Gambaran Umum Pameran Foto

54 Beberapa bulan setelah kembalinya Ismar ke tanah air, Ismar pun mendapat dukungan yang besar dari rekan kerjanya dan Oscar Motuloh, kurator GFJA untuk memamerkan rekaman visualnya selama berada di Kota Xinjiang. Sebuah sudut pandang berbeda tentang Xinjiang dari gambar-gambar yang biasa beredar dalam surat kabar, televisi dan situs internet. Kesan mencekam, kekalahan dan keterpurukan tidak hadir dalam kesaksian visualnya. Gambar-gambar yang akan dipamerkan justru memperlihatkan bangsa Xinjiang yang perkasa, tidak pernah menyerah pada keadaan. Atas saran dari kurator, pameran foto Bianglala Xinjiang pun tampil dengan sensasi yang berbeda. Foto-foto yang dipamerkan tidak dicetak di atas kertas foto ataupun kanvas seperti foto pada umumnya, melainkan dicetak dengan ukuran besar di atas material berbahan campuran metal. Layout unik tersebut dilakukan untuk mempertegas tema perkasa yang diusung dalam pameran foto tersebut. 2. Tim Kreasi dan Produksi - Kurator : Oscar Motuloh - Fotografer : Ismar Patrizki - Desain Grafis : Andi Ari Setiadi - Umum : Hermanus Prihatna, Daryanto Wibowo, Budi Chandra - Produksi : Dody Gurning, Rahmad Gunawan, Gunawan Widjaja, Ricky Adrian, Dany Wijaya, Mahatma Putra, Grandyos, Zalna Manase Mesah, Himawan Paramayudha - Publikasi : Anton Santoso, Diah Kusuma Wardani, Iin Syamsudin 55 3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pameran. Pameran Foto Bianglala Xinjiang diselenggarakan bertepatan dengan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat China, yaitu pada: - Waktu : 23 Maret – 6 April 2014 - Tempat : Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jl. Antara no. 59 Pasar Baru, Jakarta 4. Profil Ismar Patrizki Ismar Patrizki lahir di Tangerang, 23 Mei tahun 1979. Pria berdarah Minang yang lahir di dekat Ibu Kota ini, tak lantas membuat dia tertarik untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi yang berada di kota sentral pemerintahan, ia justru lebih tertarik merantau ke pulau dewata untuk melanjutkan pendidikannya di tingkat perguruan tinggi. Ayah dari seorang putra ini kemudian tercatat sebagai Sarjana Arkeologi setelah menyelesaikan studinya di jurusan Arkeologi Universitas Udayana Bali pada tahun 2005. Ismar yang sudah hobi memotret sejak duduk di bangku SMA, semakin serius menekuni hobinya tersebut setelah mendapatkan gelar sarjana. Sebenarnya titel yang ia peroleh tidak memiliki hubungan dengan perkerjaan yang digelutinya saat ini, namun keseriusan dalam menyalurkan bakat melalui hobi fotografi-lah yang membuatnya terjun menjadi seorang pewarta foto. Setelah mengikuti rekrutmen serta menjalani pendidikan khusus foto jurnalistik angkatan III di Biro Foto Antara, kemudian Ismar memulai karir profesionalnya sebagai staf pewarta foto tetap di Antara foto sejak tahun 2006. 56 Menjadi pewarta foto bukanlah hal mudah, terutama fotogrfer sebuah agensi foto yang terikat kontrak dengan beberapa media cetak dan elektronik nasional maupun internasional, karena harus mendapatkan gambar dengan kualitas prima, bahkan eksklusif dan dalam tempo yang relatif cepat dengan tuntutan aktualitasnya. Untuk itu, seorang pewarta agensi foto harus tiba di lokasi kajadian selangkah lebih cepat dari pewarta foto lainnya. Sebagai staf pewarta foto tetap di kantor berita tingkat nasional, kualitas hasil liputannya tidak perlu diragukan. Ketajaman naluri Ismar Patrizki sebagai seorang pewarta foto pun terasah matang, karena pengalaman kerjanya yang sudah cukup panjang. Selain itu kantor berita tempat dia bernaung juga memberi ruang dan apresiasi terhadap foto essay, sehingga fotografer lebih leluasa menyampaikan gagasan dan ide dalam rangkaian fotonya. Tidak seperti halnya media cetak pada umumnya yang menempatkan foto tidak lebih hanya sebagai informasi pelengkap, yang secara tidak langsung mengkerdilkan peran pewarta foto itu sendiri. Sejak berkarir sebagai foto jurnalis, karya fotonya tak hanya ditayangkan pada situs Antara Foto dan berbagai media cetak lainnya, tetapi juga kerap berpartisipasi dalam beberapa pameran foto. Prestasi Ismar dalam Fotografi Jurnalistik:  Tahun 2007, pameran foto yang diselenggarakan oleh Pewarta Foto Indonesia PFI “Potret Indonesia Terkini”, 57  Tahun 2009, pameran foto pemilu kerjasama GFJA-Antara Foto yang bertajuk “Vox Populi Vox Dei”  Tahun 2009, pameran foto Komunitas Jurnalis Sumbar-DPD RI “Duka Gempa Ranah Minang” Selain berpartisipasi dalam beberapa pameran fotografi baik yang diselenggarakan oleh Antara foto dan GFJA, maupun yang diselenggarakan oleh komunitas foto jurnalis lainnya, Ismar juga berperan sebagai kontributor dalam pembuatan buku foto, antara lain:  “Kilas Balik Pembangunan Kesehatan 2004-2008”, hasil kerjasama Departemen Kesehatan RI - Antara Foto dan GFJA,  Buku bertajuk “Duta untuk Masa Depan”, kerjasama Kementerian Luar Negeri RI – Antara Foto dan GFJA.

