Sejarah Perkembangan Fotografi Tinjauan Umum Tentang Fotografi

16 hanya untuk mempermudah proses menggambar yang masih dilakukan secara manual. Adalah pelukis maestro Leonardo da Vinci yang juga seorang ilmuan pada akhir abad ke-15, Ia menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal muasal kata kamera itu dan mulai menyempurnakannya. 15 Terdapat teknologi baru dalam kamera ciptaanya ini, yaitu penerapan sistem refleksi dan penggunaan lensa sederhana yang berfungsi untuk memproyeksikan cahaya.Cahaya yang masuk ke dalam kotak, dipantulkan oleh cemin ke kain tipis di atas permukaan kotak. Pada kamera temuan Da Vinci ini juga belum digunakan proses kimiawi, karena kamera ini hanyalah alat bantu bagi pelukis naturalis dan realis untuk membuat sketsa lukisan. Kain pada permukaan kotak kamera tersebut kemudian dilapisi kanvas.Dengan tehnik tersebut pelukis dapat membuat sketsa dengan lebih cepat dan akurasi yang baik, karena pelukis hanya tinggal mengikuti alur dari gambar yang terproyeksi pada kanvasnya. Dari tangan seorang seniman, teknologi kamera kemudian dikembangkan kembali oleh fisikawan. Penemuan lensa pada tahun 1550 dan sistem cetak dengan proses kimiawi pada era 1826-1835 pun membawa teknologi fotografi sampai pada tahapan modern. Penyempurnaan kamera hingga sampai pada teknologi yang kita kenal saat ini melalui proses amat panjang. Tercatat ada dua nama tokoh sentral sebagai Bapak fotografi modern, yaitu William Henry Fox Talbot 1800-1877 dari Inggris dengan proses negatif- positifyang diberi nama Proses “Calotype” atau “Talbotype” -yang kita kenal 15 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”. 17 sekarang dengan film. 16 Serta Louis- Jacques Mande‟ Daguerre 1787-1851, seorang perancang panggung yang juga pelukis asal Perancis yang mengembangkan emulsi basahnya yang diberi nama proses “Daguerreotype”. Keduanya mendaftarkan royalti atas temuannya ini pada tahun yang sama, yaitu tahun 1839. Namun demikian, sejarah mencatat foto pemanen pertama di dunia bukanlah temuan Fox Talbot ataupun Louis Daguerre, melainkan ekperimen karya seorang veteran Perancis, Joseph Nicephore Niepce pada tahun 1826. Dia menggunakan kamera Obscura dan plat logam yang dilapisi aspal Bitumen Judea untuk memotret pemandangan dari jendela rumahnya yang memakan waktu mengekspos hingga delapan jam. Ia menamai proses temuannya dengan nama “Heliogravure”, dan karya fotonya “View from The Window at Le Gras” yang dinobatkan sebagai foto pertama di dunia tersebut, kini tersimpan di University of Texas, Austin, AS. 17 Penggunaan emulsi kering menjadi lebih populer ketika ditemukanya gelatin, dan pada tahun 1887 film Seluloid yang berbahan dasar gelatin diperkenalkan.George Eastman dengan perusahaannya, Kodak-Eastman yang pertama kali memproduksi Roll Film dan kamera box praktis secara masal pada tahun 1888.Dengan kamera yang lebih praktis dan telah diproduksi masal, serta bentuknya yang mudah untuk dibawa portable, perkembangan fotografi pun melesat cepat ke seluruh penjuru dunia dan menyebar keberbagai kalangan.Dan berkaitan dengan hal tersebut, Szarkowski, menyebut Eastman-lah arsitek utama dunia fotografi modern. 16 Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta:2007. h. 61 17 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”, 18 b. Sejarah Fotografi Indonesia Pada mulanya, fotografi digunakan oleh para ilmuan dari negara-negara kolonial sebagai pelengkap data yang berfungsi untuk memberi gambaran visual secara jelas kehidupan masyarakat dari bangsa yang akan mereka jajah. Dengan gambaran visual, data tentang potensi dan kondisi geografis tanah jajahan terlihat lebih rinci. Tercatat pada tahun 1841, Juriaan Munich seorang pegawai kesehatan Belanda mendapat perintah dari Kementrian Kolonial untuk berlayar ke Batavia dengan membawa daguerreotype, guna mengabadikan tanaman- tanaman serta mengumpulkan informasi mengenai kondisi alamnya. 