gambar 19 Hasil Belajar Siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara Jawa Siklus II/PI... 149 Gambar 20 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II/PII... 154 Gambar 21 Rekapitulasi Aktivitas Guru Siklus I/PI/PII dan Siklus 154


(16)

xvi

II/PI/PII... Gambar 22 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II/PII... 161 Gambar 23 Hasil Pengamatan Keterampilan Membaca Siklus II/II……... 165 Gambar 24 Hasil Belajar Siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara

Jawa Siklus II/PII...

168

Gambar 25 Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus II/PI/PII ... 170 Gambar 26 Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus

II/PI/P II... 174

Gambar 27 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus II/PI/PII... 175 Gambar 28 Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Membaca Siklus

I/PI/PII dan Siklus II/PI/PII... 176

Gambar 29 Perbedaan Ketercapaian Aspek untuk Keterampilan Guru Siklus I dan Siklus II...

187

Gambar 30 Peningkatan Aktivitas Guru pada Setiap Pertemuan... 188 Gambar 31 Perbedaan Ketercapaian Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus I

dan Siklus II...

191

Gambar 32 Peningkatan Aktivitas Siswa setiap Pertemuan pada Siklus I dan Siklus II...

192

Gambar 33 Perbedaan Hasil Belajar Siswa dari Pra Siklus, Siklus I/PI/PII dan Siklus I/PI/PII...

196

Gambar 34 Rata-rata Hasil Pengamatan Kemampuan Membaca Siswa Siklus I/PI/PII dan Siklus II/PI/PII...


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen... 205

Lampiran 2 Pedoman Observasi Aktivitas Guru... 212

Lampiran 3 Lembar Kisi-Kisi Deskriptor Aktivitas Guru... 215

Lampiran 4 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa... 217

Lampiran 5 Lembar Kisi-Kisi Deskriptor Aktivitas Siswa... 220

Lampiran 6 Pedoman Observasi Keterampilan membaca Siswa... 222

Lampiran 7 Lembar Kisi-Kisi Deskriptor Keterampilan Membaca Siswa. 224 Lampiran 8 RPP Siklus I/PI/PII dan Siklus II/PI/PII... 226

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Pra Siklus, Siklus I/PI/PII dan Siklus II/PI/PII... 252 Lampiran 10 Tabel Penilaian Individu dan Kelompok... 262

Lampiran 11 Diagram Penilaian Tugas Individu dan Kelompok... 271

Lampiran 12 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru... 276

Lampiran 13 Tabel Aktvitas Siswa... 282

Lampiran 14 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa dalam Keterampilan Membaca Aksara Jawa... 288 Lampiran 15 Daftar Nama Anggota Kelompok Siswa dalam Pembelajaran 301 Lampiran 16 Foto kegiatan siswa saat pembelajaran... 304

Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian... 308

Lampiran 18 Jadwal Bimbingan Skripsi... 311


(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Pendidikan No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 40 ayat (2) yakni pendidik harus profesional untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang bermakna kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya (Sistem Pendidikan Nasional, 2003: 13).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Subtansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester yaitu bahasa Jawa (BSNP, 2006:10).


(19)

Berkaitan dengan hal tersebut, standar proses yang berisi perencanaan proses pembelajaran diantaranya Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 bahwa, Standar Proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran yang berisi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Bahasa Jawa di SD/MI merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan, sikap dan keterampilan yang diharapkan sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu mata pelajaran. Di dalam kurikulum KTSP, bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang dilaksanakan di daerah Jawa Tengah yang didalamnya mencakup lima kompetensi dasar yaitu mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis dan sastra. Pada kompetensi membaca, dalam mata pelajaran bahasa Jawa, siswa harus mampu menguasai dua keterampilan yaitu membaca bacaan berbahasa Jawa berhuruf latin dan membaca bacaan berbahasa Jawa dengan huruf Jawa. Agar dapat terampil membaca aksara Jawa, siswa harus memahami bahasa Jawa dan mengenal aksara Jawanya.

Hasil penelitian Depdiknas (2008), menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran bahasa Jawa. Guru dalam pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan guru, pembelajaran yang dilakukan guru kurang kreatif, lebih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang mengoptimalkan media pembelajaran, sehingga


(20)

siswa merasa jenuh dan kurang antusias dalam pembelajaran bahasa Jawa. Berdasarkan hasil observasi dengan tim kolaborasi pada tanggal 14 Maret 2011 pada SDN 03 Sengon, bahwa dalam membaca aksara Jawa siswa kurang memperhatikan intonasi dan lafal yang tepat dan guru belum menggunakan model pembelajaran membaca yang bervariasi, sehingga siswa kurang aktif, cepat merasa bosan dan penggunaan media pembelajaran masih kurang.

Didukung dari data pencapaian hasil observasi dan evaluasi membaca aksara Jawa berupa kata dan kalimat sederhana masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Data hasil belajar ditunjukkan bahwa, dari 34 siswa kelas IV SDN 03 Sengon, hanya 13 siswa yakni 38% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal dan yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 21 siswa yakni 62% yaitu dengan nilai rata-rata kelas 58,17. Nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 70. Dengan melihat data hasil belajar dan kompetensi kelas IV yang seharusnya bisa membaca aksara Jawa, perlu proses pembelajaran untuk ditingkatkan kualitasnya, agar siswa Sekolah Dasar tersebut terampil membaca aksara Jawa, sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa.

Setelah berdiskusi dengan guru kelas IV, untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan aktivitas guru. Maka peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif tipe


(21)

kooperatif, dapat mengaktifkan siswa dalam menjawab pertanyaan maupun memahami materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Trianto, 2007:62).

Manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa, diharapkan siswa akan lebih aktif, kreatif dan terampil dalam membaca aksara Jawa. Penggunaan media kartu aksara Jawa pada pembelajaran sangat membantu efektivitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran, sehingga dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa karena penyajian informasi menjadi lebih menarik. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Pembelajaran bahasa Jawa khususnya memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan inovatif, supaya tujuan tersebut dapat tercapai maka bahasa Jawa perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Manfaat penyajian model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat menjadikan anak aktif dan termotivasi untuk membaca aksara Jawa dan dapat mempermudah siswa untuk memahami aksara Jawa berupa kata dan kalimat sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Sengon Kabupaten Batang.


(22)

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Sengon, Kabupaten Batang?”. Secara rinci masalah dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

1. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat meningkatkan aktivitas guru dalam keterampilan membaca aksara Jawa? 2. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam keterampilan membaca aksara Jawa? 3. Apakah melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat

meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SDN 03 Sengon?

2. Pemecahan Masalah

Upaya untuk mengatasi masalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam (Trianto, 2007:62), terdapat empat fase sebagai sintaksnya sebagai berikut.

1. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.


(23)

2. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan berhubungan dengan membaca aksara Jawa.

3. Fase 3: Berfikir bersama

Siswa secara berkelompok menggali, mengeksplorasi, menemukan dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan guru serta meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

4. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengangkat tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, kegiatan pembelajaran ini mengajak siswa untuk secara aktif dalam proses pembelajaran, karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran yang didasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa dari kehidupan nyata dengan harapan akhirnya keterampilan membacanya meningkat.


