Teori Malthus John Stuar Mill

2.3.4. Teori – Teori Kependudukan

a. Teori Malthus

Malthus merupakan orang pertama yang berhasil mengembangkan suatu teori kependudukan yang komprehensif dan konsisten dalam kaitannya dengan kondisi ekonomi. Thomas Robert Malthus, menyatakan apabila penduduk tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat bebarapa bagian dari muka bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh tingginya tingkat perkawinan antara laki – laki dan perempuan. Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk selalu mengikuti deret ukur sedangkan kemampuan untuk meningkatkan sarana-sarana jauh lebih lambat atau mengikuti deret hitung. Apabila tidak ada pembatasan pada laju pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber kemelaratan dan kemiskinan manusia Ida Bagoes, 2003 Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Preventive checks, dan positip checks. Preventive checks adalah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Positip checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian. Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk melalui jumlah persediaan bahan makanan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persediaan bahan pangan. Universitas Sumatera Utara

b. John Stuar Mill

John Stuart Mill, menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seseorang tinggi ia cenderung ingin mempunyai keluarga yang kecil. Dalam situasi yang seperti ini fertilasi rendah. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan seperti dikatakan Malthus atau kemiskinan itu disebabkan karena sistem kapitalis dengan mengatakan kalau suatu waktu disuatu waktu disuatu daerah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanyalah bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu mengimport bahan makanan atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke wilayah lain. John Stuart Mill berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin mempunyai keluarga yang kecil. Dalam situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup standard of living merupakan determinan fertilitas. Dengan memperhatikan bahwa tinggi rendahnya kelahiran ditentukan oleh manusia itu sendiri, maka Mill menyarankan untuk meningkatkan golongan yang tidak mampu. Dengan meningkatnya pendidikan penduduk maka secara rasional mereka akan mempertimbangkan perlu tidaknya menambah anak sesuai dengan karir dan usaha yang ada. Universitas Sumatera Utara

c. Arseno Dumont