18 Dengan jalur kolonialisme fotografi sampai ke bumi Nusantara, bahkan hanya tiga tahun sejak ditemukannya teknologi kamera modern. Umur fotografi yang cukup tua di Indonesia tidak dibarengi dengan lahirnya fotografer lokal, selain saat itu kamera masih termasuk barang mewah, juga tentu saja karena Belanda hanya mempercayakan proses pemotretan pada ilmuan dari negaranya, serta fungsi fotografi yang masih berkaitan dengan kepentingan riset kolonialisasi. Latar itulah yang menjelaskan mengapa selama 100 tahun 1841-1941 keberadaan fotografi di Indonesia, secara ekslusif hanya dikuasai oleh orang Eropa, sedikit orang Cina dan Jepang. 19 Fotografer berdarah pribumi pertama yang tercatat dalam sejarah yaitu Kasian Cephas. Pria kelahiran Yogyakarta, 15 Februari 1844 ini adalah waraga pribumi yang diangkat sabagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk 18 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”. 19 Bonny Dwifriansyah, “Sejarah Fotografi Dunia: dari Mo Ti hingga Mendur bersaudara”, 19 dan Eta Philipina Kreeft, yang kemudian disekolahkan ke Belanda. Cephas kemudian dikenal dalam dunia fotografi sebagai fotografer Keraton Yogyakarta, tepatnya pada era kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuono ke- VII.Foto tertua Cephas yang ditemukan adalah karyanya yang dibuat pada tahun 1875. Masuknya Jepang pada tahun 1942 merupakan babak baru dalam sejarah fotografi di Indonesia.Jepang yang menduduki Kantor Berita Antara dan mengganti namanya menjadi Domei, melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk memperkuat kebutuhan propaganda. Kemudian muncul nama Alex Mendur dan adiknya Frans Mendur. Lewat Mendur bersaudara inilah fotografi Indonesia berkembang pesat.Keputusan mereka untuk independen dan tetap setia mengawal kemerdekaan dengan karya fotonya, memposisikan fotografer pribumi sejajar dengan bangsa lainnya. c. Perkembangan Dunia Fotografi Fotografi pada perkembangannya lebih lanjut bukan hanya sekedar pelengkap data analisis para antropolog, tetapi jauh berkembang terutama sebagai sebuah karya seni.Pengaruh pakem estetis dari senirupa berperan besar pada masa ini. Setelah mendapat tempat dalam ruang seni, fotografi semakin popular, penggunaannya pun merambah ke berbagai bidang dan melahirkan beberapa aliran: dari seni murni fine art, komersial, hingga jurnalistik. Penggunaan foto dalam bidang komersial sebagai pengenal produk pasca revolusi industri serta sebagai mata dunia dalam bidang jurnalisme, menyebabkan foto dicetak secara massal dan menjadi konsumsi publik dalam 20 poster, banner dan surat kabar yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari- hari, pada tahap ini fotografi mulai masuk dalam salah satu bentuk komunikasi masa. Makna yang terkandung dalam sebuah foto dapat mengandung unsur propaganda dan kampanye suatu pesan tertentu, serta produksinya secara massal membuat fotografi mendapat perhatian khusus dalam kajian komunikasi masa. Sifat foto yang statis membuatnya dapat dilihat berulang- ulang, tidak seperti video yang dinamis dan sepintas-lalu, sehingga sebuah foto dapat menampilkan gambar dengan lebih detail dan menimbulkan efek seperti yang disebutkan Jean Boudillard 1988 sebagai sebagai hyper-reality, yaitu apa yang ditampilkan dalam media terlihat jauh lebih dramatis, yang dianalogikan dengan jarum bahkan dapat terlihat bagai pedang dalam media masa. d. Aliran dalam Fotografi Aliran dalam hal ini bukanlah penganut faham tertentu, melainkan menilik fotografi dari ragam dan karakternya, serta penggunaan dari foto tersebut diperuntukkan. Dilihat dari jenis-jenis foto yang berkembang, terdapat karakter menonjol dan khas yang dapat terpantau secara kasat mata serta membedakan jenis foto tertentu dengan jenis lainnya, hal ini dikarenakan oleh kayanya ragam dalam kajian seni visual yang telah diawali oleh kaka kandung fotografi, yaitu seni lukis. Terdapat beberapa aliran dalam fotografi, antara lain: 1 Fine Art Photography Fine art dikenal juga dengan aliran fotografi seni murni.karena merupakan sebuah karya seni, maka tak ada pekem, plot, ataupun aturan baku dalam 21 aliran ini. Perkembangannya mengikuti arus perubahan budaya seni yang sedang berkembang. Jika dilihat dari subjek fotonya pun beragam dan tak terbatas, nilainya sangat erat dengan subjetifitas sang fotografer. 