BAB V PEMBAHASAN
5.1 Sumber Daya Pengelolaan Limbah
Sumber daya dalam pengolahan limbah padat dan cair di RSUD dr. Djasamen Saragih meliputi tenaga pengelola limbah, dana yang tersedia untuk
pengoperasian Incinerator dan IPAL, dana yang tersedia untuk gaji dan insentif tenaga pengolah limbah, dana yang tersedia untuk penyediaan alat dan sarana
pengolahan limbah, sarana pengumpul, pengangkut dan pemusnah limbah, perawatan sistem IPAL, pedoman teknis pelaksanaan pengolahan limbah padat dan cair. Limbah
RS dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu limbah padat medis dan limbah padat non medis.
5.1 1 Tenaga Penanganan Limbah
Penanganan limbah padat dilaksanakan oleh petugas cleaning service dan petugas dari Instalasi Sanitasi rumah sakit dengan bantuan dari seluruh unit penghasil
limbah padat di RSUD dr. Djasamen Saragih. Petugas Cleaning service sebagai pemindah dan pengangkut limbah padat, petugas dari Instalasi Sanitasi sebagai
pembakar limbah padat medis menggunakan insinerator, dan petugas dari seluruh unit penghasil limbah padat perawat ruangan sebagai pemilah dan pengumpul
limbah padat. Dilihat dari sisi jumlah tenagapetugas yang mengelola limbah padat dan cair
di RSUD dr. Djasamen Saragih adalah 10 orang yaitu 7 orang untuk penanganan limbah padat dan 3 orang untuk penanganan limbah cair. Seorang Kepala Instalasi
IPAL dan bangunan sebagai penanggung jawab penyusunan rencana pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
limbah padat rumah sakit dibantu oleh seorang penanggung jawab yang bertugas memonitoring pelaksanaan pengelolaan limbah padat, seorang petugas sanitasi yang
bertugas membakar limbah padat medis, dan 2 orang cleaning service yang bertugas mengangkut limbah padat. Kasubbid IPAL dan Bangunan yang dibawahi oleh Wakil
Direktur II, seharusnya menyusun rencana pengelolaan limbah padat rumah sakit mulai dari jumlah tenagapetugas dan dana yang dianggarkan, pedoman teknis, serta
sarana dan prasarana yang dibutuhkan, tetapi pada proses pelaksanaannya hanya menyusun rencana program kerja tahunan penyehatan lingkungan rumah sakit secara
umum sehingga penyusunan rencana pengelolaan limbah padat kurang spesifikdetil dan hanya menyesuaikan dengan komponen yang sudah ada rutinitas. Hal ini
sejalan dengan penelitian Hapsari 2010. Penanggung jawab IPAL dan Incinerator yang seharusnya bertugas
memonitor pengelolaan limbah padat dirumah sakit, disamping sebagai pengelola limbah padat juga bertugas sebagai pengelola air limbah serta penyelenggara kegiatan
penyehatan lingkungan rumah sakit atau survey, sehingga monitoring pelaksanaan pengelolaan limbah padat hanya dilakukan pada saat ada kegiatan pembagian kantong
plastic medis keruangan. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan pengelolaan limbah padat kurang terpantau. Sehingga perlu adanya peningkatan frekuensi monitoring dan
penyusunan jadwal monitoring yang jelas Depkes RI, 2002. Petugas insinerator hanya ada 1 orang, dimana selain membakar limbah padat
Universitas Sumatera Utara
medis juga mengelola limbah cair dan juga bertanggung jawab di Genset, sehingga pada saat bertugas membakar limbah padat medis sering ditinggal untuk
menyelesaikan tugas lainnya. Jika petugas ini berhalangan hadir maka limbah yang menumpuk tidak dapat segera dibakar.
Petugas cleaning service yang mengangkut limbah padat medis hanya 2 orang, jam kerjanya adalah pagi hari saja. Sehingga penngangkutan limbah medis
yang seharusnya minimal 2 kali sehari atau setelah 23 bagian terisi tidak dilakukan Depkes RI, 2004. Khusus IGD pada malam hari juga dilakukan pengambilan, tetapi
oleh petugas pengangkut limbah padat medis tidak dilaksanakan. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpukan limbah padat pada malam hari dan pada saat
pengangkutan limbah padat pada pagi harinya, kerobak pengangkut limbah padat menjadi overload dan memungkinkan terjadinya ceceran limbah padat dan berbau
busuk. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan jumlah tenaga pengelola limbah padat medis untuk menangani limbah padat pada malam hari dan untuk membantu
proses pelaksanaan insinerasi limbah padat medis sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204 tahun 2004.
Penambahan jumlah SDM pengangkut limbah padat medis minimal 2 orang. Hal ini berdasarkan perhitungan menggunakan lama kerja yang dibagi menjadi 3
shift, yaitu dari jam 05.00-12.00, 12.00-19.00, dan 19.00-05.00 WIB, dimana masing- masing shift ada 1 orang yang bertanggung jawab. Sedangkan untuk petugas
insinerator minimal ditambah 1 orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
insinerasi limbah padat medis dan tidak melakukan tugas lain pada saat jam kerjanya sebagai petugas insinerator.
Pengangkutan limbah medis sangat infeksius juga sering dilakukan oleh perawat ruangan yang langsung mengantar limbah medis ke incinerator. Hal ini telah
sesuai dengan pedoman sanitasi RS Depkes RI, 2002 Jika dilihat dari segi kualifikasi pendidikan SDM, yang belum memenuhi
standar pendidikan ada 2 petugas pengelola limbah padat yaitu petugas cleaning service yang bertugas memindah dan mengangkut limbah padat non medis, keduanya
berpendidikan SMP namun belum pernah mendapat pelatihan khusus Depkes RI, 2002. Sedang dari segi pelatihan, yang sudah mengikuti pelatihan tentang
pengelolaan limbah padat hanya 2 orang, yaitu koordinator pengelola limbah padat, dan IPAL. Petugas yang lain belum pernah mengikuti pelatihan, mereka hanya
mendapat arahan dari Kepala Sanitasi rumah sakit. Padahal, seharusnya untuk tenaga pengangkut limbah padat kualifikasinya adalah minimal lulusan SMP ditambah
latihan khusus. Dari segi pengalaman kerja, semua petugas sudah bekerja minimal 2 tahun, jadi pengalaman kerja mereka hanya masa kerja jumlah tahun sehingga yang
mereka ketahui dan mereka laksanakan hanya rutinitas, tidak ada kemajuan. Hal ini mengakibatkan pengelolaan limbah padat menjadi tidak maksimal sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan Depkes RI, 2004.
5.1.2 Dana Keuangan pengelolaan limbah