7. Operasionalisasi Konsep PENUTUP V. 1. Kesimpulan

Level pragmatik pada efek atau perilaku yang ditunjukkan oleh tanda, seperti kedua contoh di atas, orang yang meminta seseorang untuk diam, yang pertama akan diterima sebagai sikap yang ramah dan bersahabat, sedangkan yang kedua akan diterima sebagai sikap tidak suka antipati.

III. 7. Operasionalisasi Konsep

1. Penanda dan Petanda Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda signifier dengan sebuah ide atau petanda signified. Menurut Bertens, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Sedangkan petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Singkat kata, petanda merupakan aspek mental dari bahasa Sobur, 2004:46. 2. Denotasi dan Konotasi Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memgang peranan penting di dalam ujaran. Denotasi bersifat langsung, dapat dikatakan sebagai makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, sehingga sering disebut sebagai gambaran sebuah petanda. Sedangkan menurut Kridalaksana, denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu; sifatnya objektif Sobur, 2004: 263. Denotasi merupakan makna yang objektif dan tetap; sedangkan konotasi sebagai makna yang subjektif dan bervariasi. Meskipun berbeda, kedua makna tersebut Universitas Sumatera Utara ditentukan oleh konteks. Makna yang pertama, makna denotatif, berkaitan dengan sosok acuan, misalnya kata merah bermakna „warna seperti warna darah‟ secara lebih objektif, makna dapat di-gambarkan menurut tata sinar. Konteks dalam hal ini untuk memecahkan masalah poli-semi; sedangkan pada makna konotatif, konteks mendukung munculnya makna yang subjektif. Sedangkan konotasi adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yng timbul atau ditimbulkan pada pembicara dan pendengar . Konotasi membuka kemungkinan interpretasi yang luas. Secara umum bukan bahasa, konotasi berkaitan dengan pengalaman pribadi atau masyarakat penuturnya yang bereaksi dan memberi makna konotasi emotif misalnya halus, kasartidak sopan, peyoratif, akrab, kanak-kanak, menyenangkan, menakutkan, bahaya, tenang, dan sebagainya. Jenis ini tidak terbatas. Pada contoh di atas: MERAH bermakna konotatif emotif. Konotasi ini bertujuan membongkar makna yang terselubung. 3. Paradigmatik dan Sintagmatik Paradigmatik paradigms merupakan sebuah istilah teknis untuk menggambarkan bahwa sebuah tanda itu bermakna dalam hubungannya dengan tanda lainnya Danesi, 2010:46. Ia terdiri dari satu perangkat tanda contoh: perbendaharaan kata, dan hanya satu unit dari perangkat itu yang dapat dipilih untuk memaknai sebuah tanda. Contoh dari penerapan paradigmatik adalah dalam satu sistem fashion. Di atas kepala seseorang tidak mungkin, atau jarang sekali, orang mengenakan topi sekaligus helm dan caping. Pemilihan penggunaan topi atau caping adalah satu pilihan paradigmatik. Begitu juga seorang tidak Universitas Sumatera Utara mengenakan sepatu sekaligus sandal bersamaan. Jadi pemilihan satu item atas item lain dalam satu kerangka yang sama adalah pilihan paradigmatik. Adapun susunan fashion dari ujung rambut ke ujung kaki adalah satu susunan sintagmatik berdasarkan aturan tertentu sehingga seorang tidak mengenakan topi di kaki dan sebaliknya memakai sandal di kepalanya. Contoh lainnya adalah sebagai berikut: Kata “ayah” adalah salah satu pilihan kata diantara kemungkinan sejenis lain yaitu ibu, kakek, dan nenek. Begitu juga kata “bekerja” dan “di sawah” adalah satu kemungkinan yang dipilih diantara berbagai kemungkinan yang lain. Pilihan itu adalah berdasarkan satu dimensi paradigmatik. Adapun pergantian antara kata “ayah” dengan “ibu” atau “nenek” disebut uji komutatif yang dapat menunjukkan pentingnya suatu tanda dalam penyampaian makna sehingga ketika suatu tanda digantikan tanda yang lain maka akan coba dilihat seberapa besar perubahan makna yang ditimbulkan. Perangkaian kata-kata “ayah”, “bekerja”, dan “di sawah” menjadi satu urutan sebagaimana terbaca adalah satu dimensi sintagmatik sehingga tidak menjadi kalimat“di sawah bekerja ayah” atau ayah di sawah bekerja”. Sedangkan sintagmatik syntagms merupakan kombinasi dari berbagai tanda, untuk menghasilkan sebuah ungkapan bermakna. Dimensi sintagmatik Universitas Sumatera Utara dapat berdasarkan hubungan urutan sekuensial dan sebab akibat kausal, berdasarkan ruang spasial, dan berdasarkan konsep konseptual. Hubungan sintagma sekuensial adalah pada kisah narasi yang harus mendasarkan maknanya satu demi satu dalam titian waktu yang berurutan. Hubungan sintagma spasial dapat dilihat pada poster dan foto yang bekerja melalui penjajaran. 