Data Foto 3 Analisis Data Foto 3
71
Tenda pengungsian besar berwarna putih. Sinar matahari sumber pencahayaan pada foto.
Terdapat sembilan orang yang sedang berada di luar tenda. Dua orang memakai seragam tentara.
2.
Makna Konotasi
Tugas tentara sangat lah mulia, tidak hanya di medan peperangan saja. Melainkan membantu rakyat ketika sedang terkena musibah bencana alam.
Untuk memahami makna konotasi dari sebuah foto, dalam metode Barthes disebut dengan tahap konotasi kognitif, yaitu makna yang dibangun atas dasar
imajinasi paradigmatik. Selain pemahaman kultural, juga dapat diperoleh dengan mengamati beberapa perkembangan prosedur yang mempengaruhi gambar.
Sebagai analogon. Prosedur tersebut dikategorikan menjadi enam, antara lain:
1 Trick Effect
Memanipulasi gambar sampai tingkat yang berlebihan guna
menyampaikan maksud si fotografer dalam foto jurnalistik adalah hal yang dilarang, karena dapat mengubah realitas yang ada. Adapun pengolahan gambar
dalam foto jurnalistik hanya diperbolehkan sebatas cropping untuk memperbaiki presisi, serta memperbaiki warna dengan mengatur tingkat kecerahan, kontras,
dan keseimbangan warna. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, bahwa trick effect merupakan suatu
upaya manipulasi gambar pada tingkat yang berlebihan guna menyampaikan maksud si fotografer. Dalam wilayah foto jurnalistik hal ini jelas merupakan hal
yang dilarang karena sama aja memanipulasi realitas. Walaupun sebuah foto
72
jurnalistik sebenarnya bukan berarti 100 atas realitas, artinya hasil foto apa yang menjadi pikiran seorang fotografer. Terkait dengan data foto 1, penulis
tidak menemukan hal yang dapat dikatakan sebagai trick effect. 2
Pose Pose dalam foto 3 terlihat kumpulan orang yang berdiri dan duduk di
depan tenda pengungsian, dua dari mereka memakai pakaian dinas tentara dan terdapat pula seorang bapak-bapak lanjut usia yang sedang memangku
cucunya dengan menggunakan peci kopiah. Sebagai pemahaman penulis, kumpulan orang tersebut sedang mengungsi. Namun, bapak-bapak yang
sedang memangku cucunya menggunakan peci kopiah yaitu melambangkan seorang muslim.
3 Object
POI point of interest pada foto 3 terlihat kumpulan orang yang berdiri dan duduk di depan tenda pengungsian, dua orang yang berdiri
menggunakan pakaian dinas merupakan seorang tentara yang sedang menjaga tenda pengungsian dan sebagian yang sedang duduk merupakan
seorang pengungsi. Selain objek utama yang terletak pada POI point of interest, penulis juga menemukan objek lainnya yang masuk dalam frame,
dapat memberi tafsiran bahwa seorang pengungsi yang sedang dijaga oleh tentara setempat.
4 Photogenia
Dalam Photogenia, maka kita akan melihat foto dari segi tehnik pengambilannya. Meliputi
lighting pencahayaan, exposure ketajaman foto, bluring keburaman, panning efek kecepatan, moving efek gerak, freeze efek
beku, angle sudut pandang pengambilan objek.
73
Apabila dilihat dari teknik pengambilan gambarnya, apa yang tampak dalam data foto 3 terlihat foto diambil di luar ruangan dengan memanfaatkan
cahaya alami yaitu matahari available light. Adanya perbedaan ketajaman objek pada latar depan foreground dan latar belakang background
mengindikasikan foto diambil menggunakan tehnik ruang tajam sempit, yang berarti pengaturan diafragma berada antara f3,8 sampai f6,1. Dengan posisi
diafragma tersebut maka kecepatan rana speed untuk menghasilkan pencahayaan yang nampak dalam data foto 3 berkisar antara S: 1100 sampai
1200. Atau juga dapat dikompensasi dengan menggunakan ISO 100 sampai 200. Titik fokus yang ditempatkan pada latar depan kumpulan orang sedang berada
di depan tenda pengungsian ini dilakukan fotografer sebagai upaya penegasan fokus pesan yang ingin disampaikan, dalam hal ini pesan tentang kumpulan para
pengungsi. Melihat POI point of interest yang ada dalam foto memberi indikasi foto diambil dengan sudut pandang sejajar mata manusia atau dalam istilah angle
fotografi disebut dengan eye level. Dengan penggunaan angle ini, secara teknik tidak terlalu menimbulkan pesan tertentu. Perlu juga diketahui, pemilihan angle
dalam fotografi sedikit banyak juga dapat memberi pesan tertentu, dan juga biasanya dari angle yang digunakan fotografer, kita dapat melihat bagaimana
sudut pandang seorang fotografer dalam menampilkan sebuah foto. 5
Aestheticism Format gambar dalam data foto 3 merupakan jenis foto human interest,
yaitu foto yang menampilkan manusia sebagai subjek utamanya. Jika dilihat, foto tersebut memperhatikan kaidah 13 rule of third dengan menempatkan
POI point of interest di 13 bagian tengah foto. Ukuran POI point of interest yang penuh secara vertikal gambar mengarahkan sekaligus
74
menegaskan mata untuk langsung mengarah pada objek. Tampilan human interest yang menampilkan keseluruhan pemandangan yang ada di depan
fotografer. Ditambah dengan ekspresi yang nampak dari subjek utama kumpulan orang sedang berada di depan tenda pengungsian yang terlihat
sedang dijaga oleh tentara setempat. 6
Sintaxis Sintaxis dalam foto jurnalistik biasanya dapat kita lihat lewat teks yang ada
pada judul atau caption foto, namun ketika sebuah foto berdiri sendiri tanpa teks seperti pada data foto 3, bukan berarti tidak memiliki unsur sintaksis. Sebuah foto,
terlebih foto jurnalistik, pada hakikatnya adalah medium penyampai pesan, dengan atau tanpa teks. Disini penulis menjelaskan unsur sintaksis pada data foto 3 dengan
melihat elemen-elemen dalam foto yang dapat memberikan sebuah cerita dalam satu bingkai foto.
Dari berbagai aspek teramati yang dijabarkan di atas, didapati makna konotasi dari foto tersebut adalah tentara merupakan salah satu tugas negara untuk
menjaga negara dan memberikan pertolongan dikala terjadi bencana. tugas tentara sangat mulia, tidak memandang suatu umat ataupun kaum. Melainkan membantu
rakyat ketika sedang terkena musibah bencana alam. Tentara merupakan nama sebuah pekerjaan, sebagaimana halnya petani, nelayan, sopir dan lain-lain. Namun
hal yang membuat tentara berbeda dengan pekerjaan lainnya adalah karena tentara tidak hanya mementingkan diri sendiri dan keluarganya saja.
4. Makna mitos
Sejarah tentara berbalut banyak kisah perlawanan dan perebutan untuk memperoleh kebebasan. Tapi tentara bukan sekedar itu, kekuatan melindungi
nyatanya telah bersanding dengan keinginan untuk berbisnis. Niat menjaga keamanan
75
bisa diterjemahkan sebagai operasi menangkapi para aktivis. Kisah masa lalu menggoreskan luka pedih bagaimana tentara seringkali memusuhi rakyatnya sendiri.
Semangat demokrasi dan penghargaan atas nilai kemanusiaan merupakan watak yang dituntut untuk dimiliki tentara. Buku ini menjawab sebuah pertanyaan dasar, di mana
sesungguhnya tempat bagi kuasa tentara, di depan rakyat dan negara.