(24)

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SDN 03 Sengon, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang melalui model pembelajaran kooperatif tipeNHT.

Secara khusus penelitian tindakan kelas ini bertujuan sebagai berikut. 1. Meningkatkan aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Sengon tentang keterampilan membaca aksara Jawa.

2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, pada siswa kelas IV SD Negeri 03 sengon.

3. Meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, pada siswa kelas IV SD Negeri 03 Sengon.

D. Manfaat Penelitian

Pembelajaran Bahasa Jawa dengan menggunakan model pembelajaran NHT pada keterampilan membaca aksara Jawa di kelas IV SD Negeri 03 Sengon, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa dan sekolah.


(25)

1. Bagi Guru

Melalui penelitian ini guru mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan penerapanya dalam pembelajaran bahasa Jawa khususnya membaca aksara Jawa di Sekolah Dasar (SD).

2. Bagi Siswa

Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dapat melakukan aktivitas pembelajaran dengan lebih baik. Ketertarikan terhadap membaca aksara Jawa meningkat, sehingga keterampilan membaca aksara Jawa juga meningkat. Hal ini, disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan secara berkelompok, siswa saling bekerjasama dalam pembelajaran yakni berfikir bersama dalam menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu pada akhir pembelajaran, guru juga memberikan penghargaan pada kelompok terbaik yang diperoleh berdasarkan penilaian individu. Hal tersebut memberikan motivasi tersendiri bagi siswa.

3. Bagi Sekolah

Mendorong sekolah untuk selalu melakukan inovasi dalam rangka perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, guna meningkatan keterampilan membaca aksara Jawa dalam pembelajaran Bahasa Jawa.


(26)

9

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis 1. Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat

arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Sebagai sebuah contoh sistem, maka bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk, kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. Lambang yang digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah bahasa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan.

Karena itu pula, bahasa tulisan yang walaupun dalam dunia modern sangat penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak lain adalah rekaman visual dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-tanda baca dari bahasa lisan. Dalam dunia modern, penguasaan terhadap bahasa lisan dan bahasa tulisan sama pentingnya. Jadi, kedua macam bentuk bahasa itu harus pula dipelajari dengan sungguh-sungguh (Chaer, 2006: 1-2).


(27)

Dalam pembelajaran bahasa terdapat 4 komponen keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan 2008: 1).

Peneliti menyimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan masyarakat sekitar, bahasa juga dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran dan bahasa juga merupakan alat komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.

b. Bahasa Jawa

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Jawa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Jawa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Pembelajaran kebahasaan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa. Pembelajaran bahasa perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran, antara lain dari yang mudah ke yang sukar, dari hal-hal yang dekat ke yang jauh, dari yang sederhana ke yang rumit, dari yang diketahui ke yang belum diketahui, dan dari yang konkret ke yang abstrak. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Siswa tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau secara langsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung atau secara tidak langsung dan


(28)

pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar, serta kemampuan memperluas wawasan (Sudharto, 1999:10-11).

Ragam Bahasa Jawa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa yaitu:

a) mendengarkan, seperti mendengarkan dan menanggapi secara tepat suatu perintah, pesan, pesan telepon, cerita teman, wacana percakapan, berita, pengalaman, deskripsi benda-benda sekitar, pidato, wawancara, serta mendengarkan dan mengapresiasikan dongeng, geguritan, cerita wayang, dan cerita kelompok.

b) berbicara, seperti memperkenalkan diri, menyapa orang lain, mengajukan pertanyaan, menceritakan pengalaman, kesan, peristiwa, isi wawancara, mendiskripsikan benda sekitar, bercakap-cakap melalui telepon, berpidato, melakonkan tokoh wayang.

c) membaca, seperti membaca nyaring, membaca pemahaman, membaca cepat, serta membaca/melagukan tembang, membaca dongeng, cerita wayang, geguritan, parikan, dan membaca tulisan beraksara Jawa. d) menulis, seperti menulis kata dan kalimat sederhana dengan huruf

lepas dan huruf sambung, menulis kata dan kalimat yang dibacakan, menulis pidato, menulis cerita pendek, menulis laporan hasil wawancara, geguritan, tokoh wayang, dan menulis dengan aksara Jawa (Sudharto, 1999:11).


(29)

Peneliti menyimpulkan bahwa ragam bahasa Jawa itu memiliki empat aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang artinya bahwa dengan mendengarkan, maka dapat mengetahui bagaimana bahasa yang baik yang dapat diterapkan disekolah, dengan berbicara yang baik, maka dapat mengetahui bahasa yang bagaimana yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dengan membaca maka dapat mengetahui bagaimana membaca aksara Jawa yang baik dan lancar, dan selanjutnya dengan menulis maka dapat mengetahui bagaimana menulis aksara Jawa dengan baik dan rapi. Ke-4 aspek tersebut sangat berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.

2. Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu: keterampilan menyimak/mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Teori tentang keterampilan membaca di sini meliputi pengertian membaca, membaca sebagai suatu keterampilan, tujuan membaca, aspek-aspek membaca, jenis-jenis membaca dan membaca aksara Jawa (Tarigan, 2008: 7-13).

a. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) yang penting untuk dikuasai oleh setiap individu. Dengan membaca, seseorang dapat


(30)

bersantai, berinteraksi dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi dan meningkatkan ilmu pengetahuanya. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses pengandaian dan pembacaan sandi (Tarigan, 2008:7).

Membaca adalah melihat, memikirkan dan memahami isi dari apa yang ada dalam tulisan, baik secara lisan maupun ucapan dengan baik (Harapan, 2009: 77).

Peneliti menyimpulkan bahwa membaca adalah memperoleh makna dari kemampuan memahami ide, menagkap makna, memperoleh pesan yang ada dalam bacaan dari barang cetak baik langsung maupun tidak langsung berupa makna lugas maupun makna kias yang semua itu menuju pemahaman.

b. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa tulis dan lisan. Membaca dan menulis termasuk keterampilan berbahasa tulis sedangkan menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan (Santoso, 2008: 61).

Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan suatu keterampilan-keterampilan yang


(31)

lebih kecil dengan kata lain keterampilan membaca mencakup tiga komponen dalam (Tarigan, 2008:11) yaitu:

a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca

b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang normal.

c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning. Berdasarkan pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan, membaca, menulis, menyimak, dan berbicara merupakan komponen keterampilan yang saling berkaitan.

c. Tujuan membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan atau intensif kita dalam membaca. Berikut ini beberapa hal yang penting dari membaca dalam (Tarigan, 2008: 9-10) yaitu:

a) membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh.

b) membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik.

c) membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian dari cerita.

d) membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu.


(32)

e) membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa.

f) membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu.

g) membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh bisa berubah. d. Aspek-aspek Membaca

Telah diuraikan di atas bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian yang lebih kecil lainnya. Aspek penting dalam membaca dalam (Tarigan, 2008: 12-13) sebagai berikut.

a) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order).