2 Landscape Photography Landscape photography merupakan salah satu aliran foto yang paling popular.Ragam foto yang menampilkan keindahan alam ini banyak diminati, karena foto pemandangan alam landscape mudah dicerna dan dinikmati oleh berbagai kalangan. 3 Portraiture Photography Foto portraiture menampilkan manusia sebagai subjek utamanya.Poin utama dari aliran foto ini adalah kemampuannya untuk menggambarkan karakter seseorang dalam sebuah gambar. Terkadang foto portaiture tampil dengan natural, namun karakter tokoh utamanya tetap nampak secara jelas. 4 Comercial Photography Foto komersial ini adalah jenis aliran foto yang memang mengkhususkan diri pada kebutuhan periklanan. Ragam fotonya dari display sampel produk hingga visualisasi citra produk tersebut brand image. 5 Still-Live Photography Still live photo adalah aliran fotografi yang secara khas memotret benda- benda mati. Walaupun subjek fotonya adalah benda mati, namun foto-foto yang dihasilkan terkesan hidup, karena benda-benda tersebut seakan memiliki sifat dan karakter yang dibentuk oleh fotografernya. 6 Documentary Photography 22 Bisa dikatakan foto dokumenter adalah cikal-bakal dari fotografi itu sendiri.Fungsinya sebagai pencatat dan saksi visual kehidupan dan budaya suatu masyarakat, sudah dimulai sejak fotografi bersama para ilmuan dunia berlayar mengelilingi permukaan bumi. 7 Wild-life Photography Hampir serupa dengan foto dokumenter, namun yang direkam bukan tentang kebudayaan masyarakat tertentu, melainkan kehidupan binatang liar di habitat aslinya. 8 Jurnalism Photography Unsur dasar dari foto jurnalistik adalah nilai berita yang mutlak terkandung di dalamnya. Foto juga harus memuat informasi 5W+H, yaitu: what, who, when, where, way + how; asupan informasi yang harus dipenuhi sehingga dapat dikategorikan sebagai sebuah berita. Foto berita biasanya dilengkapi pula oleh caption keterangan foto. 9 Street Photography Street photography adalah aliran foto yang berkembang seiring dengan pertumbuhan budaya akibat arus urbanisasi urban culture. Foto-fotonya sangat khas, baik dari segi display maupun subjek dari foto itu sendiri sangat kental dengan budaya urban.

3. Foto Jurnalistik

Awal mula fotografi masuk dalam halaman surat kabar adalah sejak Mathew Brady membuat gambar realis yang melukiskan suasana perang, gambar tersebut ternyata menarik perhatian para pembaca suratkabar sekaligus 23 membangun kesan tentang suatu peristiwa. 20 Ini adalah awalan penggunaan gambar dalam jurnalistik dan berawal dari pemakaian lukisan dalam media. Kemudian pada 16 April 1877, The Daily Graphic adalah suratkabar pertama yang memuat gambar foto sebagai berita,foto tentang sebuah peristiwa kebakaran. 21 Pada tahun 1937-1950, terbit majalah Life di Amerika Serikat, Majalah tersebut menghadirkan foto dalam porsi yang lebih besar dari pada tulisan dalam penyajian beritanya.Wilson Hicks merupakan pelopor fotojurnalis yang juga adalah editor foto majalah tersebut membuat kehadiran fotografi sebagai salah satu elemen berita, berkembang semakin pesat. Pada tahap ini foto jurnalistik telah hadir dengan derajat yang sama dengan tulisan, karena kehadirannya telah menjadi elemen berita itu sendiri, bukan hanya sebagai unsur pelengkap semata. Setelah foto memenuhi setiap halaman pada surat kabar, kehadira foto jurnalistik pun mendapat perhatian dari banyak pakar Ilmu Komunikasi. Sifatnya yang statis dan mampu membekukan suatu peristiwa, bahkan yang terjadi dalam durasi hanya sekejap, membuat foto dapat dilihat berulang-ulang, tidak seperti video yang dinamis dan sepintas-lalu, sehingga sebuah foto dapat menampilkan gambar dengan lebih detail dari sebuah peristiwa. Oleh karenanya foto dapat dengan mudah dicerna berbagai kalangan dan menyebabkan efek psikologis secara langsung terhadap pembaca surat kabar. Ada sebuah jargon klasik dalam dunia jurnalisme yang mengatakan “bad news is a good news ”. Tak pelak pemberitaan pun terjebak dalam peristiwa- peristiwa yang merupakan bencana, baik adalah bencana alam yang memakan 20 Drs. Asep Saeful Muhtadi, M.A, Jurnaslitik Pendekatan Teori dan Praktek, Logos Wacana Ilmu, Jakarta:1999, h. 100 21 Artikel “Sejarah Fotografi By: Arbain Rambey”, dari http:www.berilmu.comphotography1.php. Artikel diakses pada 10 Oktober 2014