Perumusan Masalah Kerangka Konseptual

pelanggan di BC Rosida 41 orang dari 50 orang mengambil keputusan pembelian sendiri untuk setiap produk yang dibeli sesuai dengan selera dan kebutuhannya. Dengan ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek Brand Equity Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium Studi Kasus Pada BC Rosida Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekuitas merek brand equity yang terdiri dari variabel brand awareness, perceived quality, brand association, dan brand loyalty yang dimiliki tas Sophie Martin berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan membayar harga premium? 2. Variabel ekuitas merek brand equity manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi kesediaan membayar harga premium?

C. Kerangka Konseptual

Konsep ekuitas merek brand equity oleh David A. Aaker dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa merek yang bereputasi baik merupakan aset yang juga dapat diperjualbelikan sebagaimana aset-aset perusahaan lainnya. Semakin kuat ekuitas merek brand equity suatu produk, semakin kuat daya Universitas Sumatera Utara tariknya untuk menggiring konsumen mengkonsumsi produk tersebut Durianto, et.al, 2004:1. Aaker dalam Simamora, 2003:53 menggagas bahwa ekuitas merek brand equity bersumber pada lima komponen, yaitu kesadaran merek brand awareness, asosiasi merek brand association, persepsi kualitas perceived quality, loyalitas merek brand loyalty, dan aset-aset merek lainnya, seperti hak paten, rahasia teknologi, rahasia bisnis, akses khusus terhadap pemasok ataupun pasar, dan lain-lain. Aaker mengembangkan kelima sumber diatas yang berhubungan dengan konsumen menjadi 10 variabel yang diusulkan sebagai indikator ekuitas merek brand equity. Adapun ke-10 variabel yang dikembangkan berdasarkan gagasan lima aset utama ekuitas merek brand equity itu adalah: Ukuran loyalitas: 1. Premi harga 2. Kepuasan loyalitas Ukuran kepemimpinan persepsi kualitas: 3. Persepsi kualitas 4. Kepemimpinan popularitas Ukuran asosiasi diferensiasi: 5. Persepsi nilai perceived value 6. Kepribadian merek 7. Asosiasi organisasional Ukuran kesadaran: 8. Kesadaran merek Universitas Sumatera Utara Ukuran perilaku pasar: 9. Pangsa pasar 10. Harga pasar dan cakupan distribusi Harga optimumpremium premium price dapat menjadi salah satu pengukuran ekuitas merek brand equity yang terbaik yang tersedia, karena pengukuran ini langsung menangkap konsumen yang loyal dengan cara yang relevan Durianto, et.al, 2004:19. Kesediaan membayar dengan harga yang lebih tinggi untuk suatu merek menunjukkan penghargaan mereka yang “lebih” kepada merek tersebut dibandingkan kepada para pesaingnya Durianto, et.al, 2004:68. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: Simamora 2003:53 diolah Gambar 1.1 menunjukkan bahwa empat variabel ekuitas merek brand equity, yaitu brand awareness X 1 , perceived quality X 2 , brand association X 3 , dan brand loyalty X 4 mewakili persepsi konsumen tentang suatu merek yang dapat mempengaruhi kesediaan membayar harga premium pada konsumen. Ukuran perilaku pasar yang terdiri dari variabel pangsa pasar, harga pasar dan Ekuitas Merek Brand Equity Variabel: 1. Brand awareness X 1 2. Perceived quality X 2 3. Brand association X 3 4. Brand loyalty X 4 Kesediaan membayar harga premium Y Universitas Sumatera Utara cakupan distribusi tidak termasuk dalam kerangka konseptual penelitian ini, karena variabel-variabel tersebut mewakili informasi yang diperoleh berdasarkan pasar, dan bukan langsung dari konsumen.

D. Hipotesis