Aspek ini mencakup: 1) pengenalan bentuk huruf

2) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frasa, pola klausa, kalimat, dll

3) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”)

4) kecepatan membaca kearah lambat.

b) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:


(33)

2) memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca)

3) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)

4) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Gambar I Aspek-aspek Membaca (Tarigan, 2008:14 )

Keterampilan mekanis (urutan lebih rendah)

Pengenalan bentuk huruf

Evaluasi/penilaian isi dan bentuk Pemahaman signifikasi atau makna Pemahaman pengertian sederhana

Kecepatan membaca lambat Keterampilan pemahaman urutan

lebih tinggi

Pengenalan unsur-unsur linguistik

Pengenalan hubungan bunyi dan huruf

Aspek-aspek Membaca


(34)

e. Jenis-jenis Membaca

Jenis-jenis Membaca menurut Broughton dalam Tarigan (2008: 13-20) ada dua jenis membaca yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati.

1) Membaca nyaring atau membaca bersuara

Membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang rumit, kompleks dan banyak seluk beluknya. Yang pertama-tama menurut pengertian terhadap aksara di atas halaman kertas dan sebagainya, kemudian memproduksikan suara yang tepat dan bermakna.

2) Membaca dalam hati

Membaca dalam hati adalah membaca yang hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan mata dan ingatan, bertujuan untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati sangat penting, sebab membaca dalam hati menjadi kunci utama untuk memperoleh informasi. Membaca dalam hati (silent reading) dapat dibagi menjadi dua macam sebagai berikut.

a) Membaca ekstensif (1) membaca survei (2) membaca sekilas (3) membaca dangkal b) Membaca Intensif


(35)

(1) membaca telaah isi: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide.

(2) membaca telaah bahasa: membaca bahasa asing, membaca sastra.

Gambar 2 Jenis-jenis Membaca (Tarigan, 2008:14 )

Membaca

Membaca dalam hati Membaca nyaring

Membaca ekstensif

Membaca intensif

Membaca survei

Membaca sekilas

Membaca

dangkal Membaca telaah isi

Membaca telaah bahasa

Membaca sastra Membaca

bahasa Membaca

pemahaman

Membaca sastra Membaca kritis


(36)

f. Membaca Aksara Jawa

Membaca aksara Jawa merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa yaitu membaca. Membaca aksara Jawa perlu mendapatkan perhatian yang lebih agar siswa dapat dengan mudah membaca aksara Jawa semudah membaca huruf abjad. Oleh karena itu, perlu penggunaan metode pembelajaran dan media yang tepat untuk mengajarkan membaca aksara Jawa. Tujuan membaca aksara Jawa adalah untuk melafalkan aksara Jawa secara jelas.

Pelajaran membaca aksara Jawa diharapkan siswa mengetahui jumlah hurufnya, sandhanganya, pasanganya dan tanda baca, angka

dan sebagainya. Perbedaan mengajar membaca huruf abjad dengan aksara Jawa adalah pada proses pelafalannya. Adapun cara membaca aksara Jawa adalah sama dengan huruf latin. Sesuai dengan standar kompetensi membaca aksara Jawa, maka tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) siswa mampu membaca lancar aksara Jawa

2) siswa mampu menyalin aksara Jawa ke dalam huruf latin. 3. Aksara Jawa

Aksara Jawa mempunyai dua bentuk huruf yaitu: (1) aksara nglegena yang merupakan huruf pokok yang berjumlah 20 huruf, (2) huruf pasangan merupakan bentuk lain huruf pokok juga berjumlah 20 huruf (Darusuprapta, 2002:5).


(37)

a. Asal mula Aksara Jawa

Ada beberapa macam cerita asal mula aksara Jawa. Rahimsyah (2003: 58-62) menceritakan “Ajisaka Asal Mula Aksara Jawa” sebagai berikut:

Alkisah, di Dusun Medang Kawit, Desa Majethi, Jawa Tengah, hiduplah seorang pendekar tampan yang sakti mandraguna bernama Aji Saka. Ia mempunyai sebuah keris pusaka dan serba sakti. Selain sakti, ia juga rajin dan baik hati. Ia senantiasa membantu ayahnyabekerja di ladang, dan menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongannya. Kemana pun pergi, ia selalu ditemani oleh dua orang abdinya yang bernama Dora dan Sembada.

Pada suatu hari, Aji Saka meminta izin kepada ayahnya untuk pergi mengembara bersama Dora. Sementara, Sembada ditugaskan untuk membawa dan menjaga keris miliknya ke Pegunungan Kendeng. “Sembada! Bawa keris pusaka ini ke Pegunungan Kendeng. Kamu harus menjaganya dengan baik dan jangan berikan kepada siapa pun sampai aku sendiri yang mengambilnya!” pesan Aji Saka kepada Sembada. “Baik. Tuan! Saya berjanji akan menjaga dan merawat kerus pusaka Tuan!” jawab Sembada. Setelah itu, berangkatlah Sembada ke arah utaramenuju Gunung Kendeng, sedangkan Aji Saka dan Dora berangkat mengembara menuju ke arah selatan. Mereka tidak membawa bekal pakaian kecuali yang melekat pada tubuh mereka. Setelah setengah hari berjalan, sampailah mereka disebuah hutan yang sangat lebat. Ketika akan melintasi hutan tersebut, tiba-tiba Aji Saka mendengar teriakan seorang laki-laki meminta tolong. “Tolong...!!! Tolong...!!! Tolong...!!!” demikian suara itu terdengar. Mendengar teriakan itu, Aji Saka dan Dora segera menuju mendapati seorang laki-laki paruh baya sedang dipukuli oleh dua orang perampok. “Hei, hentikan perbuatan kalian!” seru Aji Saka. Kedua perampok itu tidak menghiraukan teriakan Aji Saka. Mereka tetap memukuli laki-laki itu. Melihat tindakan kedua perampok tersebut, Aji Saka pun naik pitam. Dengan secepat kilat, ia melayangkan sebuah tendangan keras ke kepala kedua perampok tersebut hingga tersungkur ke tanah dan tidak sadarkan diri. Setelah itu, ia dan abdinya segera menghampiri laki-laki itu. “Maaf, Pak! Kalau boleh kami tahu, Bapak dari mana dan kenapa berada di tengah hutan ini?” tanya Aji Saka. Lelaki paruh baya itu pun bercerita bahwa dia seorang pengungsi dari Negeri Medang Kamulan. Ia mengungsi karena raja di negerinya yang bernama Prabu Dewata Cengkar suka memakan daging manusia. Setiap hari ia memakan daging seorang manusia yang dipersembahkan oleh Patihnya yang yang bernama Jugul Muda. Karena takut menjadi mangsa sang Raja, sebagian rakyat mengungsi secara diam-diam kedaerah lain.