4. Mitos Mitos dapat didefinisikan sebagai narasi yang di dalamnya karakter- karakternya adalah para dewa, pahlawan, dan makhluk-makhluk mitis, dengan plotnya adalah tentang asal-usul segala sesuatu atau tentang peristiwa metafisis yang berlangsung di dalam kehidupan manusia, dan di sini setting yang diambil adalah penggabungan dunia metafisis dengan dunia nyata Danesi, 2010: 56. Mitos sering dianggap sebagai sebuah cerita yang aneh dan sering diisi dengan cerita yang tak masuk akal. Mitos terkadang digunakan manusia untuk mencari jawaban-jawaban atas pertanyaannya terhadap alam semesta. Pada umumnya mitos adalah suatu sikap lari dari kenyataan dan mencari “perlindungan dalam dunia khayal”. Sedangkan menurut Barthes, mitos merupakan cara berpikir kebudayaan tentang suatu, sebuah cara mengkonseptualisasikan atau memahami sebuah hal Sobur, 2004:224. Selain itu, mitos juga sering diiringi oleh ritual-ritual tertentu. Hal ini biasanya menyangkut dengan mitos yang ada dalam sebuah agama tertentu. Dan ritual ini digunakan oleh pemuka-pemuka agama dengan tujuan untuk menghindarkan bahaya atau mendatangkan keselamatan. Seperti yang diungkapkan oleh van Peursen bahwa mitos data dikatakan sebagai “sebuah cerita Universitas Sumatera Utara yang memberikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang” Sobur, 2004:225. Setelah mencermati berbagai penjelasan di atas, maka dapat dirancang sebuah theoretical framework sebagai arahan penelitian sebagai berikut: Gambar 3. 1. Theoritical Framework Konsep Analisis - Semantik - Sintaktik - Pragmatik Kerangka Teori - Tanda - Semiotika - Semiotika Roland Barthes - Semiotika Komunikasi Visual - Budaya Populer Semiotika Roland Barthes - Konotasi - Mitos Level Analisis - Penanda dan Petanda - Denotasi dan Konotasi - Sintagmatik dan Paradigmatik - Mitos Subjek Penelitian Sampul Album Pop Religi GIGI Makna Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBAHASAN Analisis semiotika yang diterapkan terhadap sampul album pop religi GIGI akan meliputi tiga teks utama yaitu sampul depan album, foto personel dan sampul belakang. Sampul depan adalah tampilan depan dari sampul yang dapat terlihat langsung tanpa harus membuka segel sebuah album yang baru. Sampul belakang album adalah kertas yang membungkus album yang baru dapat dibaca keseluruhannya ketika segel album sudah dibuka oleh seorang pembeli album musik. Sampul album akan tampak ketika album dipajang di etalase sebuah toko kaset berjajar dengan album-album lainnya guna menarik para pembeli. Sampul ini pulalah yang biasanya ditampilkan untuk promosi di media massa seperti di surat kabar atau iklan-iklan di televisi. Oleh karena itu tampilan sampul harus dibuat menarik agar dapat memperoleh perhatian dari para calon pembeli. sampul depan sebuah album, sama seperti halnya sampul sebuah buku atau majalah, akan menjadi sarana penyampaian satu janji tentang makna apa yang akan didapatkan dari sebuah album. Sampul depan sebuah album akan menjadi satu iklan penting yang akan turut mempengaruhi keputusan seorang membeli album tersebut. Sampul depan sebuah album biasanya terdiri atas nama artis, judul album, dan logo dari sang produsen. Di dalam sampul biasanya juga ditambahkan ilustrasi tertentu sesuai apa yang ingin disampaikan para produsen. Ilustrasi adalah gambar yang bertujuan menjelaskan suatu maksud secara visual Kusrianto, 2007: 140. Ilustrasi tidak hanya merupakan suatu pendukung cerita namun juga dapat Universitas Sumatera Utara menjadi cerita itu sendiri seperti dapat dijumpai pada berbagai relief keagamaan di berbagai candi. Ilustrasi dalam album musik dapat berupa foto sang artis dalam berbagai variasi pose dan latar belakang, gambar-gambar tertentu seperti karikatur hingga lukisan abstrak, atau ada juga yang sengaja dibuat polos seperti yang ditampilkan oleh grup band Metallica dengan Black Album-nya yang semata-mata menonjolkan warna hitam total pada tampilan sampul depannya. Sampul album selain memuat sampul depan juga biasanya terdapat nama artis atau anggota suatu band, nama-nama staf pendukung produksi, para musisi pengiring tambahan, lirik lagu, serta ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu lahirnya album. Kandungan lirik dalam sampul menjadikannya sebabai pendamping dalam mendengarkan lagu terutama ketika album baru dibeli. Desain sampul album biasanya mengandung satu tema tertentu yang dijadikan sebagai tema album. Tema ini biasanya diungkapkan secara eksplisit. Apabila diperhatikan bahwa lagu-lagu dalam satu album sebenarnya adalah satu entitas yang tercipta secara terpisah dan juga diproduksi secara berbeda. Masing-masing lagu memiliki tema sendiri dan bentuk aransemen musik sendiri yang berbeda. Jadi ketika dirangkum ke dalam satu album benang merah yang merangkai lagu- lagu tersebut adalah satu tema besar yang akan menyatukan lagu-lagu tersebut ke dalam satu makna yakni makna yang akan dikomunikasikan kepada konsumen pembeli album. Benang merah yang mengandung makna utama itu salah satunya dimanifestasikan melalui desain yang ditampilkan dalam sampul album. Desain yang diciptakan oleh produsen mengandung tanda-tanda yang sarat akan makna tertentu dan dikombinasikan dengan pemilihan judul album yang sesuai. Universitas Sumatera Utara

IV. 1. Analisis Sampul Depan Album Jalan Kebenaran