Data Foto 2 Analisis Data Foto 2
66
Terdapat tiga orang, dua wanita setengah baya dan satu seorang anak laki-laki. Salah seorang wanita berdiri dengan membawa piring yang berisi makanan.
Salah seorang wanita berdiri dengan menggunakan jilbab Makna denotasi yang didapat dari beberapa analogon yang terdapat dalam data
foto 2 dapat mengungkapkan, secara verbal dapat kita katakan dalam foto terdapat potret dengan menampilkan sesesorang wanita dengan membawa piring
yang berisi makanan.
2. Makna konotasi
Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar
imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.
Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara lain:
1 Trick Effect
Memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan guna
menyampaikan maksud fotografer dalam foto jurnalistik adalah hal yang dilarang, karena dapat mengubah realitas yang ada. Adapun pengolahan gambar
dalam foto jurnalistik hanya diperbolehkan sebatas cropping untuk memperbaiki presisi, serta memperbaiki warna dengan mengatur tingkat kecerahan, kontras,
dan keseimbangan warna. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu
upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna menyampaikan maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini jelas merupakan hal
67
yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas. Walaupun sebuah foto jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100 atas realitas, artinya hasil foto apa
yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan data foto 1, penulis tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick effect.
2 Pose
Pose dalam foto 2 terlihat pada tiga orang, wanita bersama anaknya sedang memegang sepiring makanan yang diberi wanita di depan rumahnya.
Wanita tersebut berpenampilan berbeda, yang satu menggunakan jilbab dan yang satu lagi tidak. Sebagai pemahaman penulis. kedua wanita itu hidup
dalam kelompok pluralisme. Namun, wanita menggunakan jilbab yaitu melambangkan suatu wanita muslim.
3 Object
POI point of interest pada foto 2 berada pada seorang wanita yang berdiri di depan pintu dan seorang ibu bersama anaknya sedang bertukar
makanan atau bersilaturahmi. Selain objek utama yang terletak pada POI point of interest, penulis juga menemukan objek lainnya yang masuk dalam
frame, dapat memberi tafsiran bahwa dua orang wanita yang berdiri bersebelahan, mereka tetanggan.
4 Photogenia
Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik pengambilannya. Meliputi
lighting pencahayaan, exposure ketajaman foto, bluring keburaman, panning efek kecepatan, moving efek gerak, freeze efek
beku, angle sudut pandang pengambilan objek.
Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak dalam data foto 2 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan
68
cahaya alami yaitu matahari available light. Adanya perbedaan ketajaman objek pada latar depan foreground dan latar belakang background
mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang berarti pengaturan diafragma berada antara f1,8 sampai f4,1. Dengan posisi
diafragma tersebut maka kecepatan rana speed untuk menghasilkan pencahayaan yang nampak dalam data foto 1 berkisar antara S: 160 sampai
1100. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 200 sampai 400. Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan dua wanita yang berdiri dan satu
anak kecil ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang dua wanita dan satu anak kecil.
Melihat POI point of interest yang ada dalam foto memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle
fotografi disebut dengan eye level. Dengan penggunaan angle ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui, pemilihan angle
dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana
sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto. 5
Aestheticism Format gambar dalam data foto 2 merupakan jenis foto framming,
yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat, foto tersebut memperhatikan kaidah 13 rule of third dengan menempatkan
POI point of interest di 13 bagian tengah foto. Ukuran POI point of interest yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus
menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan framming yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan fotografer.
69
Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama dua wanita dan satu anak kecil yang terlihat sedang bersilaturahmi bertukar makanan.
6 Sintaxis
Sintaxis dalam foto jurnalistik biasanya dapat kita lihat lewat teks yang ada pada judul atau caption foto, namun ketika sebuah foto berdiri sendiri tanpa teks
seperti pada data foto 2, bukan berarti tidak memiliki unsur sintaksis. Sebuah foto, terlebih foto jurnalistik, pada hakikatnya adalah medium penyampai pesan, dengan
atau tanpa teks. Disini penulis menjelaskan unsur sintaksis pada data foto 2 dengan melihat elemen-elemen dalam foto yang dapat memberikan sebuah cerita dalam satu
bingkai foto. Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna
konotasi dari foto tersebut adalah Menjaga silaturahmi antar tetangga merupakan hal yang di ajarkan oleh setiap agama. Silaturahmi adalah hubungan kerabat; berupa
hubungan kasih-sayang, tolong-menolong, berbuat baik, menyampaikan hak dan kebaikan, serta menolak keburukan dari kerabat yaitu ahli waris. Hubungan dengan
selain mereka tidak bisa disebut silaturahmi, karena tidak terpenuhi adanya ikatan kekerabatan.
3. Makna mitos
Jika kita seorang muslim, atau orang yang akrab berinteraksi dengan orang atau komunitas muslim, pastinya tidak mengherankan jika pernah mendengar hadits
nabi yang menyebutkan bahwa silaturahmi bisa memperpanjang usia. Di samping dalil-dalil lainnya yang menekankan pentingnya silaturahmi, seperti tidak sempurna
Islam seseorang yang memutus tali silaturahmi, anjuran bagi anak untuk menyambung hubungan yang telah dibangun orang tuanya, dan lain sebagainya.
70
Semua itu tentu saja sangat bagus ditinjau dari sudut pandang ilmu social, silaturahmi bisa menjadi tonggak ketahanan masyarakat yang sangat luar biasa kokohnya.
Bahwa dengan bersilaturahmi orang-orang akan senantiasa mengenang kita mengenang bahwa tadinya kita pernah ada dan sering mendatanginya. Ini, tentu saja
bukan jawaban sebenarnya walau mungkin secara filosofi benar juga. Tapi yang kita harapkan bukanlah hanya kepanjangan umur seperti itu, karena itu yang panjang umur
bukan kita, tapi orang-orang yang mengenang kita.