(38)

Aji Saka dan abdinya serentak kaget mendengar cerita laki-laki tua yang baru saja ditolongnya itu. “Bagaimana itu bisa terjadi, Pak?” tanya Aji Saka dengan heran. “Begini, Tuan! Kegemaran Prabu Dewata Cengkar memakan daging manusia bermula ketika seorang juru masak istana teriris jarinya, lalu potongan jari itu masuk ke dalam sup yang disajikan untuk sang Prabu. Rupanya, beliau sangat menyukainya. Sejak itulah sang Prabu meenjadi senang makan daging manusia dan sifatnyapun berubah menjadi bengis,” jelas lelaki itu.

Mendengar penjelasan itu, Aji Saka dan abdinya memutuskan untuk pergi ke Negeri Medang Kamulan. Ia ingin menolong rakyat Medang Kamulan dari kebengisan Prabu Dewata Cengkar. Setelah sehari semalam berjalan keluar masuk hutan, menyeberangi sungai, serta menaiki dan menuruni bukit, akhirnya mereka sampai di kota Kerajaan Medang Kamulan. Suasana kota itu tampak sepi. Kota itu bagaikan kota mati. Tak seorang pun yang terlihat lalu lalang di jalan. Semua pintu rumah tertutup rapat. Para penduduk tidak mau keluar rumah, karena takut dimangsa oleh sang Prabu. “Apa yang harus kita lakukan, Tuan?” tanya Dora. “Kamu tunggu di luar saja! Biarlah aku sendiri yang masuk ke Istana menemui Raja bengis itu,”jawab Aji Saka dengan tegas.

Dengan gagahnya, Aji Saka berjalan menuju ke istana. Suasana di sekitar istana tampak sepi. Hanya ada beberapa orang pengawal yang sedang mondar-mandir di depan pintu gerbang istana. “Berhenti, Anak Muda!” cegat seorang pengawal ketika Aji Saka berada di depan pintu gerbang Istana. “Kamu siap dan apa tujuanmu kemari?” tanya pengawal itu. Saya Aji Saka dari Medang Kawit ingin bertemu dengan Sang Prabu, “jawab Aji Saka. “Hai, Anak Muda! Apakah kamu tidak takut dimangsa sang Prabu?” sahut seorang pengawal yang lain. “Ketahuilah, Tuan-tuan! Tujuan saya kemari memang untuk menyerahkan diri saya kepada sang Prabu untuk dimangsa,” jawab Aji Saka.

Para pengawal istana terkejut mendengar jawaban Aji Saka. Tanpa banyak tanya, merekapun mengizinkan Aji Saka masuk ke dalam istana. Saat berada di dalam istana, ia mendapati Prabu Dewata Cengkar sedang murka, karena Patih Jugul tidak membawa mangsa untuknya. Tanpa rasa takut sedikitpun, ia langsung menghadap kepada sang Prabu dan menyerahkan diri untuk dimangsa. “Ampun, Gusti Prabu! Hamba Aji Saka. Jika hamba berkenan, hamba siap jadi santapan Baginda hari ini,” kata Aji Saka. Betapa senangnya hati sang Prabu mendapat tawaran makanan. Dengan tidak sabar, ia segera memerintahkan Patih Jugul untuk menangkap dan memotong-motong tubuh Aji Saka untuk dimasak. Ketika Patih Jugul akan menangkapnya, Aji Saka mundur selangkah, lalu berkata “Ampun, Gusti! Sebelum ditangkap, Hamba ada satu permintaan. Hamba mohon sebidang tanah seluas sorban hamba ini,” pinta Aji Saka sambil menunjukkan serban yang dikenakannya. “Hanya itu permintaanmu, hai Anak Muda! Apakah kamu tidak ingin meminta yang lebih luas lagi”? sang Prabu menawarkan. “Sudah cukup


(39)

Gusti. Hamba hanya menginginkan seluas serban ini,” jawab Aji Saka dengan tegas. “Baiklah kalau begitu, Anak Muda! Sebelum memakanmu, akan ku penuhi permintaanmu terlebih dahulu,”kata sang Prabu.

Aji Saka pun melepas serban yang melilit di kepalanya dan menyerahkannya kepada sang Prabu. “Ampun, Gusti! Untuk menghindari kecurangan, alangkah baiknya jika Gusti sendiri yang mengukurnya,” ujar Aji Saka. Prabu Dewata Cengkar pun setuju. Perlahan-lahan, ia melangkah mundur sambil mengulur serban itu. Anehnya, setiap diulur, serban itu terus memanjang dan meluas hingga meliputi seluruh wilayah Kerajaan Medang Kamulan. Karena saking senangya mendapat mangsa yang masih muda dan segar, sang Prabu terus mengulur serban itu sampai di pantai Laut Selatan tanpa disadarinya. Ketika ia masuk ke tengah laut, Aji Saka segera menyentakkan serbannya, sehingga sang Prabu terjungkal dan seketika itu pula berubah menjadi seekor buaya putih. Mengetahui kabar tersebut, seluruh rakyat Medang Kamulan kembali dari tempat pengungsian mereka. Aji Saka kemudian dinobatkan menjadi raja Medang Kamulan menggantikan Prabu Dewata Cengkar dengan gelar Prabu Anom Aji Saka. Ia memimpin kerajaan Medang Kamulan dengan arif dan bijaksana, sehingga seluruh rakyatnya hidup tenang, aman, makmur dan sentosa.

Pada suatu hari, Aji Saka memanggil Dora untuk menghadap kepadanya. “Dora! Pergilah ke Pegunungan Kendeng untuk mengambil kerisku. Katakan kepada Sembada bahwa aku yang menyuruhmu,” perintah Raja yang baru itu. “Daulah, Gusti!” jawab Dora seraya memohon diri. Setelah berhari-berhari berjalan, sampailah Dora di Pegunungan Kendeng. Ketika kedua sahabat tersebut bertemu, mereka saling rangkul untuk melepas rasa rindu. Setelah itu, Dora pun menyampaikan maksud kedatangannya kepada Sembada. “Sembada, sahabatku! Kini Tuan Aji Saka telah menjadi raja Negeri Medang Kamulan. Beliau mengutusku kemari untuk mengambil keris pusakanya untuk di bawa ke istana,”ungkap Dora. “Tidak, sahabatku! Tuan Aji Saka berpesan kepadaku bahwa keris ini tidak boleh diberikan kepada siapapun, kecuali beliau sendiri yang mengambinya,”kata Sembada dengan tegas.

