Latar Belakang Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemasaran dengan sistem dan aktivitasnya mampu mendekatkan konsumen dengan produk dan nama-nama merek perusahaan yang ditawarkan. Kecenderungan perkembangan perang pemasaran di masa mendatang akan menjadi perang antar merek, yaitu persaingan untuk memperoleh dominasi merek. Merek akan menjadi aset perusahaan yang paling bernilai karena merek lebih bermakna daripada sekadar produk. Produk hanya menjelaskan atribut fisik berikut dimensinya, sehingga tidak lebih dari komoditi yang dapat dipertukarkan, sedangkan merek dapat menjelaskan emosi serta hubungan secara spesifik dengan pelanggannya. Hal ini dapat terjadi karena merek mengandung nilai-nilai yang jauh lebih bermakna daripada hanya atribut fisik. Merek mengandung nilai-nilai yang bersifat tidak berwujud intangible, emosional, keyakinan, harapan, serta sarat dengan persepsi pelanggan. Di era globalisasi ini, merek akan menjadi sangat penting karena atribut- atribut lain dari kompetisi, seperti atribut produk, relatif mudah untuk ditiru. Merek memberikan “nilai” sehingga nilai total produk yang “bermerek” baik menjadi lebih tinggi dibandingkan produk yang dinilai semata-mata secara objektif. Karena itu, perusahaan harus mengelola secara terus menerus intangible asset-nya, seperti ekuitas merek brand equity. Ekuitas merek brand equity tidak tercipta begitu saja tetapi dibangun melalui proses yang bahkan tidak jarang 1 Universitas Sumatera Utara membutuhkan waktu ratusan tahun. Penciptaan, pemeliharaan, dan perlindungan harus ditangani secara profesional. Merek yang prestisius memiliki ekuitas merek brand equity yang kuat. Ekuitas merek brand equity yang kuat memunculkan banyak keuntungan bagi perusahaan, antara lain tujuan perusahaan untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar akan lebih mudah dicapai, meningkatkan loyalitas merek brand loyalty, membuat harga menjadi tidak elastis perubahan pada harga tidak menyebabkan konsumen serta merta berpindah ke produk lain, serta meningkatkan keunggulan bersaing. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengkonsumsi produk tersebut, yang selanjutnya akan mengantar perusahaan memanen keuntungan dari waktu ke waktu Durianto, et.al, 2004:2. Dengan keuntungan yang tinggi, stabil bahkan terus meningkat dari waktu ke waktu, perusahaan dapat membuktikan eksistensinya dalam persaingan bisnis. Munculnya industri pemasaran jaringan Multi Level marketing di Indonesia merupakan fenomena yang cukup menarik. Indikasi yang paling kuat ditunjukkan oleh pertumbuhan industri pemasaran jaringan Multi Level Marketing yang semakin pesat. Saat ini ada lebih dari seratus perusahaan yang berkecimpung di industri ini www.wartaekonomi.com, beberapa diantaranya yang dikategorikan memiliki prospek cukup baik adalah: Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1 Perusahaan Multi level Marketing MLM Di Indonesia Nama Perusahaan Nama Produk Jenis Produk PT Citra Nusa Insan Cemerlang CNI Food Suplement Beauty Care Home Care Child Care Educational Toys Food and Drink PT Sophie Martin Indonesia Sophie Martin Fashion Accessories Cosmetics PT Solaraja Persada Jaya Prime First New Skin Care Cosmetics Food Suplement PT Capriasi Multi nasional Sejahtera Capriasi Fashion Perfumes Watches PT Kompak Indopola Kompak Health Food Cosmetics House Holds PT Nugra Aloeverindo Forever Living Product Health Food Skin Care Cosmetics PT Matolindo Primantara Matol Food Suplement PT Tara Prima Megah Tara Food Suplement PT Harmoni Dinamik Indonesia High-Desert Food Suplement PT Tangguh Sakti Pondasi Megah Bracini Fashion PT Sehat Sugih Sejahtera Triple-S Food and Drink Cosmetics Traditional- Herbal Medicine Sumber: www.apli.or.id 2007 Istilah Pemasaran jaringan Multi Level Marketing menunjuk pada metode atau sistem