BAB IV ANALISIS DATA FOTO

BIANGLALA XINJIANG DI PAMERAN GALERI FOTO ANTARA JURNALISTIK 29 MARET 2014 Wilson Hicks, yang juga disebut-sebut sebagai bapak perintis foto jurnalistik, mendefinisikan foto jurnalis sebagai kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya. Dalam definisi tersebut, jelas dikatakan bahwa foto berita terdiri dari kata dan gambar sebagai kesatuan utuh. Tajuk dari pemeran foto tersebut, yaitu “Bianglala Xinjiang”, merupakan bagian dari pesan atau ide utama fotografer yang diusung bersama dengan rangkaian foto-foto yang dipamerkan. Bianglala Xinjiang hendak mengungkapkan keharmonisan warga Xinjiang, untuk selalu bangkit setelah berakhirnya peperangan. Konsep “Bianglala Xinjiang” dalam rangkaian foto ini selanjutnya akan dikaji dan diuraikan lebih lanjut. Barthes menyebutkan ada tiga tahap dalam membaca foto antara lain :Tahap perseptif konotasi kognitif, kemudian tahap Etis-ideologis 47 Barthes juga mendefinisikan enam prosedur atau kemungkinan untuk mempengaruhi gambar sebagai analogon. Keenam prosedur ini dikategorikan menjadi dua, yaitu: 48 1. Rekayasa yang secara langsung dapat mempengaruhi realitas itu sendiri. Terdiri dari: a. Trick Effect, yaitu memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan untuk menyampaikan maksud pembuat berita. b. Pose, ialah gaya, posisi, ekspresi dan sikap objek foto. 47 ST Sunardi, Semiotika Negativa, h.187 48 Kris Budiman, Semiotika Visual, h.70 59 c. Pemilihan Objek, merupakan penentuan point of interest POI pada sebuah gambarfoto. 2. Rekayasa yang masuk dalam wilayah “estetis”, terdiri dari: a. Photogenia, adalah teknik pemotretan dalam pengambilan gambar b. Aestheticism, yaitu format gambar atau estetika komposisi gambar secara keseluruhan dan dapat menimbulkan makna konotasi. c. Sintaksis, yaitu rangkaian cerita dari isi fotogambar yang biasanya berada pada keterangan foto dan dapat memebatasi serta menimbulkan makna konotasi.

A. Data Foto 1

Gambar 4.1 Perkebunan Bunga Matahari

B. Analisis Data Foto 1

1. Makna Denotasi Denotasi yaitu relasi antara penanda dengan petanda dalam sebuah tanda, serta tanda dengan acuan realitas eksternalnya. Untuk mengungkap makna denotatif