Karena merasa mendapat tanggung jawab dari Aji Saka, Dora pun harus mengambil keris itu dari tangan Sembada untuk di bawa ke istana. Kedua orang abdi bersahabat tersebut tidak ada yang mau mengalah. Mereka bersikeras mempertahankan tanggung jawab masing-masing dari Aji Saka. Mereka bertekad lebih baik mati dari pada menghianati perintah tuannya. Akhirnya, terjadilah pertarungan sengit antara kedua orang bersahabat tersebut. Mereka sama kuat dan tangguhnya, sehingga merekapun mati bersama. Sementara itu, Aji Saka mulai gelisah menunggu kedatangan Dora dari Pegunungan Kendeng membawa kerisnya. “Apa yang terjadi dengan Dora? Kenapa


(40)

saat ini belum juga kembali?” gumam Aji Saka. Sudah dua hari Aji Saka menunggu, namun Dora tak kunjung tiba. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyusul abdinya itu ke Pegunungan Kendeng seorang diri. Betapa terkejutnya ia saat tiba disana. Ia mendapati kedua abdi setianya telah tewas. Mereka tewas karena ingin membuktikan kesetiannya kepada tuan mereka. Untuk mengenang kesetiaan kedua abdinya tersebut, Aji Saka menciptakan aksara Jawa atau dikenal dengan istilah dhentawyanjana, yang mengisahkan pertarungan antara dua abdinya yang memiliki kesaktian yang sama dan tewas bersama.

Aksara Jawa tersebut juga dikenal dengan istilah carakan. Adapun susunan aksara Jawanya sebagai berikut:

Ha na ca ra ka : Ada Utusan Da ta sa wa la : Saling bertengkar Pa dha ja ya nya : Sama Saktinya Ma ga ba tha nga : Mati Bersama

Demikian legenda Aji Saka: Asal Mula Aksara Jawa, dari daerah Jawa Tengah. Pesan moral yang dapat di petik dari legenda di atas adalah bahwa orang yang suka menolong akan mendapat ganjaran yang setimpal, seperti Aji Saka. Ia telah menyelamatkan rakyat Negeri Medang Kamulan pun menobatkannya menjadi raja untuk menggantikan Pradu Dewata Cengkar.

b.Makna Aksara Jawa

Makna aksara Jawa adalah sebagai berikut (Deking 2007,diakses 5 Juni 2010) sebagai berikut.

1) Ha (a) hana hurip wening suci: adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha suci.

2) Na (n) nur chandra, gaib chandra, warsitaning candara pengharapan: manusia hanya selalu ke sinar illahi.

3) Ca (c) cipto wening, cipta mandulu, cipta dadi: arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal.


(41)

4) Ra (r) rasaingsun handulusih: rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani.

5) Ka (k) karsaningsun memayuhayuning bawana: hasrat diarahkan untuk kesejahteraan alam.

6) Da (f) dumadining dzat kang tanpa winagenan: menerima hidup apa adanya.

7) Ta (t) tatas, tutus, titi lan wibawa: mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup.

8) Sa (s) sifat ingsun handulu sifatullah: membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan.

9) Wa (w) wujud hana tan kena kinira: ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas

10) La (l) lir handaya paseban jati: mengalirkan hidup sesama padatuntutan Illahi.

11) Pa (p) papan kang tanpa kiblat: hakikat Allah yang ada di segala arah.

12) Dha (d) dhuwur wekasane endek wiwitane: untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar.

13) Ja (j) jumbuhing kawula lan Gusti: selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya.

14) Ya (y) yakin marang samubarang tumindak kang dumadi: yakin atas titah/kodrat Illahi.

15) Nya (v) nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki: memahami kodrat kehidupan.

16) Ma (m) madep mantep manembah maring Illahi. yakin mantep dalam menyembah Illahi

17) Ga (g) guru sejati sing muruki: belejar pada guru nurani.

18) Ba (b) bayu sejati kang andalani: menyelarasakan diri pada gerak alam.


(42)

20) Nga (z) ngracut busaning manungso: melepaskan egoisme pribadi manusia.

c. Pemakaian aksara Jawa

Kompetensi dasar kelas IV adalah membaca kata aksara Jawa dengan sandhangan merupakan acuan dasar membaca kata dan kalimat Jawa (Trimo, 2010: 33). Huruf baku dalam aksara Jawa terdapat 20 huruf dasar (huruf nglegena), pasangan aksara Jawa, aksara swara, aksara vokal tidak mandiri (sandhangan), tanda baca, angka Jawa dan aksara murda (Nugroho, 2006: 5-20)

Tabel 1 Aksara Jawa AKSARA JAWA

a n c

r k

ha na ca ra

ka

f t s

w l

da ta sa wa la

p d j

y v

pa dha ja ya nya

m g

b q z

ma ga ba ta nga


(43)

Tabel 2

Sandhangan Aksara jawa SANDHANGAN AKSARA JAWA

i = :

wulu dan cecak (gri=)

u = :

suku dan cecak (klu=

)

[ = : taling dan cecak (g[r= )

[ o = : taling tarung dan cecak (k[l=o)

e = : pepet dan cecak (m

te=)

u i / : wulu, suku dan layar (

kuni/)

u / : suku dan layar ( jmu/

)

[o / : taling tarung dan layar ([bo[co/)

e / : pepet dan layar

(bene/ )

i u ih : suku, wulu dan wignyan

(gurih )

u h : suku dan wignyan (bu tuh)

[ h : taling dan wignyan (k[bh)

[oh : taling tarung dan wignyan (a[moh)

h e : wignyan dan pepet (ah aeh)

(R.T. Suryadipura, 2008:20) Tabel 3

Huruf Vokal tidak Mandiri (Sandhangan) NAMA

SANDHANGAN

AKSARA JAWA KETERANGAN

Wulu I Tanda vokal i

Suku U Tanda vokal u

Taling [ Tanda vokal e’

Pepet E Tanda vokal e

Taling tarung [...o Tanda vokal o

Layar / Tanda ganti konsonan r

Wignyan H Tanda ganti konsonan h Cecak = Tanda ganti konsonan

ng


(44)

Pengkal/kompya - Tanda ganti konsonan ya

Cakra ] Tanda ganti konsonan ra

(R.T. Suryadipura, 2008:21) Tabel 4

Pasangan Aksara Jawa PASANGAN AKSARA JAWA

H N C R

K F T S W L

ha na ca ra ka da ta sa wa la

P D J Y V

M G B Q Z

pa dha ja ya nya ma ga ba ta nga (Mulyadi, 2002: 2)

Tabel 5 Aksara Swara AKSARA SWARA

A I U E O

A I U E O

(Mulyadi, 2002: 62)

Sandhangan merupakan berbagai tanda dalam tulisan aksara Jawa yang masing-masing memiliki bentuk dan fungsi. Macam-macam sandhangan dibedakan menjadi tiga (Mulyadi, 2002: 11) yaitu sebagai berikut.

1) Sandhangan baku swara

Merupakan sandhangan bunyi vokal yang berfungsi mengubah bunyi pengucapan aksara Jawa yang semula gabungan bunyi suatu


(45)

konsonan dengan vokal “a” menjadi vokal lain. Contoh sandhanganya adalah wulu, suku, taling, taling-tarung dan pepet.

2) Sandhangan panyigeg wanda

Merupakan sandhangan tanda penutup suku kata. Contoh sandhanganya adalah cecak, layar, wignyan.

3) Sandhangan wyanjana

Merupakan sandhangan penanda gugus konsonan sehingga membentuk bunyi rangkap. Contoh sandhanganya adalah cakra, keret, dan kompya.

