Teori Pertumbuhan Neoklasik Teori-Teori Pertumbuhan Ekonomi

ini, biasanya barang modal sangat langkah sehingga sulit melakukan konversi antara barang mdoal dengan tenaga kerja. Untuk wilayah seperti itu, bagi sektor yang hasil produksinya tidak layak atau kurang menguntungkan untuk diekspor karena biaya angkut tinggi atau produk tidak tahan lama maka peningkatan produksi mengakibatkan produk tidak terserap oleh pasar lokal dan tingkat harga turun drastis sehingga merugikan produsen. Oleh karena itu, lebih baik mengatur pertumbuhan berbagai sektor secara seimbang. Dengan demikian, pertambahan produksi di satu sektor dapat diserap oleh sektor lain yang tumbuh secara seimbang.

2.2.3. Teori Pertumbuhan Neoklasik

Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M.Solow 1970 dari Amerika Serikat dan T.W. Swan 1956 dari Australia. Model Solow-Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan model Harrod- Domar adalah dimasukkannya unsur kemajuan teknologi dalam modelnya. Selain itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital K dan tenaga kerja L. dengan demikian, syarat- syarat adanya pertumbuhan yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara modal dan tenaga kerja. Hal ini berarti adanya fleksibilitas dalam rasio modal-output dan rasio modal-tenaga kerja. Teori Solo-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak mencampurimempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya sebatas Universitas Sumatera Utara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Hal ini membuat teori mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka dinamakan teori Neoklasik. Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat. Dalam model tersebut, masalah teknologi dianggap fungsi dari waktu. Oleh sebab itu, fungsi produksinya berbentuk : Y i = f i K,L,t Dalam kerangka ekonomi wilayah, Richardson dalam Sihotang, 1977:39 kemudian menderivasikan rumus di atas menjadi sebagai berikut : Y i = a i k i + I-a i ni + T Di mana : Y i = besarnya output K i = tingkat pertumbuhan output N i = tingkat pertumbuhan tenaga kerja T i = kemajuan teknologi a = bagian yang dihasilkan oleh faktor modal I-a = bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal Agar faktor produksi selalu berada pada kapasitas penuh perlu mekanisme yang menyamakan investasi dengan tabungan dalam kondisi full employment. Dengan demikian, pertumbuhan mantap membutuhkan syarat bahwa : P K Y a MPK i i i i   MPK i = Marginal productivity of capital Universitas Sumatera Utara Jika p sudah tertentu dan a konstan maka Y dan K harus tumbuh dengan tingkat yang sama. Syarat keseimbangan bagi keseluruhan system adalah :      1 1 i i i i S I walaupun di suatu region tabungan bisa saja tidak sama dengan investasi. Suatu daerah akan mengimpor modal jika tingkat pertumbuhan modalnya lebih kecil dari rasio tabungan domestik terhadap modal. Dalam pasar sempurna marginal productivity of labour MPL adalah fungsi langsung tapi bersifat terbalik dari marginal productivity of capital MPK. Hal ini bisa dilihat dari nilai rasio modal tenaga kerja KL. Apabila tiap daerah dimisalkan menghasilkan output yang homogen dan fungsi produksi yang identik maka di daerah yang KL-nya tinggi terdapat upah riil yang tinggi dan MPK yang rendah. Adapun di daerah yang KL-nya rendah terdapat upah riil yang rendah tetapi MPK yang tinggi. Sebagai akibatnya modal akan mengalir dari daerah yang upahnya tinggi ke daerah yang upahnya rendah karena akan memberikan balas jasa untuk modal yang lebih tinggi. Sebaliknya, tenaga kerja akan mengalir dari daerah upah rendah ke daerah upah tinggi. Mekanisme di atas pada akhirnya menciptakan balas jasa faktor-faktor produksi di semua daerah sama. Dengan demikian, perekonomian regionalpendapatan per kapita regional akan mengalami proses konvergensi makin sama. Teori neoklasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna, Universitas Sumatera Utara perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakan terciptanya prasaran perhubungan yang baik dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kestabilan politik. Demikian pula model Neoklasik sangat memperhatikan faktor kemajuan teknik, yang dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM. Mutu SDM adalah menyangkut keahlian dan moral, dan moral sangat dipengaruhi oleh aturan main yang berlaku. Hal khusus yang perlu dicatatat bahwa model Neoklasik mengasumsikan I = S. Hal ini berarti kebiasaan masyarakat yang suka menyimpan uang kontan dalam jumlah besar di rumah bukan di bank tanpa tujuan khusus, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat. Paham neoklasik melihat peran kemajuan teknologiinovasi sangat besar dalam memacu pertumbuhan wilayah. Oleh sebab itu, pemerintah perlu mendorong terciptanya kreativitas dalam kehidupan masyarakat, agar produktivitas per tenaga kerja terus meningkat. Analisis lanjutan dari paham Neoklasik menunjukkan bahwa untuk terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap steady growth, diperlukan suatu tingkat s saving yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah tersebut.

2.2.4. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat Yang Disinergikan