pemasaran dengan menggunakan jaringan kerja. Pemasaran jaringan adalah organisasi yang terdiri dari sekelompok orang distributor dimana setiap orangnya melakukan sedikit penjualan eceran kepada diri mereka sendiri maupun kepada orang lain customer Rozi, 2003:11. Universitas Sumatera Utara PT Sophie Martin Indonesia adalah perintis di industri pemasaran jaringan Multi Level Marketing MLM fashion di Indonesia. Visi dan misinya adalah menjadi terkenal di seluruh Asia dan tetap menjadi leader di bidang MLM dengan membangun member yang berkelanjutan. Mengingat pentingnya pengelolaan sebuah merek, Sophie Martin terfokus pada merek Sophie Martin sebagai major bisnisnya. Agar tetap unggul dalam persaingan dan dapat mempertahankan loyalitas pelanggannya, Sophie Martin senantiasa mengembangkan dan memperbarui 30 produk sebelumnya, selalu mengedepankan inovasi dan kreativitas, melakukan quality control serta terus menjaga image produk. Sophie Martin bersaing dengan Capriasi dalam angka perolehan member dan beriklan, namun Sophie Martin tidak terusik. Kinerjanya tetap bagus, Sophie Martin kini telah memiliki jaringan pemasaran dengan lebih dari 900.000 anggota member dan 400 lebih BC Business Centre yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Perkembangan perusahaan ini juga dapat ditinjau dari sisi keuangannya, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Laporan Penjualan PT Sophie Martin Indonesia Tahun Total Penjualan 2006 Rp. 400.000.000.000,00 2007 Rp. 500.000.000.000,00 naik 25 Sumber: www.economyokezone.com 2007 diolah Tabel 1.2 di atas memperlihatkan bahwa total penjualan Sophie Martin pada tahun 2007 mencapai Rp. 500.000.000.000,00, naik 25 dari omset tahun 2006 yang Rp. 400.000.000.000,00. Produk Sophie Martin berupa tas memberikan kontribusi terbesar, yakni sekitar 60 terhadap penghasilan perusahaan www.economyokezone.com. Universitas Sumatera Utara Indikator dasar loyalitas adalah jumlah konsumen yang bersedia membayar untuk sebuah merek dibandingkan untuk merek lain yang menawarkan manfaat yang sama atau sedikit lebih rendah. Hasil penelitian Davis dalam Soehadi, 2005: 26 menyimpulkan: 1. Sebanyak 72 konsumen bersedia membayar 20 lebih mahal untuk merek yang dipilihnya relatif terhadap merek pesaing terdekat. 2. Sebanyak 25 konsumen menyatakan bahwa harga tidak menjadi masalah ketika membeli merek yang disukai. 3. Lebih dari 70 konsumen menggunakan merek sebagai petunjuk pembelian produk. Harga optimumpremium premium price dapat menjadi satu-satunya pengukuran ekuitas merek brand equity yang tersedia, karena pengukuran ini langsung menangkap konsumen yang loyal dengan cara yang relevan Durianto, et.al, 2004:19. Dari sekian banyaknya merek tas yang tersedia di pasar, Sophie Martin terbukti mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat Indonesia. Karena itu, penulis ingin meneliti mengenai ekuitas merek brand equity yang dimiliki tas Sophie Martin dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesediaan membayar harga premium. Penelitian dilakukan di Business Centre BC Rosida Medan karena berdasarkan prasurvei dalam bentuk wawancara dengan Bapak Agus Hartono HRD BC Rosida diketahui bahwa produk Sophie Martin yang paling diminati oleh pelanggan adalah tas. Tas merupakan produk yang fast moving. Pada umumnya, seseorang akan menyesuaikan warna busana yang ia pakai dengan warna tas agar tampil serasi dan fashionable. Alasan lainnya adalah 82 Universitas Sumatera Utara pelanggan di BC Rosida 41 orang dari 50 orang mengambil keputusan pembelian sendiri untuk setiap produk yang dibeli sesuai dengan selera dan kebutuhannya. Dengan ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekuitas Merek Brand Equity Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium Studi Kasus Pada BC Rosida Medan”.

B. Perumusan Masalah