Tabel 6 Tanda Baca

TANDA BACA AKSARA JAWA KETERANGAN

Adeg-adeg ? Tanda awal kalimat Pada lungsi . Tanda titik Pada lingsa , Tanda koma

(Mulyadi, 2002: 62) Tabel 7 Angka Jawa ANGKA JAWA

0 1 2 3 4 5

6 7 8 9

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9


(46)

4. Pengertian Aktivitas

Pada setiap pembelajaran tidak akan terlepas dari aktivitas baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa. Belajar merupakan proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon setiap pembelajaran. Belajar mengajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Dengan demikian, guru perlu memberikan dorongan pada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya untuk membangun gagasan, (Mulyasa, 2009: 2) mengatakan bahwa:

Belajar pada prinsipnya adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam belajar-mengajar. Mulyasa (2009: 5) menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dan siswa, siswa dengan media ataupun siswa dengan siswa lain yang akan mengakibatkan kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas siswa yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan pemahaman konsep yang telah mereka pelajari. Aktivitas di sini meliputi aktivitas guru dan aktivitas siswa.


(47)

a. Aktivitas Guru

Didaktik berasal dari bahasa Yunani “didoskein”, yang berarti pengajaran atau “didaktos” yang berarti pandai mengajar. Di Indonesia didaktik berarti ilmu mengajar. Karena didaktik berarti ilmu mengajar, maka pengertian didaktik menyangkut pengertian yang sangat luas. Dalam kaitan pembicaraan tentang didaktik, pengertian didaktik akan difokuskan pada bagaimana perlakuan guru dalam proses belajar mengajar tersebut. Mengajar menurut pengertian modern berarti aktivitas guru dalam mengorganisasikan lingkungan dan mendekatkannya kepada anak didik sehingga terjadi proses belajar.

Bertolak dari pengertian di atas, keberhasilan mengajar tentunya harus diukur dari bagaimana partisipasi anak dalam proses belajar mengajar dan seberapa jauh hasil yang telah dicapainya. Dalam menjawab dua permasalahan tersebut, ahli-ahli didaktik mengarahkan perhatiannya pada tingkah laku guru sebagai organisator proses belajar mengajar. Maka timbulah prinsip-prinsip didaktik atau azas-azas mengajar, yaitu kaidah atau rambu-rambu bagi guru agar lebih berhasil dalam mengajar. Jadi, dalam uraian ini yang dimaksud azas-azas didaktik ialah prinsip-prinsip, kaidah mengajar yang dilaksanakan oleh guru secara maksimal, agar lebih berhasil. Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik. Dalam hal ini, guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat


(48)

pasif. Pengajaran yang berpusat kepada guru bersifat teacher centered. Ilmu pengetahuan yang diberikan kepada siswa kebanyakan hanya diambil dari buku-buku pelajaran, tanpa dikaitkan dengan realitas kehidupan sehari-hari siswa. Pelajaran serupa ini disebut intelektualistis.

Peneliti menyimpulkan berdasarkan pemaparan tadi bahwa keberhasilan dalam mengajar ditentukan dari aktivitas guru terlebih dahulu agar aktivitas siswa bisa dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, guru memegang peranan utama, sedangkan siswa tinggal menerima, bersifat pasif. Dalam pembelajaran hendaknya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari supaya anak tidak merasa bosan.

b. Aktivitas Siswa

Menurut Mulyasa (2009:10), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Hemalik (2009: 45) mendefenisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman. Anitah (2009:1-3) menyatakan bahwa belajar sebagai suatu proses mental dan


(49)

emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan tersebut tidak dapat diamati oleh orang lain akan tetapi dapat diamati oleh yang bersangkutan. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa, namun dapat mengamati manifestasinya yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada siswa tersebut.

Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang melalui (2) aspek yaitu guru dan siswa. Dari segi guru proses belajar merupakan perilaku belajar tentang suatu hal sedangkan dari segi siswa proses belajar merupakan proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Belajar juga merupakan proses internal yang kompleks. Ranah kognitif, afektif dan psikomotorik terlibat didalamnya. Proses belajar mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu (Dimyati, 2006: 17).

Peneliti menyimpulkan berdasarkan pemaparan diatas bahwa aktivitas siswa merupakan segala kegiatan yang dilakukan baik secara jasmani maupun rohani dalam proses belajar mengajar. Aktivitas siswa baik pikiran maupun perasaan tidak dapat dilihat oleh guru, namun kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan dapat diamati oleh guru.

Suprijono (2010: 10) membagi kegiatan atau aktivitas belajar siswa menjadi 8 (delapan) meliputi:


(50)

1) signal learning, kegiatan belajar mengenal tanda. 2) stimulus-respon learning, kegiatan belajar tindak balas. 3) claining learning, kegiatan belajar melalui rangkaian. 4) verbal association, kegiatan belajar melalui asosiasi lisan.

5) multiple discrimination learning, kegiatan belajar dengan perbedaan berganda.

6) concept learning, kegiatan belajar konsep.

7) principle learning, kegiatan belajar prinsip-prinsip.

8) problem solving learning, kegiatan belajar pemecahan masalah. Aktivitas siswa menurut Maisuri dalam http://fikrinatuna. blogspot.com/2008/06/contoh-proposal-penelitian.html dapat dibagi menjadi:

1) visual activities, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan. 2) oral activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan

kemampuan siswa dalam mengucapkan, melafazkan, dan berfikir. 3) listening activities, aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan

siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.

4) motor activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimilikinya.

Tipe belajar siswa menurut (Tim LP3I, 2010: 143) terdapat tiga macam meliputi:


(51)

2) auditori, siswa mudah belajar dengan cara mendengarkan. 3) kinestetik, siswa mudah belajar dengan cara melakukan.

Berdasarkan pemaparan peneliti mengenai macam-macam aktivitas belajar siswa diatas peneliti menyimpulkan aktivitas siswa secara umum dibagi menjadi visual, oral, listening, dan motor activities. Dalam penelitian ini pengkajian aktivitas siswa dibatasi sebagai berikut.

1) Kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran.

2) Menanggapi apersepsi yang disampaikan guru yaitu tentang kelafalan membaca aksara Jawa.

3) Memperhatikan dan mencatat informasi yang informasi tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

4) Antusias dalam pembentukan kelompok dan tertib dalam penomoran.

5) Menjawab pertanyaan dari guru tentang materi membaca aksara Jawa.

6) Bekerjasama dengan teman dalam menyusun kartu aksara Jawa yang telah disediakan oleh guru.

7) Bersemangat mengerjakan setiap tugas, baik kelompok maupun individu.

8) Mendemonstrasikan hasil diskusi kelompok dan membuat simpulan.


(52)

10) Ketepatan dalam mengerjakan tugas dan menyimpulkan materi. Melalui penerapan aktivitas guru yang baik, aktivitas belajar siswa menjadi lebih terarah dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Selain aktivitas guru dan aktivitas siswa, iklim pembelajaran juga mempengaruhi kualitas pembelajaran yang terbentuk yaitu salah satunya keterampilan membaca aksara Jawa.

5. Model pembelajaran kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2009:4) menyatakan model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam model pembelajaran kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Trianto (2007: 41) menegaskan model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang muncul dari konsep siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengacu pada berbagai jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Walaupun pada


(53)

pelaksanaannya guru lebih banyak mengarahkan. Guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud (Suprijono, 2010: 54).

Berdasarkan penjabaran beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dalam kelompok heterogen. Proses belajar mengajar dengan cara siswa saling bekerjasama dan membantu mengerjakan tugas dari guru.

b. Tujuan Model pembelajaran kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif menurut Asma (2006: 12) sebagai berikut.

1) Pencapaian hasil belajar

Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Karena model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan stuktur penghargaan kooperatif, serta belajar untuk menghargai satu sama lain.


(54)

3) Pengembangan keterampilan sosial

Penggunakan model pembelajaran kooperatif membuat siswa memiliki keterampilan kerjasama atau kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dalam bermasyarakat, banyak kerja orang dewasa yang dilakukan dalam organisasi saling bergantung satu sama lain dalam masyarakat meskipun beragam budayanya.

Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerjasama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial dalam (Trianto, 2007: 44).

Beberapa keuntungan pola pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:10) sebagai berikut.

1) Siswa mencapai tujuan secara bersama-sama dengan menjunjung tinggi kebersamaan.

2) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.

3) Siswa aktif berperan sebagai tutor teman sebaya, dalam mencapai tujuan.

4) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.


(55)

5) Interaksi antar siswa juga membantu meningkatkan perkembangan kognitif siswa.

Berdasarkan penjelasan tujuan dan keuntungan model pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa yang pandai maupun yang lemah menyelesaikan tugas-tugas akademik.

6. Model Pembelajaran Kooperatif TipeNHT

Model Pembelajaran tipe NHT atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen yaitu untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Struktur Kagen menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari struktur kelas tradisional seperti mengangkat tangan terlebih dahulu kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas


(56)

karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti. Dengan model pembelajaran NHT suasana tersebut dapat dihindari karena siswa akan menjawab pertanyaan dengan ditunjuk peneliti berdasarkan panggilan nomor secara acak. Model NHT ini, memiliki prosedur yang diterapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak waktu berfikir menjawab dan saling membantu satu sama lain, melibatkan siswa lebih banyak dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut (Trianto, 2007:62).

Pembelajaran model NHT guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT, sebagai berikut.

a. Fase 1: Penomoran

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran NHT diawali dengan Numbering atau penomoran. Dalam fase ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 siswa dan kepada tiap-tiap siswa anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat Tanya.


(57)

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengangkat tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Tugas guru didalam kelas kontekstual adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru yaitu mengelola kelas sebagai kelas sebagai tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa), sesuatu yang baru (baca: pengetahuan dan keterampilan) datang dari “menemukan sendiri”, bukan dari “apa kata guru”. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual (Trianto, 2007: 63).

B. Kajian Empiris

Rendahnya pembelajaran bahasa Jawa disebabkan rendahnya kemampuan guru dalam mengembangkan metode dan media pembelajaran. Disini guru cenderung menerapkan metode dan media yang membosankan, sehingga tidak muncul kegiatan belajar-mengajar yang komunikatif. Selain itu, biasanya guru juga menghindari materi yang tidak dikuasai, seperti tembang macapat, membaca dan menulis aksara Jawa, dan sebagainya. Maka


(58)

untuk dapat mengembangkan situasi pembelajaran yang komunikatif, guru harus kreatif dan selalu memunculkan inovasi pembelajaran yang menarik.

Penelitian yang dilakukan oleh Arif Tri Atmoko (2006) pada siswa kelas IV SDN Brangkal 01 Kabupaten Sragen dengan judul Peningkatan Minat Membaca Huruf Jawa Melalui Model Kooperatif Tipe NHT pada siswa kelas IV SDN Brangkal 01 Kabupaten Sragen. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada mata pelajaran bahasa Jawa siswa kelas IV SD Negeri Brangkal 1, pada siswa kelas IV SD Negeri Brangkal 1 Kabupaten Sragen. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata hasil evaluasi membaca aksara Jawa sebelum tindakan yaitu 60,17 dan ketuntasan klasikal 54,17%. Pada siklus I nilai rata-rata hasil evaluasi yaitu 62,17 dan ketuntasan klasikal 62,5%. Pada siklus II nilai rata-rata hasil evaluasi yaitu 63,17dan ketuntasan klasikal 70,83%. Pada siklus III nilai rata-rata dari hasil evaluasi yaitu 69,17 dan ketuntasan klasikal 83,33%. Jadi pada siklus I mendapatkan rata-rata skor 2,71. Pada siklus II mendapatkan rata-rata skor 3,35.Sedangkan pada siklus III mendapatkan rata-rata skor 4,07. Dengan demikian, dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran membaca Jawa menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan Minat Membaca huruf Jawa pada siswa kelas IV SD Negeri Brangkal 1, Kabupaten Sragen.

Penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni Maryam (2008) dalam judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Proses


(59)

Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas V SDN Godean Sleman Yogyakarta”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilaksanakan melalui empat tahap mampu meningkatkan keterampilan dan prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan aspek partisipasi siswa yang meliputi peningkatan persentase aspek mengajukan pertanyaan jika ada yang belum jelas, pada siklus I sebesar 67,5% dan pada siklus II sebesar 70%. Aspek menjawab pertanyaan yang diajukan, pada siklus I sebesar 52,5% dan pada siklus II sebesar 65%. Aspek mengerjakan tugas secara tuntas, pada siklus I sebesar 77,5% dan pada siklus II sebesar 90%. Aspek ikut serta dalam diskusi, pada siklus I sebesar 62,5% dan pada siklus II sebesar 81,67%. Aspek mencatat materi pelajaran, pada siklus I sebesar 62,5% dan pada siklus II sebesar 70%. Aspek mempresentasikan hasil diskusi, pada siklus I sebesar 27,5% dan pada siklus II sebesar 35%. Aspek mengerjakan tes secara individu, pada siklus I sebesar 75% dan pada siklus II sebesar 85%. Aspek menyimpulkan materi pelajaran di akhir pertemuan, pada siklus I sebesar 67,5% dan pada siklus II sebesar 95%. Peningkatan membaca dan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil tes pada siklus I adalah 73,6 sedangkan pada siklus II adalah 77,7. Dengan demikian, dapat diajukan rekomendasi bahwa pembelajaran membaca Jawa menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan Keterampilan Membaca dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas V SDN Godean Sleman Yogyakarta” .


(60)

Kedua judul skripsi yang telah dipaparkan tadi membuktikan bahwa penelitian tentang keterampilan membaca sudah banyak dilakukan walaupun berbeda-beda media yang digunakan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Upaya peningkatan membaca masih perlu dan terus dikembangkan. Berbagai penelitian telah dilakukan dalam aspek membaca dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan membaca setelah diterapkan pembelajaran yang dilakukan peneliti. Namun penelitian terhadap keterampilan membaca masih menarik untuk dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaan dalam penelitian tersebut terletak pada jenis penelitian yang berupa penelitian tindakan kelas, sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, kedua penelitian tersebut sama-sama bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa. Perbedaan dalam penelitian ini dengan peneliti-peneliti tersebut adalah terletak pada media yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa. Peneliti mengkaji masalah seberapa besar peningkatan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SDN 03 Sengon Subah Batang. Variabel penelitian yang digunakan adalah aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran membaca aksara Jawa di SD kelas IV dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, aktivitas siswa SD kelas IV dalam pembelajaran membaca aksara Jawa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan keterampilan membaca pada siswa SD kelas IV dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.


(61)

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN 03 Sengon Subah Batang. Penelitian ini mengambil bidang kajian model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan media berupa kartu aksara Jawa yang berupa kartu kata dan kalimat sederhana yang diberi sandangan.


(62)

C. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar Bahasa Jawa di SDN 03 Sengon Kelas IV guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional. Guru belum mengoptimalkan metode dan media pembelajaran, sehingga konsentrasi siswa mudah terpecah dan mengalihkan perhatiannya pada hal lain seperti bermain alat tulis, berbicara dengan temannya, ataupun membaca buku untuk mata pelajaran yang lain. Pemberian soal oleh guru yang terlampau sering juga membuat siswa cepat jenuh berada dalam kelas. Dalam pelaksanaan diskusi di dalam kelas, siswa yang aktif dalam pembelajaran hanya beberapa saja. Pemantauan terhadap jalannya diskusi juga belum dilakukan secara maksimal.

Model pembelajaran kooperatif Tipe NHT guru memiliki kekreatifan dalam pembelajaran, baik dalam metode maupun media pembelajaran. Siswa menjadi aktif bertanya, mengemukakan pendapat ataupun membantu temannya yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Dalam diskusi kelompok dibentuk secara heterogen, tidak ada yang mendominasi jalannya diskusi. Gurupun memantau jalannya diskusi dengan berkeliling kelas sambil membimbing siswa dalam diskusi untuk mengetahui perkembangan setiap siswa. Sebelum diadakannya pembelajaran guru memberikan pertanyaan yang harus di jawab siswa guna mengetahui kemampuan siswa. Pelaksanaan diskusi kelompok juga berkaitan dengan pertanyaan yang diberikan guru sebelumnya. Sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam pembelajaran secara kelompok, karena pertanyaan yang


(1)

(2)

JADWAL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Indri Mardiningrum

NIM : 1401909049

DOSEN PEMBIMBING I : Drs. Sukardi, M.Pd No Hari / Tanggal Bimbingan yang

diajukan Keterangan Tanda Tangan

1 4 – 4 – 2011 Judul Skripsi Judul di terima √ 2 7 – 4 – 2011 Proposal Skripsi Revisi Latar Belakang √ 3. 18 – 4 – 2011 Proposal Skripsi Revisi Landasan Teori √ 4 9 – 5 – 2011 Proposal Skripsi Revisi Landasan Empiris √ 5 17 – 5 - 2011 Instrumen Skripsi Revisi Kisi-kisi

Instrumen √

6 13 – 6 – 2011 RPP Revisi RPP √

7 23 – 6 – 2011 Persiapan Seminar

Proposal Skripsi - √

8 12 – 7 – 2011 Seminar Proposal

Skripsi - √

9 18 – 7 – 2011 Revisi Proposal

Skripsi - √

10 21 – 7 – 2011 Pengajuan BAB I

Revisi Bab I bagian - latar Belakang - Rumusan Masalah - Tujuan

- Manfaat

- Hilangkan singkatan NHT

11 25 – 7 – 2011 Pengajuan BAB II

Revisi Bab II bagian - Kajian Teoritis

simpulan bahasa itu apa?

- Pendapat lain tentang bahasa daerah. - Simpulan tentang


(3)

13 4 – 8 – 2011 Pengajuan BAB IV - Revisi tanda baca √ 14 8 – 8 – 2011 Pengajuan BAB V

dan lampiran

- Revisi RPP

- Kisi-kisi Instrumen √ 15 11 – 8 – 2011 Abstrak

- Revisi bagian Kata kunci dan penyingkatan NHT

16 12 – 8 - 2011 Daftar Pustaka - √

17. 16 – 8 – 2011 Laporan Skripsi Revisi Laporan √

18. 24 – 8 – 2011 Laporan Skripsi - √

Mahasiswa Pembimbing I

Indri Mardiningrum Drs. Sukardi, M.Pd


(4)

JADWAL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Indri Mardiningrum

NIM : 1401909049

DOSEN PEMBIMBING II : Sri Sukasih S.S, M.Pd No Tanggal Bimbingan yang

diajukan Keterangan Tanda Tangan

1 6 – 4 – 2011 Judul Skripsi Judul di terima √ 2 11 – 4 – 2011 Proposal Skripsi Revisi Latar Belakang √ 3 20 – 4 – 2011 Proposal Skripsi Revisi Landasan Teori √ 4 5 – 5 – 2011 Proposal Skripsi Revisi Landasan Empiris √ 5 19 – 5 - 2011 Instrumen Skripsi Revisi Kisi-kisi

Instrumen √

6 14 – 6 – 2011 RPP Revisi RPP √

7 21 – 6 – 2011 Persiapan Seminar

Proposal Skripsi - √

8 12 – 7 – 2011 Seminar Proposal

Skripsi - √

9 19 – 7 – 2011 Revisi Proposal

Skripsi √

10 21 – 7 – 2011 Pengajuan BAB I

Revisi Bab I bagian

- latar Belakang √

11 26 – 7 – 2011 Pengajuan BAB II

Revisi Bab II bagian - Kajian Teoritis - Buat tanda kutip yang

sama atau sejenis. - Landasan empiris - pemberian tanda koma

dan titik


(5)

pustaka - RPP - Spasi 1,5

15 11 – 8 – 2011 Laporan Skripsi Revisi Laporan √

16 24 – 8 – 2011 Laporan Skripsi - √

Mahasiswa Pembimbing II

Indri Mardiningrum Sri Sukasih S.S, M.Pd


(6)

CD Pembelajaran


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA LANCAR AKSARA JAWA MELALUI MODEL WORD SQUARE SISWA KELAS VA SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

1 40 226

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS IV SDN PROYONANGGAN 09 BATANG

0 4 199

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS Peningkatan Motivasi Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas IV SDN Pati Kidul 05 Tahun Pelajaran 2013/2014

0 1 15

(ABSTRAK) PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA SISWA KELAS IV SDN PROYONANGGAN 09 BATANG.

0 0 2

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) BAGI SISWA KELAS IV SDN 3 KATEKAN NGADIREJO TEMANGGUNG.

0 0 229

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

0 0 12

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA MATERI MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA KARTU AKSARA DI KELAS IV SDN TRITIH WETAN 0

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING TEKS PENGUMUMAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS IV SDN HARJOWINANGUN 2 - Unissula Repository

0 0 7